Ummul Mukminiin, Sayyidah Aisyah RA., terharu saat ditanya tentang
kenangannya bersama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam yang
paling mengagumkan. Istri kesayangan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam itu
menjawab dengan penghayatan yang begitu dalam :
Kaana kullu amrihi ‘ajaba
Semua tentangnya menakjubkan !.
Seolah-olah Aisyah RA berbalik bertanya
: “ Manakah dari pribadi beliau yang tidak mengagumkan ? “.
Begitu romantisnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam, hingga Sayyidah Aisyah RA tidak bisa melukiskannya dengan kata-kata selain “menakjubkan !”
Begitu romantisnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam, hingga Sayyidah Aisyah RA tidak bisa melukiskannya dengan kata-kata selain “menakjubkan !”
MENCIUM ISTRI KETIKA AKAN PERGI
Di antara sisi romantis Rasulullah SAW, beliau mencium istrinya
sebelum keluar untuk shalat.
Dari ‘Aisyah RA, “Bahwa Nabi SAW mencium sebagian istrinya
kemudian keluar menunaikan shalat tanpa berwudhu dahulu” (HR. Ahmad)
MENGGENDONG SAYYIDAH AISYAH RA
Sayyidah Aisyah RA ingat persis ketika Rasulullah SAW
menggendongnya mesra melihat orang-orang Habsyi bermain-main di pekarangan
masjid hingga ia merasa bosan.
BERMAIN DENGAN SAYYIDAH AISYAH RA
Di hari lainnya, suaminya tercinta itu malah mengajaknya
berlomba lari dan mencuri kemenangan atasnya saat badannya bertambah subur.
BERMANJA KETIKA SAYYIDAH AISYAH RA MARAH
Nabi saw biasa memijit-menjepit hidung ‘Aisyah jika ia marah dan
beliau berkata, Wahai ‘Aisya,bacalah do’a:
“WahaiTuhanku,TuhanMuhammad, ampunilah dosa-dosaku, hilangkanlah
kekerasan hatiku, dan lindungilah diriku
dari fitnah yang menyesatkan.” (HR.
Ibnu Sunni).
Ini tips bila istri sedang marah dari Rasulullah SAW, kalau
istri sedang marah, coba di jepit hidungnya dengan manja dan penuh kasih, insyaAllah
marahnya hilang.
PANGGILAN KESAYANGAN
Aisyah ra
juga takkan lupa saat Rasulullah saw memanggilnya dengan panggilan kesayangan
“Humaira” (yang pipinya kemerah-merahan ). Sebuah panggilan yang benar-benar
mampu membuat pipi Aisyah bersemu merah jambu, malu dan salah tingkah.
Sementara di dalam rumah, potret
romantis Sayyidah Aisyah RA bersama Rasulullah SAW lebih menakjubkan. Mereka
makan sepiring berdua, tidur satu selimut berdua, bahkan hingga mandi satu
bejana. Bayangkan, adakah yang lebih romantis dari tiga hal tersebut ?
MAKAN SEPIRING BERDUA
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam juga suka memakan dan meminum berdua
dari piring dan gelas istri-istrinya tanpa merasa risih atau jijik.
Dari ‘Aisyah RA, ia berkata: “Saya dahulu biasa makan his
(sejenis bubur) bersama Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassalam.“ (HR. Bukhori dalam
Adabul Mufrod)
Dari Aisyah Ra, ia berkata: “Aku biasa minum dari gelas yang
sama ketika haidh, lalu Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassalam mengambil gelas
tersebut dan meletakkan mulutnya di tempat aku meletakkan mulut, lalu beliau minum.” (HR Abdurrozaq dan Said bin Manshur,
dan riwayat lain yang senada dari Muslim.)
“Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah minum di gelas yang
digunakan ‘Aisyah. Beliau juga pernah makan daging yang pernah digigit ‘Aisyah”
(HR Muslim No. 300)
BERCANDA MELUMURI WAJAH DENGAN KUE
Yang unik lagi misalnya, jika Anda pernah melihat film- film
barat, maka ada sebuah kebiasaan aneh saat pesta , yaitu melumuri atau melempar
wajah temannya dengan kue-kue yang ada. Kemudian mereka saling membalas.
Ternyata, uswah kita tercinta Nabi Muhammad Shallallahu Alaiahi Wa Salam pernah melakukannya dengan dua istrinya ; Sayyidah Aisyah RA dan Sayyidah Saudah RA. Mereka berdua asyik bercanda, saling membalas melumuri wajah madunya dengan sebuah makanan sejenis jenang. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi ‘Wassalam tidak hanya tersenyum simpul, bahkan juga ikut menyemangati kedua istrinya . Berani mencoba ?
Ternyata, uswah kita tercinta Nabi Muhammad Shallallahu Alaiahi Wa Salam pernah melakukannya dengan dua istrinya ; Sayyidah Aisyah RA dan Sayyidah Saudah RA. Mereka berdua asyik bercanda, saling membalas melumuri wajah madunya dengan sebuah makanan sejenis jenang. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi ‘Wassalam tidak hanya tersenyum simpul, bahkan juga ikut menyemangati kedua istrinya . Berani mencoba ?
MENEMANI ISTRI
“Dari ‘Aisyah, ia mengatakan, beliau (Nabi) adalah orang yang
paling lembut dan banyak menemani istrinya yang sedang mengadu atau sakit.” (HR
Bukhari No 4750, HR Muslim No 2770)
MANDI DAN BERCANDA BERSAMA
Meskipun beliau sebagai seorang pemimpin yang super sibuk
mengurus ummat, namun beliau tidak lupa untuk menjalin kemesraan dengan
istri-istrinya. Beliau tak segan-segan untuk mandi bersama dengan istri beliau.
Dalam sebuah riwayat, mandi bersama dengan Siti ‘Aisyah radhiyallahu anha dalam
satu kamar mandi dengan bak yang sama.
“Dari 'Aisyah radhiallahu ‘anha, ia berkata, “Aku pernah mandi
dari jinabat bersama Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam dengan satu tempat
air, tangan kami selalu bergantian mengambil air.” (HR Mutafaqun ‘alaih).
Dalam riwayat Ibnu Hibban menambahkan, “Dan tangan kami
bersentuhan”.
Rasulullah mengajarkan kepada kita, mandi bersama istri bukanlah
suatu hal yang tercela. Jika hal ini dianggap tercela, tentulah beliau
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak akan melakukannya. Rasulullah
juga sangat mengerti perasaan istri-istrinya dan tau cara menyenangkan dan
memberi kasih sayang. Rasulullah, sering tidur di pangkuan Siti ‘Aisyah, meski
istrinya sedang haids.
KEROMANTISAN DAN KELEMBUTAN
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam adalah seorang lelaki
sebagaimana lelaki lainnya, namun bagipara ummahatul mukminin , beliau bukan
sekedar suami yang biasa. Beliau adalah suami yang romantis dengan segenap arti
yang bisa diwakili oleh kata romantis.
Diriwayatkan dari Umarah, ia berkata : Saya bertanya kepada
Aisyah ra : “ Bagaimana keadaan Rasulullah bila berduaan dengan isri-istrinya ?“ Jawabnya : “Dia adalah seorang lelaki
seperti lelaki yang lainnya. Tetapi bedanya beliau seorang yang paling mulia,
paling lemah lembut, serta senang tertawa dan tersenyum “ (HR Ibnu Asakir &
Ishaq ).
Jika merasa belum lengkap dengan contoh nyata dari kehidupan
rumah tangga beliau, maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam telah
menegaskan secara khusus pada umatnya untuk berlaku romantis pada pasangannya.
Beliau bersabda :
“Sesungguhnya orang yang terbaik di antara kamu adalah yang
paling baik terhadap istrinya. Dan aku adalah yang terbaik pada istri dari kamu
sekalian “. (HR Tirmidzi & Ibnu Hibban)
Tidak tanggung-tanggung, bahkan Al-Quran juga telah
mengisyaratkan hal yang senada :
“ Dan bergaullah dengan mereka
(istri-istrimu) secara patut. Kemudian jika kamu tidak menyukai mereka, maka (bersabarlah)
karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya
kebaikan yang banyak “ ( QS An-Nisa :41 )
Syarat untuk menjadi terbaik, harus berbuat baik terlebih dahulu
kepada istri. Berbuat baik itu luas dan banyak peluangnya. Dari yang sekedar
tersenyum, meremas jari tangan, bahkan hingga merawat pasangan kita saat sakit
sekalipun. Subhanallah, bermesraan dengan istri itu membahagiakan hati dan
menghapus segala gundah. Dan ternyata bukan itu saja, Islam juga menjadikan
kebaikan, kemesraan, dan romantisnya seseorang terhadap pasangannya sebagai
ladang pahala, bahkan kunci surga di akhirat kelak.
RUMAH TANGGA SEBAGAI KUNCI SURGA
Apakah maksud kunci
surga itu ? Semoga dua hadits di bawah ini cukup bisa memberi jawaban bagi
kita.
“Dari Hushain bin Muhshan bahwa bibinya datang kepada Nabi
Shallallahu ‘Alaihi Wassalam, lalu beliau bertanya kepadanya, “ Apakah engkau
mempunyai suami ? Dia menjawab ;”Punya”, Beliau bertanya lagi: ”Bagaimana sikapmu
terhadapnya ? “ Dia menjawab, “ aku tidak menghiraukannya , kecuali jika aku
tidak mampu “. Maka beliau bersabda : “Bagaimanapun engkau bersikap begitu
kepadanya, sesunggguhnya dia adalah surga dan nerakamu” (HR Ahmad) .
Dari Ummu Salamah bahwa Rasulullah SAW bersabda : “Siapapun
wanita yang meninggal dunia sedangkan suaminya dalam keadaan ridha kepadanya,
maka ia masuk surga “ (HR. Hakim
& Tirmidzi)
Ternyata, istri bisa
masuk surga karena suami, begitu pula sebaliknya. Kalau masuk neraka ? Na’udzubillah
min dzaalik.
Walhasil, seharusnya visi awal sebuah pernikahan adalah
bagaimana menjadikan pasangan kita salah satu kunci- kunci surga bagi kita.
Karena masuk surga itu penting, tapi lebih penting lagi masuk surga rame-rame
dengan orang-orang yang kita cintai dan mencintai kita. Apakah bisa disebut
bahagia jika kita menyaksikan orang-orang yang kita cintai dalam keadaan
menderita ? Tidak sekali-sekali
tidak.
WaLlahu'alam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar