Minggu, 09 Agustus 2015

Kata-kata Imam Syafi'i Yang Sering Dipelintir Wahabi

Inilah beberapa Ucapan Imam Syafii Yang Sering Di Salah Fahami oleh kaum Wahabi si tanduk saitan minan najdi Pengikut madzhab hawa nafsu.
Seperti biasa, untuk mendukung dakwah jahilnya wahabi selalu menggunakan dalil-dalil atau perkataan Ulama yang sekiranya bisa "mendukung" atau "melegalkan" ajaran mereka, meskipun tidak nyambung dan lebih terkesan di paksakan. Tidak terkecuali ayat Al-Qur'an, tidak terkecuali Hadits, tidak terkecuali atsar sahabat tidak terkecuali ucapan para Imam Mazhab yang 4 pun terkena di seret semaunya.


Diantara ucapan Imam Syafi'i yang sering mereka gunakan adalah :Jika kalian mendapati dalam kitabku yang bertentangan dengan sunnah Rasulullah SAW maka ambillah sunnah Rasulullah SAW dan tinggalkanlah pendapatku.
Ucapan Imam Syafi'i yang ini sering digunakan wahabi diulang dimana-mana bahkan di setiap perdebatan atau dialog atau ceramah yang mereka lakukan mereka selalu mengulang-ulang ucapan Imam Syafii ini. Menurut mereka dengan ucapan Imam Syafii yang ini maka kita harus berpikir dulu untuk bermadzhab Syafii karena Imam Syafii sendiri pun sudah berkata demikian.
Maka kita harus kembali kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah dan tidak penting bermadzhab, karena didalam madzhab bisa saja ada kekeliruan sementara didalam hadits yang shahih tidak ada kekeliruan.
Inilah salah satu akal bulus mereka. Mereka sama sekali tidak memahami karakter gaya bahasa yang di gunakan Imam Syafii. Mereka terlalu dangkal menyimpulkannya, entah karena tidak paham atau sengaja menyelewengkan makna untuk menipu orang awam.
Apakah benar definisi ucapan Imam Syafii ini berarti kita harus melepaskan madzhab???
Imam Syafii berkata seperti ini bukanlah dimaksudkan seperti yang mereka (wahabi) katakan. Di zaman itu orang lebih mendengar pendapat ulama hadits ketimbang ulama fiqih, Namun orang-orang melihat bahwa Imam Syafii sepertinya lebih banyak menghabiskan waktunya untuk mendalami ilmu fiqih ketimbang Ilmu hadits, itu sebabnya nama Imam Syafi'i tidak termasuk didalam Kutubussittah dan kutubusshiroh karena Imam Syafii lebih banyak menghabiskan usianya untuk mendalami masalah fiqih ketimbang Ilmu Hadits. Sehingga ketika Imam Syafi'i mengasas Mazhab Syafii banyak sekali orang-orang yang meragukan mazhab ini, karena orang-orang meragukan keilmuan Imam Syafii dibidang Hadits.
Terlebih-lebih lagi dizaman itu sudah ada 2 mazhab besar, Madzhab Maliki dan Madzhab Hambali, dimana Imam Maliki dan Imam Abu Hanifah terkenal sebagai 2 raja hadits dizaman itu. Kita tahu pada masa itu baru berkembang 2 kutub fiqih, yaitu kutub Baghdad dengan Abu Hanifah sebagai maha guru, dan kutub Hijaz dengan imam Malik sebagai maha guru.
Masing-masing punya keistimewaan. Abu Hanifah telah berhasil memecahkan sistem istimbath hukum dengan kondisi minimnya hadits shahih dan berserakannya hadits dhaif dan palsu. Kondisi yang demikian telah memaksa beliau melakukan ijtihad dan pengembangan logika hukum dengan tetap berlandaskan kepada hadits-hadits shahih, meski jumlahnya sangat minim di negerinya.
Di belahan bumi yang lain, ada Imam Malik yang tinggal di Madinah dan menjadi imam masjid sekaligus menjadi mufti. Madinah adalah kota suci nabi Muhammad SAW dan para shahabat radhiyallahu anhum ajmain. Saat itu, 100 tahunan sepeninggal generasi Rasulullah SAW dan para shahabat, di Madinah masih tersisa banyak anak cucu dan keturunan generasi terbaik.
Nyaris tidak ada yang berubah dari pola kehidupan di zaman nabi. Bahkan Imam Malik berkeyakinan bahwa setiap perbuatan dan tindakan penduduk Madinah saat itu boleh dijadikan sebagai landasan hukum. Lantaran beliau yakin bahwa mustahil generasi keturuan nabi dan para shahabat memalsukan hadits atau berbohong tentang nabi.
Maka salah satu ciri khas mazhab Malik adalah kekuatan mereka menggunakan dalil, meski kalau disandingkan dengan syarat ketat versi Al-Bukhari nantinya, hadits itu dianggap kurang kuat.
Dan Imam Malik nyaris menghindari logika fiqih semacam qiyas dan sejenisnya, karena memang nyaris kurang diperlukan. Sebab kondisi sosial ekonomi di Madinah di zamannya masih mirip sekali dengan zaman nabi SAW.
Berbeda dengan kondisi sosial ekonomi di Iraq, tempat di mana Al-Imam Abu Hanifah mendirikan pusat ilmu. Selain hadits palsu banyak berseliweran, Iraq sudah menjadi kosmopolitan dengan sekian banyak dinamika yang melebihi zamannya. Banyak fenomena yang tidak ada jawabannya kalau hanya merujuk kepada nash-nash hadits saja. Maka wajar bila Abu Hanifah mengembangkan pola qiyas secara lebih luas.
Imam Syafii adalah murid paling pandai yang berguru kepada Al-Imam Malik ketika beliau tinggal di Madinah. Namun beliau ke Iraq, beliau juga belajar kepada murid-murid Imam Abu Hanifah. Maka mazhab fiqih yang beliau kembangkan di Iraq adalah perpaduan antara dua kekuatan tersebut. Semua keistimewaan mazhab Malik di Madinah dipadukan dengan keunikan mazhab Hanafiyah di Iraq. Dan hasilnya adalah sebuah mazhab canggih, yaitu mazhab Al-Imam Asy-Syafi'i.
Sayangnya banyak orang yang tidak tahu sejarah seperti ini, sehingga tidak sedikit yang memandang mazhab Asy-Syafi'i dengan pandangan minor dan kurang respek. Padahal, logika sederhananya, dengan menggunakan mazhab Asy-Syafi'i, boleh dibilang bahwa setiap orang sudah otomatis menggunakan mazhab Abu Hanifah dan Malik sekaligus. Meski tidak secara pas boleh dikatakan demikian.
Maka orang-orang dizaman itu lebih 'memandang' mazhab hanafi dan mazhab maliki ketimbang mazhab Syafii, yang baru saja di asas.
Mereka meragukan mazhab syafii ini karena mereka lebih banyak melihat Imam Syafii menghabiskan waktunya untuk belajar ilmu fiqih ketimbang ilmu hadits, sehingga orang-orang meragukan kualitas hadits-hadist didalam mazhab Syafi.
Untuk menjawab keraguan orang-orang ini terlebih-lebih lagi bagi murid-murid beliau maka Imam Syafii mengeluarkan ucapan, "Jika kalian mendapati dalam kitabku yang bertentangan dengan sunnah Rasulullah SAW maka ambillah sunnah Rasulullah SAW dan tinggalkanlah pendapatku."
Ucapan ini untuk menjawab keragu-raguan orang akan mazhabnya, untuk menantang orang-orang yang meragukan Mazhabnya. Pada kesempatan lain lagi Imam Syafii berkata:
Bila sebuah hadits dinyatakan sahih, maka itulah mazhabku.
Mazhabku itu apa??
Ya Mazhab Syafii. Itu artinya hadits didalam mazhabnya adalah shahih semua. Dalam kesempatan lain Imam Syafii kembali menekankan bahwa pendapat beliau hanya berlandaskan kepada hadits shahih
Imam Syafii berkata :
Kalian lebih mengetahui hadits dan rawi-rawinya daripada aku. Bila suatu hadits dinyatakan sahih maka beritahukanlah kepadaku darimanapun asalnya, dari Kufah, Basrah atau Syam. Bila benar sahih aku akan menjadikannya mazhabku (Mazhab Syafii).
Seakan-akan Imam Syafii berkata begini : Buat yang paham hadits jika nanti menemukan hadits shahih dari berbagai tempat kasih tahu aku, karena akan aku jadikan sebagai dalil didalam mazhabku. Ini adalah sebagai bentuk penekanan bahwa Imam Syafii hanya mau menjadikan hadits shahih sebagai landasan mazhabnya.
Dalam kesempatan lain Imam Syafii kembali menegaskan bahwa dalil-dalil didalam mazhabnya adalah Shahih semua :
Setiap masalah yang ada haditsnya dari Rasulullah SAW menurut ahli hadits yang bertentangan dengan pendapatku, niscaya aku cabut pendapatku baik selama aku masih hidup atau setelah matiku.
Demikian pula penekanan-penekanan Imam Syafii pada kesempatan lain :
Bila kalian melihatku mengemukakan suatu pendapat, dan ternyata ada hadits sahih yang bertentangan dengan pendapatku maka ketahuilah bahwa pendapatku tidak pernah ada.
Namun tentu saja sebagai ulama besar beliau tetap bertawadhu, tidak menyombongkan diri dan menghargai pendapat ulama lain di zaman itu, terutama pendapat guru beliau Imam Malik dan Imam Hanafi, serta murid beliau Imam Ahmad bin Hambal :
Semua yang aku ucapkan sedangkan ada hadits Rasulullah SAW yang sahih bertentangan dengan pendapatku maka hendaknya diutamakan hadits Rasulullah SAW, janganlah bertaklid kepadaku.
Namun nyatanya dalil didalam mazhab Syafii adalah shahih semua. Jika fatwa Imam Syafii ada yang tidak shahih dan menyalah, tidak perlu menunggu reaksi dari wahabiyyun, tentu pembantahannya sudah dilakukan oleh ulama yang hidup sezaman dengan Imam Syafii yang ilmunya jauh lebih tinggi ketimbang wahabiyyun.
Kita bisa melihat kitab tarikh, atau kitab-kitab lain untuk menelusuri kejadian dizaman itu. Apakah kita temukan keterangan didalam kitab-kitab bahwa dizaman itu ada ulama yang membantah pendapat Imam Syafii?? Nyatanya tidak ada.
Jangankan kyai-kyai wahabi ini yang baru lahir diabad ini yang hanya kebagian sisa-sisa hadits dari ulama, bahkan guru Imam Syafii yang notabenenya adalah Syaikhul Akbar sendiri seperti Imam Malik dan Imam Abu Hanifah saja tidak berani membantah pendapat Imam Syafii.
Jika pendapat Imam Syafii ada yang salah, apa mungkin sang guru mendiamkannya?? Mustahil...!!!
Ini artinya apa?? Ini artinya semua pendapat Imam Syafii shahih semua.
Siapa mereka wahabi-wahabi ini yang 'nekad' ingin menumbangkan pendapat Imam Syafii??
Imam Syafii adalah Muhaddits dan Hujjatul islam, syarat seorang mencapai derajat Hujjatul islam adalah hafal 300 ribu hadits dengan sanad dan matannya, sedangkan satu kalimat pendek hadits saja bila dg hukum sanad dan matannya bisa menjadi dua halaman panjangnya,
Lalu bagaimana dengan 300 ribu hadits dg sanad matan?
Ketahuilah bahwa Imam Ahmad bin Hanbal telah hafal 1 juta hadits dg sanad dan matannya, sedangkan Imam Ahmad ini adalah murid Imam Syafii, dan Imam Syafii adalah murid Imam Malik.
Imam Syafii menulis seluruh fatwa dan catatan2nya hingga memenuhi kamarnya (entah berapa juta halaman), lalu berkata Imam syafii, "sulit sekali aku, karena tak bisa bepergian kemana mana karena ilmuku semua terkumpul di kamar kerjaku, maka aku menghafal kesemuanya, lalu kubakar seluruh catatan itu, karena sudah kupindahkan ke kepalaku kesemuanya".
Imam Malik telah menulis sebuah buku hadits yg dinamakan : Almuwatta', yg artinya : "yg menginjak", karena kitabnya itu mengungguli dan menengelamkan semua kitab para ulama Imam imam dan Muhadditsin lainnya di zamannya, semua terinjak/terkalahkan oleh kitab beliau. dan Imam Syafii sudah hafal kitab ALmuwatta pada usia 15 tahun, ia hafal Alqur'an pada usia 10 tahun, dan berkata Imam Ahmad bin Hanbal, tak kulihat orang yg lebih menginginkan berada pada sunnah melebihi Imam Syafii.
Ini menegaskan bahwa Imam Syafii tidak hanya luar biasa didalam ilmu fiqih, tapi juga ilmu haditsnya tidak bisa di remehkan.
Nah.. apalah artinya ucapan ucapan mereka itu dibanding Imam Imam besar yg mereka itu tak akan melupakan sebutir kesalahanpun dalam fatwanya, dan bila fatwanya ada kesalahan, niscaya sudah dilewati beribu2 muhaddits dan Imam Imam yg menyangkalnya dizamannya, sehingga disuatu kesempatan Imam Syafii kembali menegaskan kepada orang-orang yang meragukan mazhabnya.
Kalau ada hadits shahih, maka itulah mazhabku (mazhab syafii), dan kalau ada hadits shahih maka campakkanlah pendapatku ke (balik) tembok. (Siyar A’laamin Nubala’ 3/3284-3285).
Ini adalah penegasan dari Sang Imam Akbar buat orang-orang yang meragukan ucapan Imam Syafii (semacam wahabi) yang suka meragukan fatwanya. Dan jawaban dan pengamanan bagi orang-orang didalam mazhab syafii bahwa dalil didalam mazhab Syafii semuanya adalah shahih. Dan Inilah makna yang sebenarnya.
Inilah karakter gaya bahasa Imam Syafii yang sulit dipahami oleh orang-orang polos seperti wahabi. Mereka mengartikannya secara bulat-bulat tanpa mengerti maksud disebalik ucapan Imam Syafii itu. Ini akibat belajar tanpa berguru dan tidak punya sanad. Sehingga banyak keliru menafsirkan ucapan ulama.
Kita lihat ucapan yang lain. Dalam kesempatan lain Imam Syafii pernah berkata :
"Sekiranya mencintai keluarga Rasul itu Syiah, maka saksikanlah wahai seluruh jin dan manusia bahwa aku ini adalah Syiah...!!"
Jika ucapan Imam Syafii yang ini diartikan dengan metode yang wahabi gunakan dalam mengartikan ucapan Imam Syafii diatas tadi secara polos, tentu kita akan menyimpulkan bahwa Imam Syafii adalah syiah.
Ucapan Imam Syafii ini sering digunakan oleh syiah bahwa Imam Syafii adalah syiah, padahal bukan. Jika Imam Syafii adalah Syi'ah tidak perlu beliau kalimatnya seperti itu. Beliau cukup berkata "Aku adalah Syi'ah", tanpa perlu embel-embel "jika mencintai ahlul bait/keluarga Rasulullah saw".
Imam Syafi'i berkata seperti ini untuk menghilangkan keraguan orang-orang dizaman itu yang mencintai keluarga Rasulullah saw (Ahlul Bait). Karena dizaman itu setiap orang yang mencintai ahlul bait akan dibilang syi'ah, sehingga orang menjadi ragu-ragu untuk mencintai ahlul bait, karena takut akan di cap syi'ah. Padahal yang mencintai ahlul bait tidak harus syi'ah tapi adalah semua umat Islam. Itu sebabnya Imam Syafii menegaskan untuk menjawab keraguan orang-orang itu seraya berkata
Sekiranya mencintai keluarga Rasul itu Syiah, maka saksikanlah wahai seluruh jin dan manusia bahwa aku ini adalah Syiah...!!".
Namun nyatanya Imam Syafii bukanlah syi'ah. Beliau adalah Ahlus Sunah Wal Jama'ah. Nah demikianlah segelintir pengertian ucapan Imam Syafii yang sering diselewengkan maknanya zhahirnya oleh wahabi untuk menumbangkan mazhab, entah karena tidak mengerti atau sengaja licik demi memuluskan jalan mereka karena mereka sering melakukan keduanya. Menyelewengkan ucapan ulama dan tidak mengerti ucapan ulama. Yang menjadi korban tentu orang-orang awam yang menjadi sasaran dakwah mereka untuk di tarik menjadi golongan mereka yang pada akhirnya akan "DIPAKSA" mengakui bahwa kedua orang tua Rasulullah saw masuk neraka dan mengakui bahwa Allah memiliki tangan, kaki, gusi, berlari, bersemayam, menempati ruang tertentu.
Waspadalah Ya Ayyuhal Muslimin..
Karna madzhab wahabi bagaikan ular
Wahabi adalah pengikut madzhab hawa nafsu, pengkhianat ilmiyyah dan madzhab mereka seperti ular.
Ya, benar. Adalah Seorang ulama besar pensyarah Musnad imam Ahmad bin Hanbal yaitu syaikh Hamzah Ahmad az-Zain mensifati orang-orang wahabi dengan pengikut madzhab hawa nafsu, pengkhianat ilmiyyah dan madzhab mereka seperti ular.
Ketika beliau mensyarah hadits nomer 23476 dalam kitab Musnad imam Ahmad, beliau berkomentar sebagai berikut :
إسناده صحيح ، كثير بن زيد وثقه أحمد ورضيه ابن معين ووثقه ابن عمار الموصلي وابن سعد ، وابن حبان ، وصلحه أبو حاتم ورضيه ابن عدي ولكن ضعفه النسائي ولينه أبو زرعة . وتمسك قوم بتضعيف النسائي وكلام أبي زرعة وتركوا كل هؤلاء لا لشيء إلا ليضعفوا هذا الحديث . وخطأ الحاكم والذهبي لأنهما صححاه في المستدرك 4 / 515 علماً بأنهم يوثقون كثير بن زيد في أماكن غير هذا ، ومعنى ذلك أن التوثيق والاتهام يخضع للأهواء والمذاهب وهذه خيانة علمية بحد ذاتها أما لماذا يضعفوه هنا ؟ فهذه سقطة علمية محسوبة عليهم يقولون إن في هذا دلي لم يجيز التمسح بالقبور . وهل كان أبو أيوب يتمسح بقبر النبي وهؤلاء عندهم عقدة من أي خبر فيه دنو من القبور وهذا أكبر دليل على بطلان مذهبهم ، فماذا يرجى من خونة للعلم ؟ ولا ندري مذهب هؤلاء . إنهم يدعون أنهم حنابلة تارة ولا مذهبية تارة أخرى . فلا تبعوا الحنابلة وقد خالفوا الذهبي وهو حنبلي ولا هم أثبتوا مذهباً واضحاً صريحاً يعرف لهم وإنما في مذهب كالحية
“Isnadnya shahih, Katisr bin Zaid telah ditautsiq (dinilai tsiqah) oleh imam Ahmad dan disetujui Ibnu Ma’in, juga dinilai tsiqah oleh Ibnu Ammar al-Mushili, Ibnu Sa’ad dan Ibnu Hibban. Disetujui oleh Abu Hatim dan Ibnu Adi akan tetapi an-Nasai mendhaifkannya dan melayinkannya Abu Zar’ah. Sekelompok orang berpegang dengan penilaian dhaif an-Nasai dan kalam Abu Zar’ah dan mereka tidak memperdulikan ulama-ulama yang telah menilai tsiqah tersebut, bukan untuk apa-apa kecuali hanya untuk mendhaifkan hadits ini saja. Kelompok itu menyalahkan al-Hakim dan adz-Dzahabi yang telah menshahihkan hadits tersebut dalam kitab Mustadraknya 4/515, karena kedua imam ini mengetahui bahwa para ulama tersebut menilai tsiqah Katsir bin Zaid di bab-bab selain ini.
Makna dari ini semua bahwasanya penilaian tsiqah dan ittiham adalah hanyalah berdasarkan hawa nafsu dan pemikiran-pemikiran mereka. Ini adalah pengkhianatan terhdap keilmiyahan…
Aku tidak mengetahui apa madzhab mereka? Mereka mengaku bermadzhab Hambali terkadang mengaku tidak bermadzhab dan tidak mengikuti madzhab Hambali, dan mereka pun telah menentang adz-Dzahabi padahal adz-Dzahabi bermadzhab Hanbali. Mereka tidak menetapkan satu madzhab yang jelas untuk dikenali, sesungguhnya mereka di dalam madzhab seperti ular.”
Yang dimaksudkan oleh Syaikh Hamzah Ahmad az-Zain tidak ada lain kecuali kaum Wahabi.
Dan inilah hadits yang dimkasud yang didhaifkan Wahabi :
روى أحمد والحاكم وصححه ووافقه الذهبي في التلخيص جميعاً عن داود بن أبي صالح قال « أقبل مروان يوما فوجد رجلا واضعا وجهه على القبر فقال أتدري ما تصنع فاقبل عليه فإذا هو أبو أيوب فقال نعم جئت رسول الله صلى الله عليه وسلم ولم آت الحجر سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول لا تبكوا على الدين إذا وليه أهله ولكن ابكوا عليه إذا وليه غير أهله »
Madzhab Hawa Nafsu dan Realita Orang-orang Wahabi
Orang-orang Wahabi seperti yang kita lihat, mereka selalu mencela kaum muslimin yang bermadzhab. Mereka beranggapan bahwa bermadzhab itu sumber perpecahan. Padahal, walaupun mereka merasa tidak bermadzhab, sesungguhnya mereka secara tidak sengaja telah bermadzhab juga, yaitu bermadzhab dengan hawa nafsunya sendiri. Alias semau-maunya sesuai hawa nafsunya.
Selain itu,Wahabi memang tabiatnya menyelisihi sunnah seperti kita lihat dalam kasus bagaimana mereka memperlakukan keluarganya yang meninggal. (Al-Tahqiqat, juz III. Sunan an-Nasa’i, juz II)
قال صلى الله عيه وسلم من أعان على ميت بقراءة وذكر استوجب الله له الجنة. رواه الدارمى والنسائ عن ابن عباس
“Rasululloh saw bersabda: Barang siapa menolong mayit dengan membacakan ayat-ayat al-Qur’an dan dzikir,maka Allah memastikan surga baginya.” (HR. ad-Darimy dan Nasa’I dari Ibnu Abbas) –
Dalil yang kedua, (Tanqih al-Qaul)
وعن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال: تصدقوا على أنفسكم وعلى أمواتكم وعلى أمواتكم ولوبشربة ماءفان لم تقدروا على ذلك فبأية من كتاب الله تعالى فان لم تعلموا شيئا من القرءان فادعوا لهم بالمغفرة والرحمة فإن الله وعدكم الإجابة
“Dan dari Rasulullah صلى الله عيه وسلم , bahwa sesungguhnya Rasul bersabda : Bersedekahlah kalian untuk diri kalian dan orang-orang yang telah mati dari keluarga kalian walau hanya air seteguk. Jika kalian tak mampu dengan itu, bersedekahlah dengan ayat-ayat al-Qur’an.Jika kalian tidak mengerti al-Qur’an, berdo’alah untuk mereka dengan memintakan ampunan dan rahmat. Sungguh ALLAH telah berjanji akan mengabulkan do’a kalian.”
Orang-orang Wahabi gemar mempermasalahkan dalil amal perbuatan kaum muslimin, misalnya tentang :tahlilan, yasinan, ziarah kubur, maulid, perayaan isra mi’raj, sholawatan, puasa nisfu sya’ban, doa qunut, dzikir berjamaah, taraweh 20 rakaat, bersalaman setelah sholat sambil baca sholawat, membaca maha suci Allah dengan segala firman-Nya setelah baca qur’an , bertawwasul dll.
Padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sudah memperingatkan dalam hadits shahih:“Orang muslim yang paling BESAR DOSANYA (kejahatannya) terhadap kaum muslimin lainnya adalah orang yang mempermasalahkan tentang sesuatu yang sebelumnya tidak diharamkan (dilarang) bagi kaum muslimin, tetapi akhirnya sesuatu tersebut menjadi haram (dilarang) akibat dipermasalahkan(HR. Bukhari 6745, HR. Muslim 4349, 4350)
Orang-orang Wahabi punya kegemaran MENCELA amalan :tahlilan, yasinan, jiarah kubur, maulid, perayaan isra mi’raj, sholawatan, puasa nisfu sya’ban, doa qunut, dzikir berjamaah, taraweh 20 rakaat, bersalaman setelah sholat sambil baca sholawat, membaca maha suci Allah dengan segala firman Nya setelah baca qur’an , bertawwasul dll maka,
Allah Ta’ala berfirman: “Jangan pula engkau mematuhi orang yang suka MENCELA, berjalan membuat adu domba.”(al-Qalam: 11)
“Terkutuklah orang-orang yang banyak berdusta”(QS Adz Dzaariyaat:10)
“Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.”(Al Baqarah:10)
“Kecelakaan besarlah bagi tiap-tiap orang yang banyak berdusta lagi banyak berdosa”(Al Jaatsiyah:7)
Dusta adalah salah satu ciri orang Munafik: Nabi Muhammad SAW: “Tanda-tanda orang munafik ada tiga, yaitu bila berbicara dusta, bila berjanji tidak ditepati, dan bila diamanati dia berkhianat. “(HR. Muslim)
WaLlahua'lam

6 komentar:

  1. Trma ksih atas ilmunya saya jdi lbih tau ttng sjrah imam syafii dan para imam madzhab

    BalasHapus
  2. Mantap infonya min, keep posting!

    BalasHapus
  3. harusnya jawabnya pakai kitab majmu' imam nawawi aja.. disana dijelasman panjang lebar oleh imam nawawi maksud kata imam nawawi.. dan tak semuda yg qt kira..

    BalasHapus
  4. مَنْ أَعَانَ عَلَى مَيِّتٍ بِقِرَاءَةٍ وَذِكْرٍ اِسْتَوْجَبَ اللهُ لَهُ الْجَنَّةَ
    Minta takhrij hadits ini secara lengkap

    BalasHapus
  5. مَنْ أَعَانَ عَلَى مَيِّتٍ بِقِرَاءَةٍ وَذِكْرٍ اِسْتَوْجَبَ اللهُ لَهُ الْجَنَّةَ
    Minta takhrij hadits ini secara lengkap

    BalasHapus
  6. kayaknya yg nulis didorong kebencian dn nafsu, mohon yg dingin

    BalasHapus