Senin, 13 Januari 2014

Kisah Nenek yang Cinta Rasulullah SAW

Dahulu, di sebuah kota di Madura, ada seorang nenek penjual bunga cempaka. Ia menjual bunganya di pasar, setelah berjalan kaki cukup jauh. Usai jualan, ia pergi ke Masjid Agung di kota itu. Ia berwudhu, masuk masjid, dan melakukan shalat Zuhur. Setelah membaca wirid dan doa sekadarnya, ia keluar masjid lalu membungkuk-bungkuk di halaman. Ia mengumpulkan dedaunan yang berceceraan. Selembar demi selembar dikaisnya, tidak satu lembar pun ia lewatkan. 

Tentu saja perlu waktu lama untuk membersihkan halaman masjid dari dedaunan yang jatuh dari pohon dengan cara seperti itu. Padahal, jika tengah hari, sengatan matahari di Madura sungguh menyengat. Keringat pun mengucur dari tubuh yang kurus dan mulai rapuh itu.

Kisah Kelahiran Baginda Rasul SAW

 Ketika kabar gembira yang dikumandangkan Jibril a.s tentang lahirnya Baginda Nabi Agung Muhammad shollaLloohu alaiHi wasallam terbawa sampai ke tanah yaman.

Tersebutlah keluarga amir dari yaman, yang sudah sekian lamanya menyembah berhala, berikut istri dan anak perempuannya yang terjangkit penyakit qolanj serta kusta yang menyebabkan anak itu tak bisa berdiri dan berjalan.

Setiap hari amir selalu membawa anak perempuannya ke depan berhala sesembahannya, seraya berdoa: "wahai berhala, ini adalah putriku yang sedang sakit, maka obatilah, jikalau dia memiliki kesembuhan, maka sembuhkanlah". Bahkan amir selalu memohonkann semua hajatnya di depan berhala dengan sangat khusyu'.

Senin, 23 Desember 2013

Ketika Baginda Rasul Mencium Tangan Sahabat

Suatu ketika Rasulullah mencium tangan kasar seorang pekerja keras  dan beliau memujinya bahwa tangan itu dicintai Allah. Sungguh luar biasa akhlak Nabi SAW…… Mencium tangan yang kering kerontang dan kasar. Padahal Nabi adalah manusia paling mulia dan paling tinggi derajatnya. Tangan seperti apakah yang mendapat kehormatan dan kemuliaan begitu tinggi sehingga mendapat kesempatan dicium oleh Kekasih Allah SWT?.

Senin, 16 Desember 2013

Jalan Kita Bukan Jalan Melaknat, Menuduh Dan Caci Maki

Taushiyyah Al-Habib Umar bin Hafidz yang Meruntuhkan Penyakit Hati

Di hadapan kita ada qudwah (teladan), Rasulullah Saw bersabda: "Seorang mukmin tidak melaknat, menuduh dan berkata keji." “Aku tidak diutus sebagai pelaknat ataupun berteriak-teriak di pasar.”

Baginda Saw. bukan pencaci, bukan pula pelaknat. Begitu juga dengan pengikut baginda dari kalangan ulama, tidak ada diantara mereka pelaknat yang suka melaknat orang. Bukan juga pencaci, yang mencaci bahkan terhadap orang awam. Apalagi terhadap para ulama, terlebih lagi para sahabat  NabiSaw. dan tabi’in. Mereka (para sahabat dan tabi’in) adalah sumurnya penghargaan dan asas kehormatan.