Minggu, 23 Agustus 2015

Julukan Semar untuk Gus Dur

Almaghfurllah KH Chamim Jazuli (Gus Miek), tokoh sentral semaan Alquran Mantab, menyebut Gus Dur sebagai tokoh langka yang nyeleneh, kaya ide, dan mengabdikan sepenuh hidupnya untuk rakyat. Gus Miek menjuluki Gus Dur sebagai Semar, tokoh pewayangan berbadan tambun, berkulit hitam, perut buncit, dan berkuluk di kepala.
”Gus, panjenenangan kedah dados Semar. Indonesia butuh tokoh yang bisa menjadi pengayom dan melindungi segenap tumpah darah rakyat.” Begitu pesan Gus Miek berkali-kali setiap bertemu Gus Dur pada 1991-1992.
Saya sempat bertanya kepada Gus Miek, mengapa harus jadi Semar? Kan Gus Dur sudah menjadi ketua umum PB NU yang notabene adalah pemimpin umat yang mengabdikan diri untuk bangsa dan negara? 
Gus Miek menjawab, ”Gus Dur harus menjadi sesepuh bangsa, guru bangsa, bapak bangsa, pejuang rakyat jelata dan kaum tertindas. Gus Dur itu milik semua orang, bukan hanya warga NU. Karena itu, dia harus menjadi Semar.”
Filosofi Semar
Dari berbagai literatur, Semar digambarkan sebagai lambang dunia nyata, mahadewa di dunia bawah. Batara Guru itu mahadewa di dunia atas, penguasa kosmos. Batara Semar penguasa keos. Batara Guru penuh etiket sopan santun tingkat tinggi, Batara Semar sepenuhnya urakan.
Semar memiliki bentuk fisik yang sangat unik. Seolah-olah dia merupakan simbol penggambaran jagat raya. Tubuhnya yang bulat merupakan simbol bumi, tempat tinggal umat manusia dan makhluk lainnya.
Semar selalu tersenyum, tapi bermata sembap. Penggambaran itu merupakan simbol suka dan duka. Bentuk badan Semar juga paradoks, seperti perempuan tapi juga mirip lelaki, kombinasi ketegasan dan kelembutan. Semar adalah seorang hamba, rakyat jelata, buruk rupa, miskin, hitam legam.
Namun, di balik wujud lahir tersebut, tersimpan sifat-sifat mulia. Yakni, mengayomi, melayani umat tanpa pamrih, memecahkan masalah-masalah rumit, sabar, bijaksana, serta penuh humor. Semar adalah pengejawantahan ungkapan Jawa tentang kekuasaan, yakni ”manunggaling kawula-Gusti” (menyatunya hamba-raja).
Seorang pemimpin seharusnya menganut filsafat Semar. Pemimpin di Indonesia harus memadukan antara atas dan bawah, pemimpin dan yang dipimpin, yang diberi kekuasaan dan yang menjadi sasaran kekuasaan, serta kepentingan hukum negara dan kepentingan objek hukum.
Semar menghormati rakyat jelata lebih dari menghormati para dewa pemimpin itu. Semar tidak pernah mengentuti rakyat, tapi kerjanya membuang kentut ke arah para dewa yang telah salah bekerja menjalankan kewajibannya.
Semar itu hakikatnya di atas, tapi eksistensinya di bawah. Seorang pemimpin adalah sebuah paradoks (Kitab Hastabrata atau Delapan Ajaran Dewa). Dia majikan sekaligus pelayan, kaya tapi tidak terikat kekayaannya, tegas dalam keadilan untuk memutuskan mana yang benar dan mana yang salah, namun tetap berkasih sayang.
Ajaran tua tentang kekuasaan politik dimitoskan dalam diri Semar yang paradoks tersebut. Etika kekuasaan itu ada dalam diri tokoh Semar. Dia dewa tua, tapi menjadi hamba. Dia berkuasa, tapi melayani. Dia kasar di kalangan atas, tapi halus di kalangan bawah. Dia kaya raya penguasa semesta, tapi memilih memakan nasi sisa. Dia marah kalau kalangan atas bertindak tidak adil. Dia menyindir dalam bahasa metafora bila yang dilayani berbuat salah.
Tokoh Semar itulah yang mengejawantah ke diri Gus Dur sebagaimana yang diinginkan Gus Miek. Budayawan Dr Sindhunata dalam sebuah seminar di Jogjakarta (Kompas-Online, 1997) juga dengan sangat serius mengasosiasikan tokoh wayang Semar dengan Gus Dur, baik dari sikap-sikap politik maupun fisik.
Menjangkau Masa Depan
Gus Miek memang sejak lama bersahabat dengan Gus Dur, terutama ketika menjelang dan saat berlangsungnya Muktamar NU di Situbondo pada 1984. Bahkan juga dengan almaghfurlah KH Achmad Shiddiq, mantan rais aam PB NU. Saat Munas Ulama NU 1993, tiga tokoh yang juga dikenal sebagai waliyullah itu sering terlibat aktif berdiskusi soal masa depan bangsa.
Pemikiran spektakuler yang mereka hasilkan, antara lain, bentuk negara kesatuan republik Indonesia (NKRI) sudah final dan tidak bisa diganggu gugat. Indonesia harus utuh menjadi negara kesatuan yang wajib dipertahankan eksistensinya oleh setiap muslim. Hasil ijtihad lainnya yang kemudian diputuskan dalam muktamar ke-27 NU adalah Pancasila sebagai satu-satunya asas, yang diikuti dengan kembalinya NU ke khitah 26.
Karena dianggap sukses memimpin NU pada masa peralihan, dari politik praktis menjadi jam’iyah diniyah, Gus Miek kemudian meminta agar Gus Dur menjadi pengayom bangsa. Kelak, kata Gus Miek, bangsa ini mengalami problem besar yang menyentuh seluruh sendi dan aspek kehidupan. Saat itu, diperlukan tokoh yang mampu membawa bangsa keluar dari kemelut multidimensional.
Diperlukan tokoh yang punya pikiran kritis dan cerdas untuk mencari solusi. Gus Dur dianggap mampu oleh Gus Miek seperti halnya Semar. Itu juga diakui Greg Barton. Pemikiran Gus Dur bisa merambah jalan menuju masa depan. Mungkin, Gus Dur masih baru meletakkan dasar-dasar pemikiran di bidang kenegaraan, demokrasi, HAM, keagamaan, dan sebagainya. Kitalah yang harus meneruskan pikiran-pikiran besar itu.
Sumber : Sholihin Hidayat

Jumat, 21 Agustus 2015

Bab Penambahan Kata "Sayyidina"


Pada acara Muktamar Muhammadiyah di Makasar terjadi keanehan yang membuat kita Isykal (penuh tanda tanya). Pasalnya mereka memperdebatkan MC yang mengucapkan lafadz "SAYYIDINA MUHAMMAD", bahkan beberapa tokoh saat diwawancarai jawabannya kurang memuaskan, nampaknya mereka tidak terbiasa mengucapkan penghormatan pada Kanjeng Nabi.
Saya ingin menjelaskan kebolehan mengucapkan lafadz "Sayyidina" pada Nabi Muhammad SAW, berikut selengkapnya :

Senin, 17 Agustus 2015

6 Wasiat Imam Ghazali

Suatu hari, Imam Al Ghazali berkumpul dengan murid-muridnya. Lalu sang Imam bertanya:
1. “Apa yang PALING DEKAT dengan diri kita di dunia ini ?”.
Murid-muridnya menjawab: “Orang tua, guru, kawan dan sahabatnya”.

Rabu, 12 Agustus 2015

NASIONALISME ADA DALILNYA

"Membela Nasionalisme tidak ada dalilnya, membela Islam ada dalilnya." Pendapat ini pernah menghebohkan jagad netizen dan sebagian warga netizen menganggapnya sebagai fatwa mutlak. Namun, ada beberapa masalah yang mesti dikaji terkait pernyataan itu:

Senin, 10 Agustus 2015

Qashidah Burdah, Pujian Bagi Sang Nabi

Banyak dari kita yg sudah tidak tau dan tidak mau tau lagi siapakah Gusti Kanjeng Nabi Muhammad Saw.Siapa nama ayah nabi, siapa nama anak-anak Nabi dan juga siapa nama istri-istri Nabi. 
Kalau dulu sebelum sholat anak-anak di ajarkan sholawatan bareng-barwng tentang sosok Kanjeng Nabi.

Minggu, 09 Agustus 2015

Kata-kata Imam Syafi'i Yang Sering Dipelintir Wahabi


Inilah beberapa Ucapan Imam Syafii Yang Sering Di Salah Fahami oleh kaum Wahabi si tanduk saitan minan najdi Pengikut madzhab hawa nafsu.
Seperti biasa, untuk mendukung dakwah jahilnya wahabi selalu menggunakan dalil-dalil atau perkataan Ulama yang sekiranya bisa "mendukung" atau "melegalkan" ajaran mereka, meskipun tidak nyambung dan lebih terkesan di paksakan. Tidak terkecuali ayat Al-Qur'an, tidak terkecuali Hadits, tidak terkecuali atsar sahabat tidak terkecuali ucapan para Imam Mazhab yang 4 pun terkena di seret semaunya
Diantara ucapan Imam Syafi'i yang sering mereka gunakan adalah :Jika kalian mendapati dalam kitabku yang bertentangan dengan sunnah Rasulullah SAW maka ambillah sunnah Rasulullah SAW dan tinggalkanlah pendapatku.
Ucapan Imam Syafi'i yang ini sering digunakan wahabi diulang dimana-mana bahkan di setiap perdebatan atau dialog atau ceramah yang mereka lakukan mereka selalu mengulang-ulang ucapan Imam Syafii ini. Menurut mereka dengan ucapan Imam Syafii yang ini maka kita harus berpikir dulu untuk bermadzhab Syafii karena Imam Syafii sendiri pun sudah berkata demikian.
Maka kita harus kembali kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah dan tidak penting bermadzhab, karena didalam madzhab bisa saja ada kekeliruan sementara didalam hadits yang shahih tidak ada kekeliruan.
Inilah salah satu akal bulus mereka. Mereka sama sekali tidak memahami karakter gaya bahasa yang di gunakan Imam Syafii. Mereka terlalu dangkal menyimpulkannya, entah karena tidak paham atau sengaja menyelewengkan makna untuk menipu orang awam.
Apakah benar definisi ucapan Imam Syafii ini berarti kita harus melepaskan madzhab???
Imam Syafii berkata seperti ini bukanlah dimaksudkan seperti yang mereka (wahabi) katakan. Di zaman itu orang lebih mendengar pendapat ulama hadits ketimbang ulama fiqih, Namun orang-orang melihat bahwa Imam Syafii sepertinya lebih banyak menghabiskan waktunya untuk mendalami ilmu fiqih ketimbang Ilmu hadits, itu sebabnya nama Imam Syafi'i tidak termasuk didalam Kutubussittah dan kutubusshiroh karena Imam Syafii lebih banyak menghabiskan usianya untuk mendalami masalah fiqih ketimbang Ilmu Hadits. Sehingga ketika Imam Syafi'i mengasas Mazhab Syafii banyak sekali orang-orang yang meragukan mazhab ini, karena orang-orang meragukan keilmuan Imam Syafii dibidang Hadits.
Terlebih-lebih lagi dizaman itu sudah ada 2 mazhab besar, Madzhab Maliki dan Madzhab Hambali, dimana Imam Maliki dan Imam Abu Hanifah terkenal sebagai 2 raja hadits dizaman itu. Kita tahu pada masa itu baru berkembang 2 kutub fiqih, yaitu kutub Baghdad dengan Abu Hanifah sebagai maha guru, dan kutub Hijaz dengan imam Malik sebagai maha guru.
Masing-masing punya keistimewaan. Abu Hanifah telah berhasil memecahkan sistem istimbath hukum dengan kondisi minimnya hadits shahih dan berserakannya hadits dhaif dan palsu. Kondisi yang demikian telah memaksa beliau melakukan ijtihad dan pengembangan logika hukum dengan tetap berlandaskan kepada hadits-hadits shahih, meski jumlahnya sangat minim di negerinya.
Di belahan bumi yang lain, ada Imam Malik yang tinggal di Madinah dan menjadi imam masjid sekaligus menjadi mufti. Madinah adalah kota suci nabi Muhammad SAW dan para shahabat radhiyallahu anhum ajmain. Saat itu, 100 tahunan sepeninggal generasi Rasulullah SAW dan para shahabat, di Madinah masih tersisa banyak anak cucu dan keturunan generasi terbaik.
Nyaris tidak ada yang berubah dari pola kehidupan di zaman nabi. Bahkan Imam Malik berkeyakinan bahwa setiap perbuatan dan tindakan penduduk Madinah saat itu boleh dijadikan sebagai landasan hukum. Lantaran beliau yakin bahwa mustahil generasi keturuan nabi dan para shahabat memalsukan hadits atau berbohong tentang nabi.
Maka salah satu ciri khas mazhab Malik adalah kekuatan mereka menggunakan dalil, meski kalau disandingkan dengan syarat ketat versi Al-Bukhari nantinya, hadits itu dianggap kurang kuat.
Dan Imam Malik nyaris menghindari logika fiqih semacam qiyas dan sejenisnya, karena memang nyaris kurang diperlukan. Sebab kondisi sosial ekonomi di Madinah di zamannya masih mirip sekali dengan zaman nabi SAW.
Berbeda dengan kondisi sosial ekonomi di Iraq, tempat di mana Al-Imam Abu Hanifah mendirikan pusat ilmu. Selain hadits palsu banyak berseliweran, Iraq sudah menjadi kosmopolitan dengan sekian banyak dinamika yang melebihi zamannya. Banyak fenomena yang tidak ada jawabannya kalau hanya merujuk kepada nash-nash hadits saja. Maka wajar bila Abu Hanifah mengembangkan pola qiyas secara lebih luas.
Imam Syafii adalah murid paling pandai yang berguru kepada Al-Imam Malik ketika beliau tinggal di Madinah. Namun beliau ke Iraq, beliau juga belajar kepada murid-murid Imam Abu Hanifah. Maka mazhab fiqih yang beliau kembangkan di Iraq adalah perpaduan antara dua kekuatan tersebut. Semua keistimewaan mazhab Malik di Madinah dipadukan dengan keunikan mazhab Hanafiyah di Iraq. Dan hasilnya adalah sebuah mazhab canggih, yaitu mazhab Al-Imam Asy-Syafi'i.
Sayangnya banyak orang yang tidak tahu sejarah seperti ini, sehingga tidak sedikit yang memandang mazhab Asy-Syafi'i dengan pandangan minor dan kurang respek. Padahal, logika sederhananya, dengan menggunakan mazhab Asy-Syafi'i, boleh dibilang bahwa setiap orang sudah otomatis menggunakan mazhab Abu Hanifah dan Malik sekaligus. Meski tidak secara pas boleh dikatakan demikian.
Maka orang-orang dizaman itu lebih 'memandang' mazhab hanafi dan mazhab maliki ketimbang mazhab Syafii, yang baru saja di asas.
Mereka meragukan mazhab syafii ini karena mereka lebih banyak melihat Imam Syafii menghabiskan waktunya untuk belajar ilmu fiqih ketimbang ilmu hadits, sehingga orang-orang meragukan kualitas hadits-hadist didalam mazhab Syafi.
Untuk menjawab keraguan orang-orang ini terlebih-lebih lagi bagi murid-murid beliau maka Imam Syafii mengeluarkan ucapan, "Jika kalian mendapati dalam kitabku yang bertentangan dengan sunnah Rasulullah SAW maka ambillah sunnah Rasulullah SAW dan tinggalkanlah pendapatku."
Ucapan ini untuk menjawab keragu-raguan orang akan mazhabnya, untuk menantang orang-orang yang meragukan Mazhabnya. Pada kesempatan lain lagi Imam Syafii berkata:
Bila sebuah hadits dinyatakan sahih, maka itulah mazhabku.
Mazhabku itu apa??
Ya Mazhab Syafii. Itu artinya hadits didalam mazhabnya adalah shahih semua. Dalam kesempatan lain Imam Syafii kembali menekankan bahwa pendapat beliau hanya berlandaskan kepada hadits shahih
Imam Syafii berkata :
Kalian lebih mengetahui hadits dan rawi-rawinya daripada aku. Bila suatu hadits dinyatakan sahih maka beritahukanlah kepadaku darimanapun asalnya, dari Kufah, Basrah atau Syam. Bila benar sahih aku akan menjadikannya mazhabku (Mazhab Syafii).
Seakan-akan Imam Syafii berkata begini : Buat yang paham hadits jika nanti menemukan hadits shahih dari berbagai tempat kasih tahu aku, karena akan aku jadikan sebagai dalil didalam mazhabku. Ini adalah sebagai bentuk penekanan bahwa Imam Syafii hanya mau menjadikan hadits shahih sebagai landasan mazhabnya.
Dalam kesempatan lain Imam Syafii kembali menegaskan bahwa dalil-dalil didalam mazhabnya adalah Shahih semua :
Setiap masalah yang ada haditsnya dari Rasulullah SAW menurut ahli hadits yang bertentangan dengan pendapatku, niscaya aku cabut pendapatku baik selama aku masih hidup atau setelah matiku.
Demikian pula penekanan-penekanan Imam Syafii pada kesempatan lain :
Bila kalian melihatku mengemukakan suatu pendapat, dan ternyata ada hadits sahih yang bertentangan dengan pendapatku maka ketahuilah bahwa pendapatku tidak pernah ada.
Namun tentu saja sebagai ulama besar beliau tetap bertawadhu, tidak menyombongkan diri dan menghargai pendapat ulama lain di zaman itu, terutama pendapat guru beliau Imam Malik dan Imam Hanafi, serta murid beliau Imam Ahmad bin Hambal :
Semua yang aku ucapkan sedangkan ada hadits Rasulullah SAW yang sahih bertentangan dengan pendapatku maka hendaknya diutamakan hadits Rasulullah SAW, janganlah bertaklid kepadaku.
Namun nyatanya dalil didalam mazhab Syafii adalah shahih semua. Jika fatwa Imam Syafii ada yang tidak shahih dan menyalah, tidak perlu menunggu reaksi dari wahabiyyun, tentu pembantahannya sudah dilakukan oleh ulama yang hidup sezaman dengan Imam Syafii yang ilmunya jauh lebih tinggi ketimbang wahabiyyun.
Kita bisa melihat kitab tarikh, atau kitab-kitab lain untuk menelusuri kejadian dizaman itu. Apakah kita temukan keterangan didalam kitab-kitab bahwa dizaman itu ada ulama yang membantah pendapat Imam Syafii?? Nyatanya tidak ada.
Jangankan kyai-kyai wahabi ini yang baru lahir diabad ini yang hanya kebagian sisa-sisa hadits dari ulama, bahkan guru Imam Syafii yang notabenenya adalah Syaikhul Akbar sendiri seperti Imam Malik dan Imam Abu Hanifah saja tidak berani membantah pendapat Imam Syafii.
Jika pendapat Imam Syafii ada yang salah, apa mungkin sang guru mendiamkannya?? Mustahil...!!!
Ini artinya apa?? Ini artinya semua pendapat Imam Syafii shahih semua.
Siapa mereka wahabi-wahabi ini yang 'nekad' ingin menumbangkan pendapat Imam Syafii??
Imam Syafii adalah Muhaddits dan Hujjatul islam, syarat seorang mencapai derajat Hujjatul islam adalah hafal 300 ribu hadits dengan sanad dan matannya, sedangkan satu kalimat pendek hadits saja bila dg hukum sanad dan matannya bisa menjadi dua halaman panjangnya,
Lalu bagaimana dengan 300 ribu hadits dg sanad matan?
Ketahuilah bahwa Imam Ahmad bin Hanbal telah hafal 1 juta hadits dg sanad dan matannya, sedangkan Imam Ahmad ini adalah murid Imam Syafii, dan Imam Syafii adalah murid Imam Malik.
Imam Syafii menulis seluruh fatwa dan catatan2nya hingga memenuhi kamarnya (entah berapa juta halaman), lalu berkata Imam syafii, "sulit sekali aku, karena tak bisa bepergian kemana mana karena ilmuku semua terkumpul di kamar kerjaku, maka aku menghafal kesemuanya, lalu kubakar seluruh catatan itu, karena sudah kupindahkan ke kepalaku kesemuanya".
Imam Malik telah menulis sebuah buku hadits yg dinamakan : Almuwatta', yg artinya : "yg menginjak", karena kitabnya itu mengungguli dan menengelamkan semua kitab para ulama Imam imam dan Muhadditsin lainnya di zamannya, semua terinjak/terkalahkan oleh kitab beliau. dan Imam Syafii sudah hafal kitab ALmuwatta pada usia 15 tahun, ia hafal Alqur'an pada usia 10 tahun, dan berkata Imam Ahmad bin Hanbal, tak kulihat orang yg lebih menginginkan berada pada sunnah melebihi Imam Syafii.
Ini menegaskan bahwa Imam Syafii tidak hanya luar biasa didalam ilmu fiqih, tapi juga ilmu haditsnya tidak bisa di remehkan.
Nah.. apalah artinya ucapan ucapan mereka itu dibanding Imam Imam besar yg mereka itu tak akan melupakan sebutir kesalahanpun dalam fatwanya, dan bila fatwanya ada kesalahan, niscaya sudah dilewati beribu2 muhaddits dan Imam Imam yg menyangkalnya dizamannya, sehingga disuatu kesempatan Imam Syafii kembali menegaskan kepada orang-orang yang meragukan mazhabnya.
Kalau ada hadits shahih, maka itulah mazhabku (mazhab syafii), dan kalau ada hadits shahih maka campakkanlah pendapatku ke (balik) tembok. (Siyar A’laamin Nubala’ 3/3284-3285).
Ini adalah penegasan dari Sang Imam Akbar buat orang-orang yang meragukan ucapan Imam Syafii (semacam wahabi) yang suka meragukan fatwanya. Dan jawaban dan pengamanan bagi orang-orang didalam mazhab syafii bahwa dalil didalam mazhab Syafii semuanya adalah shahih. Dan Inilah makna yang sebenarnya.
Inilah karakter gaya bahasa Imam Syafii yang sulit dipahami oleh orang-orang polos seperti wahabi. Mereka mengartikannya secara bulat-bulat tanpa mengerti maksud disebalik ucapan Imam Syafii itu. Ini akibat belajar tanpa berguru dan tidak punya sanad. Sehingga banyak keliru menafsirkan ucapan ulama.
Kita lihat ucapan yang lain. Dalam kesempatan lain Imam Syafii pernah berkata :
"Sekiranya mencintai keluarga Rasul itu Syiah, maka saksikanlah wahai seluruh jin dan manusia bahwa aku ini adalah Syiah...!!"
Jika ucapan Imam Syafii yang ini diartikan dengan metode yang wahabi gunakan dalam mengartikan ucapan Imam Syafii diatas tadi secara polos, tentu kita akan menyimpulkan bahwa Imam Syafii adalah syiah.
Ucapan Imam Syafii ini sering digunakan oleh syiah bahwa Imam Syafii adalah syiah, padahal bukan. Jika Imam Syafii adalah Syi'ah tidak perlu beliau kalimatnya seperti itu. Beliau cukup berkata "Aku adalah Syi'ah", tanpa perlu embel-embel "jika mencintai ahlul bait/keluarga Rasulullah saw".
Imam Syafi'i berkata seperti ini untuk menghilangkan keraguan orang-orang dizaman itu yang mencintai keluarga Rasulullah saw (Ahlul Bait). Karena dizaman itu setiap orang yang mencintai ahlul bait akan dibilang syi'ah, sehingga orang menjadi ragu-ragu untuk mencintai ahlul bait, karena takut akan di cap syi'ah. Padahal yang mencintai ahlul bait tidak harus syi'ah tapi adalah semua umat Islam. Itu sebabnya Imam Syafii menegaskan untuk menjawab keraguan orang-orang itu seraya berkata
Sekiranya mencintai keluarga Rasul itu Syiah, maka saksikanlah wahai seluruh jin dan manusia bahwa aku ini adalah Syiah...!!".
Namun nyatanya Imam Syafii bukanlah syi'ah. Beliau adalah Ahlus Sunah Wal Jama'ah. Nah demikianlah segelintir pengertian ucapan Imam Syafii yang sering diselewengkan maknanya zhahirnya oleh wahabi untuk menumbangkan mazhab, entah karena tidak mengerti atau sengaja licik demi memuluskan jalan mereka karena mereka sering melakukan keduanya. Menyelewengkan ucapan ulama dan tidak mengerti ucapan ulama. Yang menjadi korban tentu orang-orang awam yang menjadi sasaran dakwah mereka untuk di tarik menjadi golongan mereka yang pada akhirnya akan "DIPAKSA" mengakui bahwa kedua orang tua Rasulullah saw masuk neraka dan mengakui bahwa Allah memiliki tangan, kaki, gusi, berlari, bersemayam, menempati ruang tertentu.
Waspadalah Ya Ayyuhal Muslimin..
Karna madzhab wahabi bagaikan ular
Wahabi adalah pengikut madzhab hawa nafsu, pengkhianat ilmiyyah dan madzhab mereka seperti ular.
Ya, benar. Adalah Seorang ulama besar pensyarah Musnad imam Ahmad bin Hanbal yaitu syaikh Hamzah Ahmad az-Zain mensifati orang-orang wahabi dengan pengikut madzhab hawa nafsu, pengkhianat ilmiyyah dan madzhab mereka seperti ular.
Ketika beliau mensyarah hadits nomer 23476 dalam kitab Musnad imam Ahmad, beliau berkomentar sebagai berikut :
إسناده صحيح ، كثير بن زيد وثقه أحمد ورضيه ابن معين ووثقه ابن عمار الموصلي وابن سعد ، وابن حبان ، وصلحه أبو حاتم ورضيه ابن عدي ولكن ضعفه النسائي ولينه أبو زرعة . وتمسك قوم بتضعيف النسائي وكلام أبي زرعة وتركوا كل هؤلاء لا لشيء إلا ليضعفوا هذا الحديث . وخطأ الحاكم والذهبي لأنهما صححاه في المستدرك 4 / 515 علماً بأنهم يوثقون كثير بن زيد في أماكن غير هذا ، ومعنى ذلك أن التوثيق والاتهام يخضع للأهواء والمذاهب وهذه خيانة علمية بحد ذاتها أما لماذا يضعفوه هنا ؟ فهذه سقطة علمية محسوبة عليهم يقولون إن في هذا دلي لم يجيز التمسح بالقبور . وهل كان أبو أيوب يتمسح بقبر النبي وهؤلاء عندهم عقدة من أي خبر فيه دنو من القبور وهذا أكبر دليل على بطلان مذهبهم ، فماذا يرجى من خونة للعلم ؟ ولا ندري مذهب هؤلاء . إنهم يدعون أنهم حنابلة تارة ولا مذهبية تارة أخرى . فلا تبعوا الحنابلة وقد خالفوا الذهبي وهو حنبلي ولا هم أثبتوا مذهباً واضحاً صريحاً يعرف لهم وإنما في مذهب كالحية
“Isnadnya shahih, Katisr bin Zaid telah ditautsiq (dinilai tsiqah) oleh imam Ahmad dan disetujui Ibnu Ma’in, juga dinilai tsiqah oleh Ibnu Ammar al-Mushili, Ibnu Sa’ad dan Ibnu Hibban. Disetujui oleh Abu Hatim dan Ibnu Adi akan tetapi an-Nasai mendhaifkannya dan melayinkannya Abu Zar’ah. Sekelompok orang berpegang dengan penilaian dhaif an-Nasai dan kalam Abu Zar’ah dan mereka tidak memperdulikan ulama-ulama yang telah menilai tsiqah tersebut, bukan untuk apa-apa kecuali hanya untuk mendhaifkan hadits ini saja. Kelompok itu menyalahkan al-Hakim dan adz-Dzahabi yang telah menshahihkan hadits tersebut dalam kitab Mustadraknya 4/515, karena kedua imam ini mengetahui bahwa para ulama tersebut menilai tsiqah Katsir bin Zaid di bab-bab selain ini.
Makna dari ini semua bahwasanya penilaian tsiqah dan ittiham adalah hanyalah berdasarkan hawa nafsu dan pemikiran-pemikiran mereka. Ini adalah pengkhianatan terhdap keilmiyahan…
Aku tidak mengetahui apa madzhab mereka? Mereka mengaku bermadzhab Hambali terkadang mengaku tidak bermadzhab dan tidak mengikuti madzhab Hambali, dan mereka pun telah menentang adz-Dzahabi padahal adz-Dzahabi bermadzhab Hanbali. Mereka tidak menetapkan satu madzhab yang jelas untuk dikenali, sesungguhnya mereka di dalam madzhab seperti ular.”
Yang dimaksudkan oleh Syaikh Hamzah Ahmad az-Zain tidak ada lain kecuali kaum Wahabi.
Dan inilah hadits yang dimkasud yang didhaifkan Wahabi :
روى أحمد والحاكم وصححه ووافقه الذهبي في التلخيص جميعاً عن داود بن أبي صالح قال « أقبل مروان يوما فوجد رجلا واضعا وجهه على القبر فقال أتدري ما تصنع فاقبل عليه فإذا هو أبو أيوب فقال نعم جئت رسول الله صلى الله عليه وسلم ولم آت الحجر سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول لا تبكوا على الدين إذا وليه أهله ولكن ابكوا عليه إذا وليه غير أهله »
Madzhab Hawa Nafsu dan Realita Orang-orang Wahabi
Orang-orang Wahabi seperti yang kita lihat, mereka selalu mencela kaum muslimin yang bermadzhab. Mereka beranggapan bahwa bermadzhab itu sumber perpecahan. Padahal, walaupun mereka merasa tidak bermadzhab, sesungguhnya mereka secara tidak sengaja telah bermadzhab juga, yaitu bermadzhab dengan hawa nafsunya sendiri. Alias semau-maunya sesuai hawa nafsunya.
Selain itu, Wahabi memang tabiatnya menyelisihi sunnah seperti kita lihat dalam kasus bagaimana mereka memperlakukan keluarganya yang meninggal. (Al-Tahqiqat, juz III. Sunan an-Nasa’i, juz II)
قال صلى الله عيه وسلم من أعان على ميت بقراءة وذكر استوجب الله له الجنة. رواه الدارمى والنسائ عن ابن عباس
“Rasululloh saw bersabda: Barang siapa menolong mayit dengan membacakan ayat-ayat al-Qur’an dan dzikir,maka Allah memastikan surga baginya.” (HR. ad-Darimy dan Nasa’I dari Ibnu Abbas) –
Dalil yang kedua, (Tanqih al-Qaul)
وعن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال: تصدقوا على أنفسكم وعلى أمواتكم وعلى أمواتكم ولوبشربة ماءفان لم تقدروا على ذلك فبأية من كتاب الله تعالى فان لم تعلموا شيئا من القرءان فادعوا لهم بالمغفرة والرحمة فإن الله وعدكم الإجابة
“Dan dari Rasulullah صلى الله عيه وسلم , bahwa sesungguhnya Rasul bersabda : Bersedekahlah kalian untuk diri kalian dan orang-orang yang telah mati dari keluarga kalian walau hanya air seteguk. Jika kalian tak mampu dengan itu, bersedekahlah dengan ayat-ayat al-Qur’an.Jika kalian tidak mengerti al-Qur’an, berdo’alah untuk mereka dengan memintakan ampunan dan rahmat. Sungguh ALLAH telah berjanji akan mengabulkan do’a kalian.”
Orang-orang Wahabi gemar mempermasalahkan dalil amal perbuatan kaum muslimin, misalnya tentang :tahlilan, yasinan, ziarah kubur, maulid, perayaan isra mi’raj, sholawatan, puasa nisfu sya’ban, doa qunut, dzikir berjamaah, taraweh 20 rakaat, bersalaman setelah sholat sambil baca sholawat, membaca maha suci Allah dengan segala firman-Nya setelah baca qur’an , bertawwasul dll.
Padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sudah memperingatkan dalam hadits shahih:“Orang muslim yang paling BESAR DOSANYA (kejahatannya) terhadap kaum muslimin lainnya adalah orang yang mempermasalahkan tentang sesuatu yang sebelumnya tidak diharamkan (dilarang) bagi kaum muslimin, tetapi akhirnya sesuatu tersebut menjadi haram (dilarang) akibat dipermasalahkan(HR. Bukhari 6745, HR. Muslim 4349, 4350)
Orang-orang Wahabi punya kegemaran MENCELA amalan :tahlilan, yasinan, jiarah kubur, maulid, perayaan isra mi’raj, sholawatan, puasa nisfu sya’ban, doa qunut, dzikir berjamaah, taraweh 20 rakaat, bersalaman setelah sholat sambil baca sholawat, membaca maha suci Allah dengan segala firman Nya setelah baca qur’an , bertawwasul dll maka,
Allah Ta’ala berfirman: “Jangan pula engkau mematuhi orang yang suka MENCELA, berjalan membuat adu domba.”(al-Qalam: 11)
“Terkutuklah orang-orang yang banyak berdusta”(QS Adz Dzaariyaat:10)
“Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.”(Al Baqarah:10)
“Kecelakaan besarlah bagi tiap-tiap orang yang banyak berdusta lagi banyak berdosa”(Al Jaatsiyah:7)

Dusta adalah salah satu ciri orang Munafik: Nabi Muhammad SAW: “Tanda-tanda orang munafik ada tiga, yaitu bila berbicara dusta, bila berjanji tidak ditepati, dan bila diamanati dia berkhianat. “(HR. Muslim)
WaLlahua'lam

Jumat, 07 Agustus 2015

20 Mutiara Hikmah Mbah KH. Maemun Zubair


1. Wong Yahudi iku biyen gelem mulang angger dibayar, tapi akehe kiyai saiki ngalor ngidul karo rokoan ora gelem mulang nak ora dibayar, gelem mulang angger dibayar.
(Orang Yahudi dulu mau mengajar kalau dikasih uang, tetapi kebanyakan kyai sekarang mondar-mandir sambil rokoan tidak mau mengajar kalau tidak dikasih uang).
2. Wong neng dunyo iku ono bungahe lan ono susahe, kabeh iku supoyo biso dadek’ake parek marang Allah, Tapi nak neng akhirat nak susah susah tok rupane nang neroko, tapi nak seneng yo seneng tok rupane neng suargo.
(Orang di dunia itu ada yang senang dan ada yang susah. Semua itu supaya bisa mendekatkan diri kepada Allah, tetapi kalau di akhirat susah terus yaitu ketika di Neraka, dan senang terus ketika di Surga).
3. Kanggone wong islam nak susah yo disabari nak bungah disyukuri.
(Untuk orang Islam ketika susah disabari dan ketika senang disyukuri).
4. Apik-apik’e dunyo iku nalikone pisah antarane apik lan olo. Sakwali’e, elek-elek’e dunyo iku nalikone campur antarane apik lan olo. Mulane apik iku kanggone wong Islam, lan elek iku kanggone wong kafir.
(Bagusnya dunia itu ketika pisah antara bagus dan jelek, sebaliknya jeleknya dunia itu ketika campur antara bagus dan jelek).
5. Apik-apik’e wong iku taqwo marang Allah yoiku ora ngelakoni doso mboh iku doso cilik utowo doso gede kabeh iku di tinggal.
(Bagus-bagusnya orang itu ialah orang yang bertaqwa, yaitu tidak mau melakukan dosa, baik dosa kecil maupun besar semuanya ditinggal).
6. Zaman akhir iku senengane podo ngatur pangeran. yaiku podo akeh-akehan istighosahan koyo-koyo demo marang pangeran.
(Zaman akhir itu banyak orang yang mendemo Tuhan yaitu dengan cara Istighosah, seolah-olah seperti mengatur Tuhan).
7.Ngandikone bapakku : ﺣََِﻔَﻂ َﺷُﻴﺌﺎ ﻭﻏﺎ ﺑﺖ ﻋﻨﻪ ﺍﺷﻴﺎﺀ akehe wong iku ngertine pekoro siji liyane ora
ngerti koyo dene wong haji ngertine mong bab kaji, pembangunan masjid yo iku tok, ora ngerti bahwa sodakoh iku yo ono wong miskin mbarang.
(Ayah saya pernah mengatakan bahwa banyak orang yang tahu perkara satu tetapi yang lain tidak diketahui, seperti halnya orang tahunya hanya bab haji saja, atau shodaqoh pembangunan masjid saja, tetapi tidak tau bahwa sodaqoh itu juga ada yang buat fakir miskin).
8.Nak wong ahli toriqoh utowo ahli tasawuf iku ora ono bedone doso iku gede utowo cilik podo bae kabeh didohi.
(Kalau orang Ahli Toriqoh atau Tasawuf tidak ada bedanya dosa itu baik besar atau kecil semuanya ditinggalkan).
9.Wong iku seng apik ora kena nyepeleake doso senajan cilik, lan ora keno anggak karo amal senajan akeh amale.
(Orang itu yang bagus ialah tidak menyepelekan dosa meskipun kecil dan tidak sombong ketika punya amal meskipun banyak).
10. Dunyo iku dadi tepo tulodone neng akhirat: الدنيا مراة في الاخرة
(Dunia itu menjadi contoh atau cermin di akhirat).
11. Ngalamate Qiamat iku angger wong tani iku wes aras-arasen tani, mergo untunge iku sitik.
(Termasuk tanda Qiyamat itu orang sudah malas untuk bertani, karena untungnya sedikit).
12. Gusti Allah iku gawe opo bae mergo sebab awae dewe 'kembang seberat mekar dewe'.
(Allah itu membuat apa saja sebab diri sendiri 'Bunga berat berkembang sendiri').
13. Nabi bersabda : ﺍﻧﻜﻢ ﺳﺘﻤﺼﺮﻭﻥ ﺍﻣﺼﺎﺭﺍ seng artine kuwe kabeh ko bakal gawe kota dewe-dewe. Wong sugih iku ko bakal gawe kota dewe-dewe, wong mlarat iku podo gawe deso dewe-dewe.
(Bahwasannya nabi telah bersabda yang artinya: Orang kaya itu akan membuat kota sendiri-sendiri, sedangkan orang Miskin nanti akan membuat desa sendiri-sendiri).
14. Endi-endi barang iku bakale ilang. Wong mangan daging eyo bakale ilang, tapi ono seng ora ilang, iyoiku barang seng ora ketok koyo dene ruh, kang ora sebab opo-opo, langsung pepareng soko Allah ora melalui proses.
(Semua barang itu akan hilang, orang makan daging juga akan hilang dagingnya, tetapi ada yang tidak hilang yaitu Ruh, ini pemberian lansung dari Allah tanpa proses).
15. Wali iku nak katok iku wes ora disiplin wali, masalahe wali iku ora keno kanggo conto, asale tingkahe iku selalu nulayani adat.
(Yang namanya Wali kalau kelihatan itu sudah tidak disiplin Wali, karena Wali itu tidak boleh dicontoh, karena tingkahnya selalu berselisih dengan kebiasaan).
16. Alamate wali iku wes ora biso guneman karo menungso, masalahe wong nak guneman karo menungso iku yo ora biso dzikir karo Allah.
(Tanda wali itu sudah tidak bisa berkomunikasi dengan manusia karena kalau berdiskusi dengan manusia biasanya tidak bisa dzikir dengan Allah).
17. Barang yen positif iku ora katon , bisone katon iku angger ono negatif, koyo kuwe biso reti padang yen wes weruh peteng, wong biso ngerti Allah angger wes ngerti liyane Allah.
(Sesuatu yang bagus itu tidak kelihatan, dan akan kelihatan ketika ada yang tidak bagus, contoh kamu tau terang kalau sudah gelap, dan kamu tau Allah ketika kamu tau selain Allah).
18. Wong iku yen solat bengi kok ajak-ajak iku berati ora pati ikhlas, masalahe mbengi iku wayah turu, lah wong solat iku kudune soko karepe dewe.
(Orang ketika salat malam mengajak-ajak berati itu menandakan tidak begitu ikhlas, karena waktu malam itu waktu istirahat, kalau mau salat memang dari keinginan diri sendiri).
19. Sepiro senenge tangi soko kubur, iku sepiro enakke neng alam akhirat.
(Seberapa senangnya orang bangun dari kubur, seberapa senangnya di akhirat).
20. Wong naliko metu soko wetenge simbok iku kudu susah, tapi yen wong metu soko dunyo alias mati iku kudu roso seneng, iki alamate wong seng bakal urip seneng.
(Orang ketika keluar dari kandungan sang Ibu harus susah, sedangkan keluar dari dunia yaitu meninggal harus senang ini alamatnya orang akan senang).
Sumber : santrijagad.org