Sabtu, 22 Juni 2013

Kisah Kyai Kampung


Inilah kisah kiai kampung. Kebetulan kiai kampung ini menjadi imam musholla dan sekaligus pengurus ranting NU di desanya. Suatu ketika didatangi seorang tamu yang pernah mengenyam pendidikan di Timur Tengah. Tamu itu begitu PD (Percaya Diri), karena merasa mendapat legitimasi akademik, plus telah belajar Islam di tempat asalnya. Sedang yang dihadapi hanya kiai kampung, yang lulusan pesantren salaf.

Tentu saja, tujuan utama tamu itu mendatangi kiai untuk mengajak debat dan berdiskusi seputar persoalan keagamaan kiai. Santri liberal ini langsung menyerang sang kiai: “Sudahlah Kiai tinggalkan kitab-kitab kuning (turats) itu, karena itu hanya karangan ulama kok. Kembali saja kepada al-Qur’an dan hadits,” ujar santri itu dengan nada menantang. Belum sempat menjawab, kiai kampung itu dicecar dengan pertanyaan berikutnya. “Mengapa kiai kalau dzikir kok dengan suara keras dan pakai menggoyangkan kepala ke kiri dan ke kanan segala. Kan itu semua tidak pernah terjadi pada jaman nabi dan berarti itu perbuatan bid’ah,” kilahnya dengan nada yakin dan semangat.

Kisah Nabi Musa dan Ahli Ibadah

Suatu saat, Nabi Musa as sedang berjalan-jalan melihat keadaan umatnya. Tak lama kemudian, beliau memutuskan untuk singgah ke sebuah tempat yang biasa digunakan untuk shalat bagi masyarakat setempat. Di tempat itu, Nabi Musa as melihat seseorang sedang beribadah dengan khusyuknya.

Nabi Musa as penasaran, siapakah laki-laki yang sudah menarik perhatiannya itu. Nabi Musa pun akhirnya menanyakan perihal tersebut kepada warga setempat. Menurut beberapa warga, orang tersebut adalah orang yang ahli ibadah.

Nabi Musa a.s. kagum melihat orang tua renta yang masih tetap khusyuk beribadah. Dengan segera, Nabi Musa as mendekatinya dan menyapa,
"Wahai hamba AAllah, apa yang hendak engkau pinta dari Allah sehingga engkau begitu khusyuk dalam beribadah," sapa nabi Musa a.s.

Jumat, 21 Juni 2013

BERSATU: Berbangsa dan Bersuku Untuk Saling Mengenal

Keberadaan manusia di dunia ini tidak lepas dari adanya SANG MAHA PENCIPTA. Karena manusia ada bukan serta-merta ada, seperti halnya sebuah gelas, gelas tidak akan ada jika tidak ada seseorang yang menciptakannya. Demikian juga dengan manusia. Si pencipta gelas bisa dibuktikan secara kasat mata, namun tidak dengan keberadaan TUHAN. TUHAN tidak bisa dibuktikan secara visual, melainkan dengan kepercayaanlah TUHAN akan ada dan hadir di antara kita. TUHAN adalah maha-zat, adalah satu-satunya hal yang menjadikan semesta raya ini, CAUSA PRIMA! Dan hakikat TUHAN adalah sejati! Tidak pernah dilahirkan dan tidak pernah mati! TUHAN adalah zat yang MAHA SUCI, MAHA dari semua MAHA, dan TUHAN (dengan berbagai cara penyebutannya) bukan milik satu kelompok saja, satu agama tertentu saja. TUHAN ada sebelum dunia ini ada. Sebelum peradaban modern ada. Sebelum manusia-manusia yang mengaku beragama itu ada.