Sabtu, 24 Oktober 2015

Cinta Menurut Al-Qur'an

“Man ahabba syai’an fa huwa `abduhu”
Barang siapa yang mencintai sesuatu pasti dia akan diperbudak olehnya.
Berikut ini pembahasan arti cinta menurut Al-Qur’an :
Menurut hadits Nabi, orang yang sedang jatuh cinta cenderung selalu mengingat dan menyebut orang yang dicintainya.
“Man ahabba syai’an katsuro dzikruhu”
kata Nabi, orang juga bisa diperbudak oleh cintanya.
“Man ahabba syai’an fa huwa `abduhu”. Kata Nabi juga.

Ciri dari cinta sejati ada tiga :
(1) Lebih suka berbicara dengan yang dicintai dibanding dengan yang lain,
(2) Lebih suka berkumpul dengan yang dicintai dibanding dengan yang lain, dan
(3) Lebih suka mengikuti kemauan yang dicintai dibanding kemauan orang lain/diri sendiri.
Bagi orang yang telah jatuh cinta kepada Alloh SWT, maka ia lebih suka berbicara dengan Alloh SWT, dengan membaca firman Nya, lebih suka bercengkerama dengan Alloh SWT dalam i`tikaf, dan lebih suka mengikuti perintah Alloh SWT daripada perintah yang lain.
Dalam Qur’an cinta memiliki 8 pengertian berikut ini penjelasannya:
*. Cinta mawaddah adalah jenis cinta menggebu-gebu, membara dan “nggemesi”.
Orang yang memiliki cinta jenis mawaddah, maunya selalu berdua, enggan berpisah dan selalu ingin memuaskan dahaga cintanya. Ia ingin memonopoli cintanya, dan hampir tak bisa berpikir lain.
*. Cinta rohmah adalah jenis cinta yang penuh kasih sayang, lembut, siap berkorban, dan siap melindungi.
Orang yang memiliki cinta jenis rohmah ini lebih memperhatikan orang yang dicintainya dibanding terhadap diri sendiri. Baginya yang penting adalah kebahagiaan sang kekasih meski untuk itu ia harus menderita. Ia sangat memaklumi kekurangan kekasihnya dan selalu memaafkan kesalahan kekasihnya. Termasuk dalam cinta rohmah adalah cinta antar orang yang bertalian darah, terutama cinta orang tua terhadap anaknya, dan sebaliknya. Dari itu maka dalam al Qur’an , kerabat disebut al arham, dzawi al arham, Yakni orang-orang yang memiliki hubungan kasih sayang secara fitri, yang berasal dari garba kasih sayang ibu, disebut rohim (dari kata rohmah). Sejak janin seorang anak sudah diliputi oleh suasana psikologis kasih sayang dalam satu ruang yang disebut rahim. Selanjutnya diantara orang-orang yang memiliki hubungan darah dianjurkan untuk selalu ber silaturrahim, atau silaturrahmi artinya menyambung tali kasih sayang. Suami isteri yang diikat oleh cinta mawaddah dan rohmah sekaligus biasanya saling setia lahir batin-dunia akhirat.
*. Cinta ma’il, adalah jenis cinta yang untuk sementara sangat membara, sehingga menyedot seluruh perhatian hingga hal-hal lain cenderung kurang diperhatikan.
Cinta jenis ma’il ini dalam al Qur’an disebut dalam konteks orang poligami dimana ketika sedang jatuh cinta kepada yang muda (an tamilu kulla al ma’il), cenderung mengabaikan kepada yang lama.
*. Cinta syaghof. Adalah cinta yang sangat mendalam, alami, orisinil dan memabukkan.
Orang yang terserang cinta jenis syaghof (qod syaghofaha hubba) bisa seperti orang gila, lupa diri dan hampir-hampir tak menyadari apa yang dilakukan. Al Qur’an menggunakan term syaghof ketika mengkisahkan bagaimana cintanya Zulaikha, istri pembesar Mesir kepada bujangnya, Yusuf.
*.Cinta ro’fah, yaitu rasa kasih yang dalam hingga mengalahkan norma-norma kebenaran.
Misalnya kasihan kepada anak sehingga tidak tega membangunkannya untuk sholat, membelanya meskipun salah. Al Qur’an menyebut term ini ketika mengingatkan agar janganlah cinta ro`fah menyebabkan orang tidak menegakkan hukum Alloh, dalam hal ini kasus hukuman bagi pezina (QS/24:2).An Nuur
*. Cinta shobwah, yaitu cinta buta, cinta yang mendorong perilaku penyimpang tanpa sanggup mengelak.
Al Qur’an menyebut term ini ketika mengkisahkan bagaimana Nabi Yusuf berdoa agar dipisahkan dengan Zulaikha yang setiap hari menggodanya (mohon dimasukkan penjara saja), sebab jika tidak, lama kelamaan Yusuf tergelincir juga dalam perbuatan bodoh.
"Wa illa tashrif `anni kaydahunna ashbu ilaihinna wa akun minal jaahilin" (QS/12:33)Yusuf
*. Cinta syauq (rindu).
Term ini bukan dari al Qur’an tetapi dari hadis yang menafsirkan al Qur’an. Dalam surat al `Ankabut ayat 5 dikatakan bahwa barangsiapa rindu berjumpa Alloh pasti waktunya akan tiba. Kalimat kerinduan ini kemudian diungkapkan dalam doa ma’tsur dari hadis riwayat Ahmad;
“Wa as’aluka ladzzata an nadzori ila wajhika wasy syauqo ila liqo’ika”
Aku mohon dapat merasakan nikmatnya memandang wajah Mu dan nikmatnya kerinduan untuk berjumpa dengan Mu.
Menurut Ibnul Qoyyim al Jauzi dalam kitab Roudhotul Muhibbin wa Nuzhotul Musytaqin, Syauq (rindu) adalah pengembaraan hati kepada sang kekasih (safarul qolbi ilal mahbub), dan kobaran cinta yang apinya berada di dalam hati sang pecinta, hurqotul mahabbah wa iltihabun naruha fi qolbil muhibbi.
*. Cinta kulfah.
Yakni perasaan cinta yang disertai kesadaran mendidik kepada hal-hal yang positip meski sulit, seperti orang tua yang menyuruh anaknya menyapu, membersihkan kamar sendiri, meski ada pembantu. Jenis cinta ini disebut al Qur’an ketika menyatakan bahwa Alloh tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan kemampuannya,
“La yukallifullohu nafsan illa wus`aha (QS/2:286) Al-Baqoroh

Sumber : Thoriqoh Alfisbuqi Alkuffi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar