Rabu, 21 Desember 2016

Muslim Sejati Penopang Kepemimpinan Dunia Akherat (Bag.1)

Dunia memiliki berbagai macam agama yang dianut oleh para penganutnya masing-masing, yang dianggap panutan dan fitrah baginya. Indonesia merupakan Negara yang berpenduduk mayoritas beragama Islam, bahkan memiliki penganut agama Islam terbesar di dunia.  Hal ini merupakan suatu kebanggaan sekaligus suatu tantangan yang akan dihadapi oleh bangsa Indonesia bahkan masyarakat dunia pada umumnya. Ini terjadi sebagian besar masyarakat Indonesia belum memahami secara mendalam makna yang terkandung di dalam agama Islam itu sendiri.

Islam memiliki keistimewaan tersendiri ketika dibandingkan dengan ajaran lainnya. Keistimewaan dimaksud diantaranya terkait dengan syariatnya yang tetap menjadi rujukan kehidupan sekalipun zaman terus tergulir tanpa henti. Keadaan tersebut amat berbeda jika dibandingkan dengan agama-agama lainnya. Karena agama lainnya bersifat lokal, parsial dengan peruntukannya hanya untuk komunitas itu.
Islam merupakan nama bagi agama Allah yang disampaikan oleh para Nabi dan Nabi Muhammad. Islam sebagai agama akhir zaman bersifat mengayomi apa yang kurang dan melebihbaguskan apa yang tetap masih dianggap berlaku.

“Islam adalah agama damai yang mencintai kemanusiaan. Ia membawa rahmat dan kedamaian bagi seluruh alam. Bahkan, walau dalam keadaan bermusuhan, Islam tetap memerintahkan kejujuran tingkah laku dan perlakuan yang adil.” (M. Quraish Shihab)

Islam bukan sebuah agama baru, tetapi merupakan bagian yang integral dari kelanjutan agama-agama besar yang telah diturunkan secara berkelanjutan dari seluruh kesejarahan ummat. Berbagai rasul telah diutus dalam momen yang berbeda untuk menegakkan agama yang universal sesuai dengan situasi dan kebutuhan zamannya. Islam erat hubungannya dengan gerakan-gerakan lain yang dihadirkan untuk menegakkan eman sipasi dan mengubah pola hidup manusia menjadi lebih sempurna disepanjang sejarah.[1]

Berakar dari pemaparan tentang Islam, dapat bermakna bahwa islam membawa kedamaian dan menciptakan rasa damai dalam kehidupan. Bila kita menangkap pemahaman lebih dalam tentang islam, bahwasannya islam selalu mengutamakan kerukunan dan toleransi sebagaimana yang tertuang dalam Ideologi Negara, Pancasila. Selain itu, islam juga membawa keselamatan atau terhindar dari bencana, baik bencana hidup di dunia maupun di akhirat. Karena Allah menjamin mereka-mereka yang menganut agama islam. “Allah menjanjikan kepada orang-orang mukmin, lelaki dan perempuan, (akan mendapat) surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai, kekal mereka di dalamnya, dan (mendapat) tempat-tempat yang bagus di surga 'Adn. dan keridhaan Allah adalah lebih besar; itu adalah keberuntungan yang besar.” (Q.S. At-Taubah/09: 72)


Persatuan dan kesatuan

Pancasila telah melandasi adanya persatuan dan kesatuan antarsesama manusia. Persatuan dan kesatuan itu terbentuk dengan saling menghormati dan menghargai termasuk perbedaan agama, suku dan ras. Dengan adanya toleransi tersebut, maka bangsa Indonesia memiliki kedamaian jiwa. Tak hanya itu, hidup rukun, saling meyayangi juga terjalin dalam kehidupan mereka.

Terimplementaikannya persatuan kesatuan dapat dipicu dengan mengerjakan ajaran-ajaran agama islam yang berorientasi pada pembentukan perdamaian di tengah umat manusia. Antara lain:
a)      Tidak berbuat kedhaliman
Kedzaliman adalah sumber petaka yang dapat merusak stabilitas perdamaian dunia. Penindasan, penyiksaan, pengerusakan, pengusiran, imperialisme modern yang kerap terjadi pada negara-negara Muslim saat ini membuahkan reaksi global melawan tindakan bejat itu dengan berbagai macam cara, hingga perdamaian semakin sulit terwujud. Maka selayaknya setiap insan sadar bahwa kedzaliman adalah biang kemunduran. Dengan demikian jika menghendaki kehidupan yang damai maka tindakan kedzaliman harus dijauhi.
b)      Pembuktian adanya persamaan derajat
Persamaan derajat diantara manusia merupakan salah satu hal yang ditekankan dalam Islam. Tidak ada perbedaan antara satu gologan dengan golongan lain, semua memiliki hak dan kewajiban yang sama. Kaya, miskin, pejabat, pegawai, perbedaan kulit, etnis dan bahasa bukanlah alasan untuk mengistimewakan kelompok atas kelompok. Dengan adanya persamaan derajat itu, maka semakin meminimalisir timbulnya benih-benih kebencian dan permusuhan di antara manusia, sehingga semuanya dapat hidup rukun dan damai.
c)      Menjunjung tinggi keadilan
Islam sangat menekankan perdamaian dalam kehidupan sosial di tengah masyarakat, keadilan harus diterapkan bagi siapa saja walau dengan musuh sekalipun. Karena dengan ditegakkannya keadilan, maka tidak ada seorang pun yang merasa dikecewakan dan didiskriminasikan sehingga dapat meredam rasa permusuhan, dengan demikian konflik tidak akan terjadi.
d)     Memberikan kebebasan
Islam menjunjung tinggi kebebasan, terbukti dengan tidak adanya paksaan bagi siapa saja dalam beragama, setiap orang bebas menentukan pilihannya. Dengan adanya kebebasaan itu maka setiap orang puas untuk menentukan pilihannya, tidak ada yang merasa terkekang hingga berujung pada munculnya kebencian. Dengan kebebasan ini, jalan menuju kehidupan damai semakin terbuka lebar.
e)      Membiasakan hidup rukun dan saling tolong-menolong.
Islam juga menyeru kepada umat manusia untuk hidup rukun saling tolong menolong dalam melakukan perbuatan mulia dan mengajak mereka untuk saling bahu membahu menumpas kedzaliman di muka bumi ini, dengan harapan kehidupan yang damai dan sejahtera dapat terwujud.
f)       Toleransi
Islam menganjurkan kepada umatnya saling toleransi atas segala perbedaan yang ada, dalam rangka mencegah terjadinya pertikaian yang dapat merugikan semua pihak.
g)      Meningkatkan solidaritas sosial
Solidaritas sosial juga ditekankan oleh agama mulia ini untuk ditanamkan kepada setiap individu dalam masyarakat, agar dapat memposisikan manusia pada tempatnya serta dapat mengentaskan kefakiran, kebodohan dan kehidupan yang tidak menentu. Maka Islam mewajibkan kepada orang yang mampu untuk menyisihkan hartanya guna diberikan kepada mereka yang membutuhkan. Termasuk 8 golongan mustahiq: fakir, miskin, budak, amil, muallaf, ghorim, sabilillah, fi sabilillah.

Selain dibutuhkan toleransi dan menghormati antar sesama. Persatuan dan kesatuan juga harus didukung dengan kepemimpinan yang efektif dan pemimpin yang layak untuk dijadikan pemimpin. Sebagian orang berasumsi bahwa pemimpin itu boleh dari kalangan beda agama, karena mereka menilik dari filsafat pancasila sila ke-3 “Persatuan dan Kesatuan” yakni dengan adanya toleransi.

Kini, telah terjadi suatu kota yang dipimpin oleh pemimpin beda agama, sebut saja kota DKI Jakarta. Kota ini banyak dibincangkan di masyarakat bahkan di media cetak maupun media sosial. Apalagi berita yang paling menghangatkan (hot news) tentang Gubernur DKI Jakarta menjadi tersangka penistaan agama, dengan menyatakan bahwa surat al-maidah/05 ayat 51 telah membohongi seluruh rakyat, yang mana pemimpin orang muslim tidak boleh dari orang non muslim. (Kompas.com, 15/11/16)

Lanjutan Bag. 2


[1] Abadi, dalam Bashir A. Dabla, Dr. Ali syariati dean, Metodologi Pemahaman Islam, terj. Bambang Gunawan, dalam jurnal al-hikmah No. 4 Bandung., 1992

Tidak ada komentar:

Posting Komentar