Selasa, 10 Maret 2015

Menelaah Ciri-ciri Penganut Paham Fundamentalis - Radikalis Dalam Islam

Prof. Dr. Hasan Hanafi (Ulama Mesir) pernah mengungkapkan bahwa "fundamentalisme dalam Islam telah bergeser ke arah radikalisme Islam" yang notabene berujung pada tindakan anarkisme dan terorisme. Jika dahulu Fundamentalisme Islam berkonotasi positif saat berada di tangan ulama semisal Ibn Taimiyyah, kini fundamentalisme berkonotasi negatif di tangan kelompok-kelompok yang bergerak mengatas namakan agama tertentu, dalam kasus ini adalah Islam. Sikap dan tindakan radikal sendiri biasanya lahir dari ke-fundamental-an dalam berfikir.
Cara beragama orang2 fundamental sendiri cenderung menghasilkan penyakit kejiwaan, bukan agama-nya yang menyebabkan gangguan kejiwaan, melainkan CARA BERAGAMA-nyalah yang menyebabkannya. Maka di sini perlu kami tegaskan bahwa cara beragama fundamental cenderung menghasilkan sikap serta tindakan yang menjurus kepada radikal. Sungguh hal yang disayangkan mengingat, sejatinya, fundamentalisme modern pada awalnya merupakan gerakan kebangkitan Islam, seperti yang diusung oleh Al-Afgani (W. 1879), tetapi kini kemudian bergeser kepada fundamentalisme eksklusif-radikal yang cenderung melahirkan tindak anarkhisme.
Lalu apa ciri-ciri dari kelompok fundamentalis radikal ini?. Syaikh Yusuf Qordawi mengungkapkan bahwa kelompok fundamentalis radikal yang fanatik dapat dicirikan oleh beberapa karakter, sebagai berikut:
1. Acapkali mengklaim kebenaran tunggal. Sehingga mereka dengan mudahnya menyesatkan kelompok lain yang tak sependapat dengannya. Mereka memposisikan diri seolah-olah "nabi" yang diutus oleh Tuhan untuk meluruskan kembali manusia yang tak sepaham dengannya.
2.    Cenderung mempersulit agama dengan menganggap ibadah mubah atau sunnah seakan-akan wajib dan hal yang makruh seakan-akan haram. Sebagai contoh ialah fenomena memanjangkan jenggot dan meninggikan celana di atas mata kaki. Bagi mereka ini adalah hal yang wajib. Sementara masalah dari pertanyaan, semisal, "sudahkan zakat menyelesaikan problem kemiskinan umat?", "sudahkan shalat menjauhkan kita dari berbuat kemunkaran dan kekacauan sosial?" Adalah hal yang terlewat oleh mereka. Jadi mereka lebih cenderung fokus terhadap kulit daripada isi.
3. Mereka kebanyakkan mengalami overdosis agama yang tidak pada tempatnya. Misalnya, dalam berdakwah mereka mengesampingkan metode gradual, "step by step", yang digunakan oleh Nab dan Walisanga. Sehingga bagi orang awam, mereka cenderung kasar dalam berinteraksi, keras dalam berbicara dan emosional dalam menyampaikan. Tetapi bagi mereka sikap itu adalah sebagi wujud ketegasan, ke-konsistenan dalam berdakwah, dan menjunjung misi "amar ma'aruf nahi munkar". Sungguh suatu sikap yang kontra produktif bagi perkembangan dakwah Islam ke depannya.
4.  Mudah mengkafirkan orang lain yang berbeda pendapat. Mereka mudah berburuk sangka kepada orang lain yang tak sepaham dengan pemikiran serta tindakkannya. Mereka cenderung memandang dunia ini hanya dengan dua warna saja, yaitu hitam dan putih. Tentu saja mereka dan orang yang sepaham dengannya adalah si putih, sementara orang luar yang tak sepaham dengannya mereka letakkan dalam kotak hitam.

Setelah menyimak karakter dari fundamentalis radikal tersebut, kita wajib bertanya kepada diri kita, apakah kita termasuk yang "sakit jiwa" dalam beragama? Dan kita juga perlu menilai, apakah mereka (kelompok-kelompok yang meresahkan dengan berbalut topeng agama) adalah kelompok yang termasuk ke dalam karakter fundamentalisme radikal?. Semua dikembalikan kepada penilaian masing-masing. 

Anda boleh berbeda pandangan dengan seseorang dan itu sah - sah saja, namun alangkah bijaknya jika ketidak setujuan anda dengan pandangan seseorang di sampaikan dengan cara yang elegan pula agar bisa menjadi pendidikan yng baik bagi kita bersama . Nabi SAW pernah bersabda bahwa bukanlah seorang Muslim, yakni orang yang gemar mencaci dan melaknat. 
Wallohu A'lam


1 komentar: