Tampilkan postingan dengan label Aswaja. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Aswaja. Tampilkan semua postingan

Kamis, 14 Juli 2016

Menghadapi Pelaku Maksiyat Ala Syaikh Malik bin Dinar

Seorang pencuri masuk ke rumah Malik bin Dinar, seorang ahli ibadah terkenal pada abad ke-2 Hijriah.
Namun sedihnya, pencuri itu tidak mendapati suatu apapun yang berharga di dalam rumah tersebut. Maka dia pun mengambil keputusan untuk segera pergi keluar.
Ketika dia hendak keluar, Malik bin Dinar menyapanya, “Assalaamu ‘alaikum.”
Sang pencuri pun menjawab, “Wa ‘alaikumussalaam.”

Sabtu, 02 Juli 2016

SUBUH, THULU', ISYRAQ DAN DHUHA

Perjalanan waktu di pagi hari terbagi dalam fiqh lslam ke dalam empat etape, pertama, SHUBH (Subuh) yang ditandai kehadirannya dengan terbitnya fajar. Fajar adalah serpihan sinar dari mentari yang masih menyelinap di balik bola bumi dan tak lama lagi akan terbit. Dalam fiqh dikenal adanya dua jenis fajar, yaitu fajar kadzib (fajar bohong-bohongan) dan fajar shadiq (fajar beneran). Yang pertama tampilannya memanjang secara vertikal dan muncul hanya beberapa saat, setelah itu lenyap. Karena itu disebut kadzib. Yang kedua memanjang secara horizontal. Fajar inilah yang menjadi tanda masuknya waktu Subuh dan kita menyambutnya dengan shalat fardhu.

Rabu, 29 Juni 2016

Hukum Ruqyah Dan Tamimah (Jimat)

Al-Habib Zain bin Sumaith di dalam kitabnya al-Ajwibah al-Ghaliyyah fi ‘Aqidah al-Firqah an-Najiyyah menyampaikan pembahasan mengenai masalah ruqyah dan tamimah dengan metode Tanya jawab, berikut penjelasan yang beliau sampaikan:
Apa hukum menulis azimat dan menggantungkannya?

Sabtu, 25 Juni 2016

Rabu Wekasan/ Pungkasan


Rabu Wekasan yang “Keramat”
Pada hari Rabu terakhir bulan Shafar (Hijriyah) animo masyarakat sedikit berubah, kesan mintik dan spiritual budaya kuno begitu kentara, dari selembaran rajah-rajah (jimat) berbahasa arab yang tersebar dari tangan ketangan, usungan tumpeng (ambeng:Jawa), dan doa khusus pada hari yang kemudian terkenal dengan Rabu Wekasan adalah gambaran bahwa, hari Rabu itu bukan hari biasa.
Tradisi-tradisi pada hari Rabu terakhir bulan Shafar yang merata hampir di seluruh nusantara, khususnya di Jawa, dan ada sampai sekarang, adalah ritual yang sudah turun-temurun dari ratusan tahun lalu. Sakralitas pelaksaan upacara atau acara dalam menyambut Rabu Wekasan, membuat “keangkeran” Rabo Wekasan makin menancap dibenak masyarakat.
Uniknya, ritual pada Rabu Wekasan itu berbeda di setiap daerah. Itu kenapa, Rabu Wekasan terkenal menjadi Rabu Pungkasan (Yogyakarta), Rebo Kasan (Sunda Banten), Rebbuh Bekasen (Madura) dan Rabu Bekas di sebagian daerah. ini tidak lain karena aplikasi ritual dan keyakinan masyarakat terhadap “Hari keramat” tersebut sangat tinggi.
Benarkah Allah menurunkan 320.000 ribu bala’?
Dalam masalah ini, Tidak ada nash Hadits khusus untuk akhir Rabu bulan Shofar. Yang ada hanya nash Hadits dlo’if yang menjelaskan bahwa, setiap hari Rabu terakhir dari setiap bulan adalah hari naas/sial yang terus menerus sebagaimana disebutkan dalam kitab faidul qodir hal. 64. Dan Hadits dlo'if yang diriwayatkan oleh At Thobroni ini tidak bisa dibuat pijakan kepercayaan.
Namun, menarik ketika ada beberapa ulama salaf yang termasuk tokoh sufi seperti Syaikh Ad Dairobi dalam kitabnya Mujarrobat, Syaikh Al Buni dalam kitabnya Al Firdaus, Syaikh Nawawi Al Banteni dalam kitabnya Nihayatus Zain halaman 63, Syaikh Al Kamil Farid Ad Din dalam Kitabnya Jawahirul Khomsi halaman 50-51, Syaikh Imam Hamid Al Quds mufti sekaligus Imam Masjidil Haram Mekah dalam kitabnya Kanzun Najah was Suruur, dan beberapa ulama lain. Mengatakan bahwa, pada hari Rabu terakhir pada bulan Shafar, Allah menurunkan 320.000 bala’. Mereka berpendapat kalau hari itu adalah hari yang tersulit dalam satu tahun, itu kenapa beberapa ulama memberikan amaliyah khusus untuk menjaga diri atau menolak bala’.
Walaupun amaliyah ini masih belum bisa dikatagorikan landasan hujjah secara syar’I, kitab Nihayatus Zain (menulis ayat-ayat khusus, yang kemudian ditaruh dalam air untuk diminum), Mujarrobat dan Jawahirul Khomsi (sholat empat rokaat dengan bacaan khusus) menerangkannya secara jelas, amaliyah yang menjadi solusi ketika Rabu Wekasan tiba.
Sholat Rabu Wekasan disyariatkan?
Praktek sholat pada hari Rabu Wekasan, ternyata sudah turun temurun dilakukan dibelbagai daerah. Tidak sedikit dari kaum muslimin yang melakukannya secara berjamaah. Kaifiyah sholat Rabu Wekasan ini “agak beda” dengan sholat pada umumnya. Yakni, sholat empat rokaat dengan satu salaman, pada masing-masing rakaat setelah Al Fatihah, membaca surat Al Kautsar 17 kali, surat Al Ikhlas 5 kali, Al Falaq 1kali, An Nas 1 kali (pada setiap rakaat), setelah salam membaca doa khusus. Ritual ini sebagaimana yang terdapat dalam kitab Jawahir Al Khomis karya Syeikh Al Kamil Farid Ad Din dan kitab Mujarobat karya Syaikh Ad Dairobi.
Namun, Syeikh Zainuddin murid dari Syeikh Ibnu Hajar Al Maliki dalam kitab Irsyadul Ibadmengatakan bahwa, sholat shafar termasuk Bid’ah madzmumah (tercela). Maka bagi orang yang ingin melaksanakan sholat pada hari itu (bulan Shafar), hendaknya berniat melaksanakan sholat sunnah mutlak (sholat yang tidak dibatasi oleh waktu, sebab dan bilangan).
Hasil keputusan Bahtsul Masail PWNU Jatim 1980 M di PP Asem Bagus yang mengacu kepada pendapat atau fatwa dari Roisul akbar NU Syaikh Hasyim Asy’ari pun mengatakan bahwa, melakukan sholat Shafar (Rabu Wekasan) tidak boleh, karena tidak ada dalil dan masyru’ah dari syara’.
Ritual Rabu Wekasan di belbagai daerah
A.    Upacara Rebo Pungkasan Wonokromo Plered ; Rabu Pungkasan (Rabu Wekasan) bagi masyarakat Yogyakarta memiliki historis tinggi, upacara ritual yang rutin diadakan pada Rabu akhir pada bulan Shafar di lapangan desa Wonokromo Plered Bantul Yogyakarta ini berlangsung sejak 1784 M, ada juga mengatakan sudah ada sejak tahun 1600 M. latar belakang dari upacara ini adalah pertemuan antara Sri Sultan Hamengkubuwono I dengan Kiai Faqih Utsman, seorang ulama yang menjadi penasehat spiritual Raja Ngayogyakarta sekaligus tabib (ahli pengobatan) yang mampu menyembuhkan penyakit yang menyerang warga Wonokromo. Tempat pertemuan di tempuran Kali Opak dan Kali Gajah Wong.
Di Bantul, Tradisi Rebo Wekasan atau Rebo Pungkasan dilaksanakan sebagai wujud ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Puncak acara dalam tradisi ini adalah kirab lemper(makanan yang terbuat dari beras ketan) raksasa berukuran tinggi 2,5 m dengan diameter 45 cm dari Masjid desa Wonokromo menuju Balai Desa Wonokromo. Kirab ini diawali dengan barisan Kraton Yogyakarta, disusul lemper raksasa, dan kelompok kesenian rakyat seperti sholawatan, kubrosiswo, rodat dan sebagainya. Lemper raksasa tersebut dibagikan kepada para undangan yang hadir, sedangkan gunungan makanan yang lain diperebutkan oleh masyarakat untuk dibawa pulang. Karena dianggap mempunyai berkah bagi yang bisa membawa pulang. Pergelaran tradisi ini juga diisi dengan pesta rakyat, berupa pasar malam dan pergelaran seni tradisional.
B.     Ritual Rabu terakhir di Gresik lain lagi, tradisi yang sudah ada dari ratusan tahun lalu itu lebih terlihat sebagai acara sebagaimana khaul atau acara pengajian pada umumnya. Ini tak lain pada hari jadi, di Suci Gresik diadakan acara selametan dan pengajian umum serta ajang silaturahmi. “Di Suci Gresik, acara Rabu Wekasan adalah acara silaturahmi” begitu komentar tokoh yang tidak mau disebutkan namanya. “Jadi ada hikmah besar yang dapat diambil manfaat dalam perayaan Rabu Wekasan di sini” lanjut beliau.
C.    Ngapem, Ngirap dan Rebo Wekasan, adalah tradisi Saparan Cirebon. Ngapem, berasal dari kata Apem, yakni kue yang terbuat dari tepung beras yang difermentasi. Apem dimakan disertai dengan pemanis (Kinca) yang terbuat dari gula jawa dan santan. Umumnya, masyarakat Cirebon sampai sekarang masih melakukan ini dengan membagi-bagikan ke tetangga. Ini adalah ungkapan syukur (Selametan) di bulan Sapar (Jawa) agar kita terhindar dari malapetaka. Ngirab, yang artinya bergerak atau menggerakkan sesuatu untuk membuang yang kotor, adalah adat masyarakat Cirebon mandi di sungai Drajat (petilasan Sunan Kali Jaga). Dengan menggunakan perahu, mereka ngalap berkah di sungai yang konon tempat Sunan Kali Jaga membersihkan diri, pada Rebo Wekasan saat berguru kepada Sunan Gunung Djati. Rebo Wekasan, ritual ini biasanya terlihat ketika segerombolan anak-anak kecil berkopyah dengan sarung yang dikalungkan ke badannya ,berkeliling dari rumah ke rumah masyarakat sambil menyenandungkan nyanyian “Wur Tawur nyi tawur, selamat dawa umur…” (Bu, bagikanlah sesuatu ke kami, semoga selalu sehat, aman dan panjang umur..). Yang artinya, selamatlah Anda setelah hari Rebo terakhir ini. Biasanya, si empu rumah akan menanyakan, “Sing endi cung?” yang akan dijawab oleh gerombolan tadi, dari pesantren, kampung atau daerah mereka tinggal. Ritual unik itu berlangsung sesudah sholat Isya’ sampai Subuh.
D.    Rabu Wekasan di Jember diisi dengan antrian masyarakat mengabil air yang diyakini memberi berkah. Ini terjadi di desa Wringin Agung Jombang Jember Jawa Timur, pada hari Rabu terakhir bulan Shafar, masyarakat berduyun-duyun antri di sebuah gentong mengambil air darinya, yang diberi piring bertuliskan rajah Arab. Mereka yakin bisa menolak 313.000 bala’.
Di belbagai daerah lain, pada Rabu Wekasan, masyarakat mengadakan selametan di musholla dan masjid-masjid desa. Ada yang mengadakannya dengan membaca istighosah, Yasinan, dan dzikir atau bacaan-bacaan pujian lainnya. Yang jelas, orientasi mereka hanyalah aplikasi syukur kepada Allah, dan berdoa agar terjaga dari mara bahaya.
Tentunya, ketika ritual dan tradisi berisi amaliyah baik yang berkembang di tengah-tengah masyarakat selama tidak bertentangan dengan Alqur’an, Hadits, Ijma’ dan Atsar bukanlah sebuah bid’ah yang dlolalah. Bahkan, menurut Imam Syafi’I, yang ditulis oleh Ibnu Hajar dalam kitab Syarah Fathul Mubin mengatakan :
َما أَحْدَثَ وَخَالَفَ كِتاَباً أَوْ سُنَّةً أَوْ إِجْمَاعًا أَوْ أَثَراً فهو البِدْعَة الضَالَّة، وَما أحْدَثَ مِن الخَيْرِ ولم يُخَالِفْ شَيْئًا من ذَلِكَ فهو البِدْعَة المَحْمُودَة
“Sesuatu yang bertentangan dengan Alqur’an, Hadits, Ijma’ dan Atsar adalah bid’ah dlolalah (sesat), sedangkan amaliyah baik yang tidak bertentangan dengan hal tersebut, maka ia adalah bid’ah yang mahmudah (terpuji)”. Wallahu a’lam.

Sumber : koncongopi.blogspot.com


Rabu, 22 Juni 2016

SYAIKH ABUL HASAN AS-SYADZILI DAN RACIKAN KOPI DARI MIMPI

Suatu ketika Syaikh Abul Hasan mendatangi kediaman gurunya, Syaikh Abdullah Al-Masyisyi, di puncak suatu bukit untuk keperluan meminta ijazah doa untuk diwiridkan. Akan tetapi, oleh sang guru yang juga seorang wali yang keramat itu justru diperintahkan untuk menemui sahabat beliau, yang juga seorang wali yang keramat di Desa Syadzil.
Mendapat perintah itu, Syaikh Abul Hasan segera pamitan dari gurunya. Pada awalnya ia bermaksud untuk langsung pergi ke desa yang membutuhkan waktu satu bulan perjalanan kaki tersebut pada hari itu juga. Akan tetapi, karena ada perhitungan lain, akhirnya ia pergi pada keesokan harinya. Hal ini rupanya sudah diketahui oleh gurunya di Syadzil. Keesokan harinya, sampailah ia di Syadzil. Jarak satu bulan perjalanan, dengan karomahnya, ia tempuh tak lebih dari beberapa jam.

Sabtu, 09 April 2016

Berbagai Tingkatan Ibadah


Tingkatan dalam PUASA :
1.Puasa orang biasa, adalah menahan diri dari makan, minum dan hubungan biologis antara suami istri dalam jangka waktu tertentu.
2.Puasa orang khususnya orang biasa, maksudnya adalah menahan diri dari hal yang diatas dengan disertai mencegah ucapan dan perbuatan dari hal-hal yang diharamkan
3.Puasa orang khusus, adalah menahan diri dari melakukan segala sesuatu selain dzikir dan beribadah pada Allah Ta’aalaa.
4.Puasa orang khususnya orang khusus, adalah menjaga diri dari selain Allah, tidak ada buka puasa baginya sampai datangnya hari kiamat, dan ini adalah maqam derajat yang tinggi. ( Fath al-Baari IV/109).

Kamis, 10 Maret 2016

Kisah Teladan Tentang Menutup Aib Saudaranya



-Kisah Ke-1 :
Dikisahkan, bahwa suatu hari para sahabat sedang berkumpul di masjid. Lalu terciumlah bau kentut diantara mereka, sehingga membuat para sahabat tidak tahan dengan bau tersebut, salah seorang dari mereka berdiri dan berkata, “Barangsiapa yang kentut, silakan bangun!!" Suasana jadi hening, tak seorang pun berdiri.
Ketika datang waktu Isya', mereka berkata, “Orang yang kentut pasti akan berwudhu' setelah ini. Orang itulah yg Kentut,”.
Setelah itu, para sahabat menoleh ke belakang untuk melihat siapa yang keluar. Masih seperti tadi, tak seorang pun yang beranjak dari tempat duduknya, karena malu.
Lalu Bilal bangun untuk mengumandangkan adzan. Kemudian Nabi Muhammad Berkata: “Tunggu dulu, aku belum batal, tapi aku hendak berwudhu' lagi,".
Lalu para sahabat pun ikut berwudhu' dan tidak diketahui siapa yang kentut waktu itu.
-Kisah Ke-2 :
Usai sholat Ashar di Masjid Quba, seorang sahabat mengundang Nabi beserta jamaah untuk menikmati hidangan daging unta di rumahnya. Ketika sedang makan, tercium aroma tidak sedap.
Rupanya di antara yang hadir ada yang buang angin. Para sahabat saling menoleh. Wajah Nabi sedikit berubah tanda tidak nyaman.
Maka tatkala waktu shalat Maghrib hampir masuk, sebelum bubar, Rasulullah berkata, "Barangsiapa yang makan daging unta, hendaklah ia berwudhu'!!".
Mendengar perintah Nabi tersebut, maka seluruh jamaah mengambil air wudhu. Dan terhindarlah aib orang yang buang angin tadi.
Sungguh, dalam diri Nabi Muhammad terdapat teladan yang baik bagi kita semua.
-Kisah Ke-3
Kisah tentang menjaga perasaan saudara seiman pun juga terjadi pada seorang ulama, yaitu Syaikh Abdurrahman Hatim bin Alwan. Beliau merupakan salah satu ulama besar di Khurasan pada zamannya. Dikenal dengan Hatim Al A’sham, yang artinya "Hatim Si Tuli".
Suatu ketika ada seorang wanita yang datang menemui beliau. Namun, tanpa sengaja, wanita itu kentut dengan suara yang cukup keras. Wanita itu salah tingkah, menahan malu. Namun Syaikh Hatim malah pura-pura tuli, dan meminta si wanita mengulangi pertanyaannya.
Dengan sikap sang Syaikh tersebut, wanita itu pun merasa sedikit lega. Ia mengira Syaikh Hatim benar-benar tuli. Lalu mereka berbicara dengan saling meninggikan suara.
Wanita itu hidup selama 15 tahun setelah kejadian tersebut. Selama itu pula Syaikh Hatim pura-pura tuli. Hingga wanita itu meninggal, ia tak pernah tahu kepura-puraan Syaikh Hatim.
ﺍَﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺻَﻞِّ ﻋَﻠَﻰ ﺳﻴّﺪﻧﺎ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ ﻭَ ﻋَﻠَﻰ ﺁﻝِ ﺳَﻴّﺪﻧَﺂ ﻣُﺤَﻤّﺪ
Mudah-mudahan ketiga kisah di atas menceritakan bagaimana seharusnya seorang Muslim menjaga kehormatan saudaranya. Bukan malah menertawakannya atau menyebarkan aibnya.
Abu Hurairah berkata, Nabi Bersabda :
ﻭَﻣَﻦْ ﺳَﺘَﺮَ ﻣُﺴْﻠِﻤﺎً ﺳَﺘَﺮَﻩُ ﺍﻟﻠﻪُ ﻓِﻲ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﻭَﺍﻵﺧِﺮَﺓِ ﻭَﺍﻟﻠﻪُ ﻓِﻲ ﻋَﻮْﻥِ ﺍﻟْﻌَﺒْﺪِ ﻣَﺎ ﻛﺎَﻥَ ﺍﻟْﻌَﺒْﺪُ ﻓِﻲ ﻋَﻮْﻥِ ﺃَﺧِﻴْﻪِ .
“...Siapa yang menutupi (aib) seorang muslim, Allah akan tutupi aibnya di dunia dan di akhirat. Allah selalu menolong hamba-Nya selama hamba-Nya mau menolong saudaranya.”
WaLlahu a'lam

Sabtu, 09 Januari 2016

Tanda Shalat Diterima

Tugas seorang hamba adalah beribadah kepada Allah. Salah satunya adalah sholat, baik sholat wajib maupun sholat sunnah. Tak ada yang bisa jamin dan tak ada yang tahu pasti apakah sholat yang kita lakukan diterima oleh Allah atau tidak.
Namun ada tanda-tanda yang isyaratkan diterimanya shalat, sebagai berikut :

Kamis, 31 Desember 2015

DERAJAT PANGKAT KEWALIAN


1. Qutub Atau Ghaus - 1 Abad 1 orang.
Al-Aqtab berasal dari kata tunggal Al-Qutub yang mempunyai arti penghulu. Dari sini dapat kita simpulkan bahwa Al-Aqtab adalah pangkat kewalian yang tertinggi. Jumlah wali yang mempunyai pangkat tersebut hanya terbatas seorang saja untuk setiap masanya.

Rabu, 23 Desember 2015

Malam Maulid

Telah disebutkan bahwa sesungguhnya pada bulan ke sembilan kehamilan Sayyidah Aminah (Rabiul Awwal) saat hari-hari kelahiran Baginda Nabi Muhammad S.A.W sudah semakin mendekati, Allah S.W.T semakin melimpahkan bermacam anugerahNya kepada Sayyidah Aminah mulai tanggal 1 hingga malam tanggal 12 Rabiul Awwal malam kelahiran Al-Musthofa Muhammad S.A.W.

Sabtu, 19 Desember 2015

100 KEUTAMAAN ROSULULLAH SAW

Al-Imam Jakfar Shadiq RA berkata :
"Saya tidak ingin seseorang meninggal dunia sementara ia belum mengetahui sebagian perilaku Rasulullah Saw."
1. Ketika berjalan, beliau berjalan secara pelan-pelan dan wibawa.
2. Ketika berjalan, beliau tidak menyeret langkah kakinya.
3. Pandangan beliau selalu mengarah ke bawah.
4. Beliau senantiasa mengawali salam kepada siapa saja yang dilihatnya... tidak ada seorangpun yang mendahuluinya dalam mengucapkan salam.

Kamis, 17 Desember 2015

Maulid Nabi Muhammad SAW Ala Shahabat

Berikut contoh amalan shohabat berkenaan dg dzikroyaat maulid Nabi SAW
Sunnah Sahabat dlm Maulid Nabi
Majelis Sahabat dalam mensyukuri keberadaan Nabi sebagai nikmat yang Allah berikan kepada mereke (Dalil majelis sejenis Maulid Nabi SAW)

Kamis, 10 Desember 2015

Hukum Menyiram Air di Atas Kubur

Disebutkan didalam kitab Nihayah al Zain hal 154, imam Nawawi al Bantani berkata,
ويندب رشّ القبر بماءبارد، تفاؤﻻببرودة المضجع، وﻻبأس بقليل من ماءالورد، لأنّ الملا ئكة تحبّ الرّائحة الطّيّبة
" Disunnahkan untuk menyiram kuburan dengar air yang dingin. Perbuatan ini dilakukan dengan pengharapan dengan dinginnya tempat kembali (kuburan) dan juga tidak apa-apa menyiram kuburan dengan sedikit air mawar, karena malaikat suka pada aroma harum."

Sabtu, 05 Desember 2015

SAHABAT NABI TIDAK MELAKUKAN PERINGATAN MAULID NAB, KENAPA KITA SAAT INI JUSTRU MELAKUKANNYA?

Semua Ummat Islam yakin seyakin-yakinnya, Bahwa Para Sahabat adalah sekelompok manusia2 mulya yg tak diragukan CINTA mereka kepada Nabi Muhammad SAW!
Lalu knapa kita saat ini justru melakukan MAULID NABI, padahal Sahabat tidak melakukannya.
(koreksi ana, kalau memang ada riwayat bahwa Sahabat Nabi ada yg melakukannya)

Rabu, 25 November 2015

DZIKRUL MAUT

Alkisah seorang sahabat bernama Sya’ban RA. Ia adalah seorang sahabat yang tidak menonjol dibandingkan sahabat –sahabat yang lain.
Ada suatu kebiasaan unik dari beliau, yaitu setiap masuk masjid sebelum sholat berjamaah dimulai dia selalu beriktikaf di pojok depan masjid.
Dia mengambil posisi di pojok bukan karena supaya mudah senderan atau tidur, namun karena tidak mau mengganggu orang lain dan tak mau terganggu oleh orang lain dalam beribadah.

Jumat, 13 November 2015

KAJIAN MAKNA "KULL" (كل) DALAM HADITS TENTANG BID'AH

كُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَ لَةٍ وَكُلُّ ضَلاَ لَةٍ فِى النَّارِ
“Setiap bid’ah itu sesat dan setiap kesesatan itu masuk neraka”.
Dengan membandingkan hadist tersebut serta QS Al Kahfi: 79 yg sama2 dihukumkan ke kullu majmu' akan kita dapati sebagai berikut:

Senin, 02 November 2015

KEAJAIBAN SHALAWAT NABI MENURUT SYEKH ABDUL QADIR AL-JAILANI



Dalam kitab As-Safinah al-Qadiriyah disebutkan:“Sayyid Muhammad bin Umar Al-Qashri dalam kitab Manha al-minat fi at-Ta’nis bi as-Sunnah mengatakan: “Membaca shalawat atas Nabi saw adalah sebuah keharusan bagi seorang salik di awal perjalanan spiritualnya, dan terus menerus membaca shalawat baik siang maupun malam. Shalawat dapat menjadi penolongnya selama menempuh perjalanan spiritual dan mencari kedekatan dengan Allah Swt dibandingkan dengan macam-macam dzikir yang lain…”
Imam Al-Qasthalani dalam kitab Masalik al-Hanfa menuliskan : “Ketahuilah, tidak mungkin mampu mencontoh perbuatan dan akhlak Nabi Saw kecuali dengan usaha keras, tidak mungkin mau berusaha dengan keras kecuali sangat cinta kepada Nabi Saw, dan tidak mungkin cinta mati kepada Nabi Saw kecuali dengan cara memperbanyak bacaan shalawat. Sebab, barang siapa yang suka pada sesuatu, maka dia akan sering menyebut-nyebutnya. Karenanya, bagi seorang salik mesti memulai jalan spiritualnya dengan memperbanyak bacaan shalawat atas Nabi Muhammad saw.
Mengingat bacaan shalawat menyimpan keajaiban-keajaiban luar biasa dalam rangka pembersihan jiwa dan penerangan batin, di samping masih banyak lagi rahasia-rahasia dan faedah-faedah yang tidak mungkin dihitung oleh angka dan bilangan. Seorang salik perlu memiliki hati ikhlas semata-mata mengharap ridha Allah ketika membaca shalawat atas Nabi Saw, sehingga dia mampu memetik buah shalawat dan barakah-nya yang bertebaran. Shalawat di sepanjang perjalanan mencari Tuhan bagaikan lampu penerang yang dapat menjadi hidayah yang dibutuhkan. Barangsiapa yang menghiasi hatinya dengan lampu shalawat, maka dia akan mampu melihat segala hakikat tauhid berkat cahaya terang shalawat tersebut.”
Al-Qadhi Muhammad bin Ahmad bin Muhammad bin Abdullah Al-Husaini r.a berkata,”Ibnu ‘Atha’ berkata : ‘Doa memiliki rukun-rukun tertentu, sayap-sayap, sebab-sebab, dan waktu-waktu khusus. Jika memenuhi rukun-rukunnya doa itu akan menjadi kuat, jika ia memiliki sayap-sayap ia akan terbang ke langit, jika tepat waktunya ia berjalan terus. Dan jika memenuhi sebab-sebab, doa itu akan terkabulkan. Rukun-rukun doa adalah hati yang khusyuk, konsentrasi, lembut, pasrah diri, bergantung sepenuhnya kepada Allah, dan melepaskan diri dari ketergantungan kepada faktor apapun. Sayap-sayap doa adalah ketulusan dan kejujuran. Waktu berdoa adalah di malam hari. Sebab-sebabnya adalah membacakan shalawat atas Nabi Saw.”
Dalam kitab Al-Ausath, Ath-Thabrani meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw bersabda,”Semua doa tertolak, kecuali dia membaca shalawat untuk Muhammad dan keluarganya.” Dan Ali bin Abu Thalib r.a berkata,”Setiap doa pasti terhalangi oleh sebuah tabir antara pemohon doa dan Allah. Kecuali orang itu membaca shalawat, maka tabir itu akan terbakar, dan doa itu pun bisa menembusnya. Jika orang itu tidak membaca shalawat, maka doanya akan terpental.”
Dalam Asy-Syifa, Ibnu Mas’ud r.a berkata,”Jika di antara kalian ada yang mengharapkan sesuatu dari Allah, maka hendaklah memulai doanya dengan puja dan puji kepada-Nya, disusul dengan membaca shalawat atas Nabi-Nya, baru kemudian menyampaikan hajatnya. Yang demikian ini lebih berpeluang besar untuk terkabulkan.”
Kesimpulannya, shalawat dapat mendatangkan pencerahan, rahasia, membersihkan batin dari segala jenis kotoran; yang mesti dibaca oleh para pemula, orang-orang yang memiliki banyak hajat, dan orang-orang yang sudah mencapai puncak perjuangan. Salik thalib, murid muqarrib, dan arif washil, mereka semua sama-sama membutuhkan shalawat.
Seorang thalib membutuhkan shalawat untuk peningkatan diri; seorang murid untuk bimbingan diri; dan seorang arif membutuhkan shalawat untuk membuatnya fana‘. Dalam hal ini, shalawat dibutuhkan seorang salik untuk membantunya dalam menempuh perjalanan atau suluk, shalawat dibutuhkan oleh murid untuk menghilangkan keraguan dalam dirinya, dan dibutuhkan oleh ‘arif untuk berkata begini : “Inilah Engkau, Raja-Diraja.” Shalawat membuat seorang salik mencintai amal perbuatan, membuat seorang murid meraih ahwal, dan membuat seorang ‘arif semakin kokoh berpijak pada maqam al-Inzal.
Selain itu, shalawat menjadikan seorang salik mendapatkan cahaya, shalawat membuat seorang murid memperoleh ‘ibarah, dan shalawat membuat penyaksian seorang ‘arif semakin bertambah; atau shalawat membuat seorang salik mampu berjalan, membuat seorang murid dipancari sinar-sinar, dan membuat seorang ‘arif semakin mesra dalam perjumpaan (bersama Allah); atau boleh jadi, shalawat membuat seorang salik memperoleh cahaya yang berlipat-lipat, membuat seorang murid dicurahi rahasia-rahasia gaib, dan membuat seorang ‘arif merasa tak ada bedanya antara siang dan malam; atau boleh dikatakan bahwa shalawat membuat seorang salik semakin bersemangat, menjaga seorang murid dari kemunduran dalam beramal, dan menjadikan seorang ‘arif semakin sederhana dalam berakhlak; atau, shalawat membuat seorang salik semakin mantap, membuat seorang murid sampai pada dunia gaib Al-Malakut.
Dapat pula dikatakan bahwa shalawat membuat seorang salik ingin merasakan nikmatnya perjumpaan, menjanjikan seorang murid dengan perjumpaan itu sendiri, dan membuat seorang ‘arif semakin yakin dan nyata dalam perjumpaannya.”
Sumber : Syekh Abdul Qadir al-Jailani dalam As-Safinah Al-Qadiriyyah via Tasawuf Underground

Sabtu, 24 Oktober 2015

Cinta Menurut Al-Qur'an

“Man ahabba syai’an fa huwa `abduhu”
Barang siapa yang mencintai sesuatu pasti dia akan diperbudak olehnya.
Berikut ini pembahasan arti cinta menurut Al-Qur’an :
Menurut hadits Nabi, orang yang sedang jatuh cinta cenderung selalu mengingat dan menyebut orang yang dicintainya.
“Man ahabba syai’an katsuro dzikruhu”
kata Nabi, orang juga bisa diperbudak oleh cintanya.
“Man ahabba syai’an fa huwa `abduhu”. Kata Nabi juga.

Sabtu, 17 Oktober 2015

Tentang Sunnah Memakai Kemenyan

INI HADIST YG MEMPERBOLEHKAN MEMBAKAR DUPA ATAU MENYAN ;
Kemenyan dizaman Nabi dan Salafush Shaleh juga menjadi bagian dari beberapa ritual umat Islam. Nabi Muhammad SAW dan para Sahabat sendiri sangat menyukai wangi-wangian, baik yang berasal dari minyak wangi hingga kemenyan, sebagaimana disebutkan didalam berbagai hadits. Misalnya hadits shohih riwayat Imam Muslim dan Imam Al-Bukhari berikut ini :

Kamis, 15 Oktober 2015

Kesaksian Para Ulama Fiqih Tentang Tasawuf

Mereka yang menyebut tasawuf sebagai ajaran sesat atau bid’ah dan syirik adalah orang-orang yang tertutup hatinya terhadap kebenaran, mereka tidak mengikuti jejak-jejak para ulama kaum salaf yang menghormati dan mengikuti ajaran tasawuf Islam.