نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ ، الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ
“Ada dua nikmat yang banyak membuat manusia tertipu, yaitu nikmat sehat dan nikmat waktu luang.”[HR Bukhari]
Kita sering kali menyadari kondisi diri kita ketika memiliki waktu luang. Namun, ironisnya, waktu tersebut justru dihabiskan untuk hal-hal yang tidak bermanfaat, baik untuk kehidupan dunia maupun akhirat.
Kita lebih suka menghabiskan waktu untuk bermain game seharian, menonton serial film, atau mengecek timeline Facebook, Tiktok dari atas ke bawah tanpa menemukan status yang berfaedah. Atau, kita menghabiskan waktu untuk ngobrol di grup WhatsApp dengan ratusan chat yang tidak penting dan terkadang menjerumuskan kita ke dalam dosa besar, seperti menggunjing aib saudara kita.
Kondisi ini sangat kontras dengan ketika kita sedang sibuk dengan urusan-urusan penting, sehingga kita tidak memiliki waktu yang cukup bahkan untuk sekedar istirahat.
Padahal, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengingatkan kita bahwa di antara tanda baiknya Islam seseorang adalah meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat.
Diriwayatkan dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيهِ
“Di antara (tanda) kebaikan Islam seseorang adalah (dia) meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat.”[HR Tirmidzi]
Oleh karena itu, manfaatkanlah waktu untuk hal-hal yang bermanfaat, begitu pula dengan nikmat-nikmat Allah Ta’ala yang lainnya. Jika tidak, kita berisiko diuji oleh Allah Ta’ala dengan berbagai hal yang membahayakan diri kita sendiri, seperti menggunakan nikmat tersebut untuk melakukan hal-hal yang diharamkan oleh-Nya.
Sungguh indah penjelasan yang disampaikan oleh Ahli Tafsir rahimahullah ketika beliau menjelaskan ayat,
وَلَمَّا جَاءَهُمْ رَسُولٌ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ مُصَدِّقٌ لِمَا مَعَهُمْ نَبَذَ فَرِيقٌ مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ كِتَابَ اللَّهِ وَرَاءَ ظُهُورِهِمْ كَأَنَّهُمْ لَا يَعْلَمُونَ
“Dan setelah datang kepada mereka seorang Rasul dari sisi Allah yang membenarkan apa (kitab) yang ada pada mereka, sebagian dari orang-orang yang diberi kitab (Taurat) melemparkan kitab Allah ke belakang (punggung)-nya, seolah-olah mereka tidak mengetahui (bahwa itu adalah kitab Allah).” (QS. Al-Baqarah [2]: 101)
Ketika Rasul datang kepada mereka yang membawa kitab yang membenarkan apa yang ada pada mereka, mereka justru mengingkarinya (bukannya bersyukur dan beriman atas nikmat tersebut), seolah-olah mereka tidak mengetahui (padahal mereka mengetahui kebenaran).
Salafus sholeh rahimahullah berkata,
ولما كان من العوائد القدرية والحكمة الإلهية أن من ترك ما ينفعه، وأمكنه الانتفاع به فلم ينتفع، ابتلي بالاشتغال بما يضره، فمن ترك عبادة الرحمن، ابتلي بعبادة الأوثان، ومن ترك محبة الله وخوفه ورجاءه، ابتلي بمحبة غير الله وخوفه ورجائه، ومن لم ينفق ماله في طاعة الله أنفقه في طاعة الشيطان، ومن ترك الذل لربه، ابتلي بالذل للعبيد، ومن ترك الحق ابتلي بالباطل.
”Termasuk di antara keajaiban takdir dan hikmah ilahiyyah adalah barangsiapa yang meninggalkan hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya, padahal memungkinkan baginya untuk meraihnya (namun dia tidak mau berusaha meraihnya), maka dia akan mendapat ujian dengan disibukkan dalam hal-hal yang membahayakan dirinya.
Barang siapa yang meninggalkan ibadah kepada Allah, maka dia akan diuji dengan beribadah kepada berhala.
Barang siapa yang tidak membelanjakan hartanya dalam ketaatan kepada Allah, maka dia akan membelanjakannya dalam ketaatan kepada setan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Salam Menyan...