Dikisahkan pada suatu hari Nabi Sulaiman ‘alayhis-salâm sedang duduk di pinggiran danau. Beberapa saat kemudian, ia melihat seekor semut membawa sebiji gandum. Nabi Sulaiman ‘alayhis-salâm pun terus memperhatikan semut itu, yang tengah menuju ke tepi danau. Tiba-tiba ada seekor katak yang keluar dari dalam air seraya membuka mulutnya. Entah bagaimana prosesnya, semut itu kemudian masuk ke dalam mulut katak. Kemudian, katak itu pun menyelam ke dasar danau dalam waktu yang cukup lama.
Tampilkan postingan dengan label Hikmah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Hikmah. Tampilkan semua postingan
Kamis, 03 September 2015
Jumat, 07 Agustus 2015
20 Mutiara Hikmah Mbah KH. Maemun Zubair
1. Wong Yahudi iku biyen gelem mulang angger dibayar, tapi akehe kiyai saiki ngalor ngidul karo rokoan ora gelem mulang nak ora dibayar, gelem mulang angger dibayar.
(Orang Yahudi dulu mau mengajar kalau dikasih uang, tetapi kebanyakan kyai sekarang mondar-mandir sambil rokoan tidak mau mengajar kalau tidak dikasih uang).
2. Wong neng dunyo iku ono bungahe lan ono susahe, kabeh iku supoyo biso dadek’ake parek marang Allah, Tapi nak neng akhirat nak susah susah tok rupane nang neroko, tapi nak seneng yo seneng tok rupane neng suargo.
(Orang di dunia itu ada yang senang dan ada yang susah. Semua itu supaya bisa mendekatkan diri kepada Allah, tetapi kalau di akhirat susah terus yaitu ketika di Neraka, dan senang terus ketika di Surga).
3. Kanggone wong islam nak susah yo disabari nak bungah disyukuri.
(Untuk orang Islam ketika susah disabari dan ketika senang disyukuri).
4. Apik-apik’e dunyo iku nalikone pisah antarane apik lan olo. Sakwali’e, elek-elek’e dunyo iku nalikone campur antarane apik lan olo. Mulane apik iku kanggone wong Islam, lan elek iku kanggone wong kafir.
(Bagusnya dunia itu ketika pisah antara bagus dan jelek, sebaliknya jeleknya dunia itu ketika campur antara bagus dan jelek).
5. Apik-apik’e wong iku taqwo marang Allah yoiku ora ngelakoni doso mboh iku doso cilik utowo doso gede kabeh iku di tinggal.
(Bagus-bagusnya orang itu ialah orang yang bertaqwa, yaitu tidak mau melakukan dosa, baik dosa kecil maupun besar semuanya ditinggal).
6. Zaman akhir iku senengane podo ngatur pangeran. yaiku podo akeh-akehan istighosahan koyo-koyo demo marang pangeran.
(Zaman akhir itu banyak orang yang mendemo Tuhan yaitu dengan cara Istighosah, seolah-olah seperti mengatur Tuhan).
7.Ngandikone bapakku : ﺣََِﻔَﻂ َﺷُﻴﺌﺎ ﻭﻏﺎ ﺑﺖ ﻋﻨﻪ ﺍﺷﻴﺎﺀ akehe wong iku ngertine pekoro siji liyane ora
ngerti koyo dene wong haji ngertine mong bab kaji, pembangunan masjid yo iku tok, ora ngerti bahwa sodakoh iku yo ono wong miskin mbarang.
ngerti koyo dene wong haji ngertine mong bab kaji, pembangunan masjid yo iku tok, ora ngerti bahwa sodakoh iku yo ono wong miskin mbarang.
(Ayah saya pernah mengatakan bahwa banyak orang yang tahu perkara satu tetapi yang lain tidak diketahui, seperti halnya orang tahunya hanya bab haji saja, atau shodaqoh pembangunan masjid saja, tetapi tidak tau bahwa sodaqoh itu juga ada yang buat fakir miskin).
8.Nak wong ahli toriqoh utowo ahli tasawuf iku ora ono bedone doso iku gede utowo cilik podo bae kabeh didohi.
(Kalau orang Ahli Toriqoh atau Tasawuf tidak ada bedanya dosa itu baik besar atau kecil semuanya ditinggalkan).
9.Wong iku seng apik ora kena nyepeleake doso senajan cilik, lan ora keno anggak karo amal senajan akeh amale.
(Orang itu yang bagus ialah tidak menyepelekan dosa meskipun kecil dan tidak sombong ketika punya amal meskipun banyak).
10. Dunyo iku dadi tepo tulodone neng akhirat: الدنيا مراة في الاخرة
(Dunia itu menjadi contoh atau cermin di akhirat).
11. Ngalamate Qiamat iku angger wong tani iku wes aras-arasen tani, mergo untunge iku sitik.
(Termasuk tanda Qiyamat itu orang sudah malas untuk bertani, karena untungnya sedikit).
12. Gusti Allah iku gawe opo bae mergo sebab awae dewe 'kembang seberat mekar dewe'.
(Allah itu membuat apa saja sebab diri sendiri 'Bunga berat berkembang sendiri').
13. Nabi bersabda : ﺍﻧﻜﻢ ﺳﺘﻤﺼﺮﻭﻥ ﺍﻣﺼﺎﺭﺍ seng artine kuwe kabeh ko bakal gawe kota dewe-dewe. Wong sugih iku ko bakal gawe kota dewe-dewe, wong mlarat iku podo gawe deso dewe-dewe.
(Bahwasannya nabi telah bersabda yang artinya: Orang kaya itu akan membuat kota sendiri-sendiri, sedangkan orang Miskin nanti akan membuat desa sendiri-sendiri).
14. Endi-endi barang iku bakale ilang. Wong mangan daging eyo bakale ilang, tapi ono seng ora ilang, iyoiku barang seng ora ketok koyo dene ruh, kang ora sebab opo-opo, langsung pepareng soko Allah ora melalui proses.
(Semua barang itu akan hilang, orang makan daging juga akan hilang dagingnya, tetapi ada yang tidak hilang yaitu Ruh, ini pemberian lansung dari Allah tanpa proses).
15. Wali iku nak katok iku wes ora disiplin wali, masalahe wali iku ora keno kanggo conto, asale tingkahe iku selalu nulayani adat.
(Yang namanya Wali kalau kelihatan itu sudah tidak disiplin Wali, karena Wali itu tidak boleh dicontoh, karena tingkahnya selalu berselisih dengan kebiasaan).
16. Alamate wali iku wes ora biso guneman karo menungso, masalahe wong nak guneman karo menungso iku yo ora biso dzikir karo Allah.
(Tanda wali itu sudah tidak bisa berkomunikasi dengan manusia karena kalau berdiskusi dengan manusia biasanya tidak bisa dzikir dengan Allah).
17. Barang yen positif iku ora katon , bisone katon iku angger ono negatif, koyo kuwe biso reti padang yen wes weruh peteng, wong biso ngerti Allah angger wes ngerti liyane Allah.
(Sesuatu yang bagus itu tidak kelihatan, dan akan kelihatan ketika ada yang tidak bagus, contoh kamu tau terang kalau sudah gelap, dan kamu tau Allah ketika kamu tau selain Allah).
18. Wong iku yen solat bengi kok ajak-ajak iku berati ora pati ikhlas, masalahe mbengi iku wayah turu, lah wong solat iku kudune soko karepe dewe.
(Orang ketika salat malam mengajak-ajak berati itu menandakan tidak begitu ikhlas, karena waktu malam itu waktu istirahat, kalau mau salat memang dari keinginan diri sendiri).
19. Sepiro senenge tangi soko kubur, iku sepiro enakke neng alam akhirat.
(Seberapa senangnya orang bangun dari kubur, seberapa senangnya di akhirat).
20. Wong naliko metu soko wetenge simbok iku kudu susah, tapi yen wong metu soko dunyo alias mati iku kudu roso seneng, iki alamate wong seng bakal urip seneng.
(Orang ketika keluar dari kandungan sang Ibu harus susah, sedangkan keluar dari dunia yaitu meninggal harus senang ini alamatnya orang akan senang).
Sumber : santrijagad.org
Minggu, 31 Mei 2015
Nama-nama Neraka Dan Calon Penghuninya
Diperuntukkan
atas orang-orang yang ringan timbangan amalnya.
Yaitu mereka yang selama hidup di dunia
mengerjakan kebaikan bercampur keburukan. Orang muslim laki-laki maupun
perempuan yang perbuatan sehari- harinya tidak sesuai dengan ajaran Islam, maka
Hawiyah sebagai tempat tinggalnya. Mereka ini yaitu orang yang tidak mau
menerima syariat Islam, tidak mau memakai jilbab (bagi wanita), memakai sutra
dan emas (bagi lak- laki), mencari rejeki dengan cara tidak halal, memakan riba
dan lain sebagainya. Dalam Al-Qur'an terdapat pada surah (Al-Qori'ah ayat 8-11)
Kamis, 28 Mei 2015
Nama-nama Surga Dan Calon Penghuninya
Berikut
ini nama-nama surga serta tingkatan dan calon-calon penghuninya.
1.
Surga Firdaus
Surga
Firdaus diciptakan oleh Allah swt dari emas.
Tentang
calon penghuninya dijelaskan dalam surat Al Mu’minun ayat 1-11, yanag artinya
sebagai berikut:
Rabu, 08 April 2015
Semakin Tambah Ilmu Seseorang, Maka Semakin Sedikit Menyalahkan orang
Sewaktu baru kepulangannya dari Timur Tengah, Prof. DR. Hamka,
seorang pembesar Muhammadiyyah, menyatakan bahwa Maulidan haram dan bid’ah
tidak ada petunjuk dari Nabi Saw., orang berdiri membaca shalawat saat
Asyraqalan (Mahallul Qiyam) adalah bid’ah dan itu berlebih-lebihan tidak ada
petunjuk dari Nabi Saw.
Minggu, 05 April 2015
Kisah Murid Syeh Abdul Qodir Al Jaelani Dan Raja Jin
Ulama
Baghdad meriwayatkan :
Bahwa
di Baghdad ada seorang ulama', seusai sholat Jum'at berangkatlah ia diiringi para santri-santrinya berziarah ke pemakaman untuk
membacakan surat fatihah dan dihadiahkan kepada arwah muslimin. Ini beliau
lakukan setiap jum'at
Di
tengah perjalanan ia menemukan seekor ular hitam yang sedang melata. Dipukulnya
ular itu dengan tongkat sampai mati. Setelah ular dibunuh langsung saja alam
sekitar daerah itu diliputi kabut kelam dan menjadi gelap.
Para
santrinya tambah terkejut karena gurunya mendadak hilang. Mereka berusaha
mencari ditiap-tiap tempat namun tidak ditemukan. Tiba-tiba gurunya muncul
kembali dengan pakaian serba baru. Mereka heran, dan segera menghampiri gurunya
sambil menanyakan kejadian yang dialaminya. Kemudian
diceritakannya bahwa asal kejadian itu begini permulaannya:
"Tadi
waktu cuaca gelap, aku dibawa oleh Jin menuju sebuah pulau. Lalu aku dibawa
menyelam kedasar laut menuju suatu daerah kerajaan jin, dan aku dihadapkan
kepada sang raja jin. Pada waktu aku bertemu, ia sedang berdiri di atas
singgasana mahligai kerajaannya.
Dihadapannya
membujur sesosok mayat di atas panca persada yang sangat indah bentuknya.
Kepala mayat itu pecah, darah mengalir dari tubuhnya.
Sejurus
kemudian sang raja jin bertanya kepada pengawalnya yang membawa aku:
"Siapa orang yang kau bawa itu?".
Para
pengawalnya menjawab : "Inilah orang yang telah membunuh putera tuanku raja".
Lalu
raja jin menatap tajam padaku dengan muka marah. Wajahnya merah padam, dengan
geramnya raja jin menghardikku: "Mengapa kamu membunuh anakku yang tidak
berdosa? Bukankah kamu lebih tahu tentang dosanya membunuh, padahal kamu
katanya seorang ulama' yang mengetahui masalah-masalah hukum ?!", dia
berkata dengan suara lantang muka berang menakutkan.
Segera
aku menjawab menolak tuduhan itu: "Perkara membunuh anakmu aku tolak,
apalagi yang namanya membunuh, bertemu mukapun aku belum pernah."
Raja
jin menjawab :"Kamu tidak bisa menolak, ini buktinya, para saksinya juga
banyak!".
Lalu
dengan tegas tuduhan itu kusanggah: "Tidak, tidak bisa, semuanya bohong,
itu fitnah semata!".
Para
saksi jin mengusulkan supaya raja memeriksa darah yang melekat diujung
tongkatnya. Lalu sang raja bertanya: "Itu darah apa yang ada
ditongkatmu?".
Aku
menjawab: "Darah ini bekas cipratan darah ular yang kubunuh".
Raja
jin berkata dengan geramnya: "Kamu manusia yang paling bodoh. Kalau kamu
tidak tahu ular itu anakku!".
Dikala
itu, aku bingung tidak bisa menjawab lagi, sehingga aku pusing, bumi dan langit
terasa sempit karena sulit mencari jalan pemecahannya.
Raja
jin melirik kepada seorang hakim selaku aparatnya seraya berkata: "Manusia
ini sudah mengakui kesalahannya, ia telah membunuh anakku, kamu harus segera
memutuskan hukumannya yaitu ia harus dibunuh!".
Setelah
jatuh keputusan, aku diserahkan kepada seorang algojo. Pada waktu kepalaku akan
dipancung, algojo sedang mengayunkan pedangnya kearah leherku, tiba-tiba muncul
seorang laki-laki tampan bercahaya sambil berseru: "Berhenti! Sekali-kali
jangan kau bunuh orang ini, ia murid Syekh Abdul Qodir", sambil matanya
menatap raja jin dengan sorotan tajam. Lalu ia berkata: "Coba apa
jawabanmu kepada Syekh kalau beliau marah padamu karena membunuh
muridnya?".
Raja
jin melirik ke arahku sambil berkata: "Karena aku menghormati dan
memuliakan Syekh, dosamu yang begitu besar kuampuni, dan kamu bebas dari
hukuman. Tetapi sebelum kau pulang, kamu harus jadi imam sholat untuk
menyembahyangkan mayat anakku almarhum dan bacakan istighfar mohon diampuni
dosanya".
Setelah
selesai menyembahyangkan, pada waktu pulang aku diberi hadiah pakaian bagus dan
diantarkan ketempat semula tadi".
Kisah ini menjadi i'tibar bahwa manfaat karomah dan barokahnya seorang sang guru akan menolong hidup sang murid itu. Maka jangan sekali-kali kita melupakan dan meremehkan seorang guru apalagi sampai mencaci maki, akan terputus semua berkah ilmu dan umur yang kita terima dari Allah SWT. Habib Umar bin Hafidz pernah berkata, " Siapa saja yang mencintai Allah SWT maka dia harus mencintai Rasulullah SAW, siapa saja yang mencintai Rasulullah SAW maka dia harus mencintai gurunya".
Wallohu a'lam
Sumber : Tafrijul Khotir halaman 34
Keterangan gambar : KH. Abdurrahman Wahid (Gus dur) dan KH. Hasan Abdul Wafi Paiton
Kamis, 12 Maret 2015
Tersesat Di Surga
Seorang
pemuda, ahli amal ibadah datang ke seorang Sufi. Sang pemuda dengan bangganya
mengatakan kalau dirinya sudah melakukan amal ibadah wajib, sunnah, baca
Al-Qur’an, berkorban untuk orang lain dan kelak harapan satu satunya adalah
masuk syurga dengan tumpukan amalnya. Bahkan sang pemuda tadi malah punya
catatan amal baiknya selama ini dalam buku hariannya, dari hari ke hari.
“Saya
kira sudah cukup bagus apa yang saya lakukan Tuan…”, Kata si pemuda dengan jumawa.
“Apa yang sudah anda lakukan?”, tanya si Sufi.
“Amal ibadah bekal bagi syurga saya nanti…”, kata si pemuda
meledak-ledak.
“Kapan anda menciptakan amal ibadah, kok anda merasa punya?”,
sahut sang Sufi.
Pemuda itu diam…lalu berkata, “Bukankah semua itu hasil jerih
payah saya sesuai dengan perintah dan larangan Allah?”
“Siapa yang
menggerakkan jerih payah dan usahamu itu?”
“Saya
sendiri…hmmm….”, jawab sang pemuda itu sambil melipat tangannya.
“Jadi kamu mau masuk
syurga sendiri dengan amal-amalmu itu?”
“Jelas dong tuan…”
Sang Sufi
mengangguk-ngangguk paham, “Saya nggak jamin kamu bisa masuk ke syurga. Kalau
toh masuk kamu malah akan tersesat disana…”
Pemuda itu terkejut
bukan main atas ungkapan Sang Sufi. Pemuda itu antara marah dan diam, ingin
sekali menampar muka sang sufi.
“Mana mungkin di
syurga ada yang tersesat. Jangan-jangan tuan ini ikut aliran sesat…” kata
pemuda itu menuding Sang Sufi.
“Kamu benar. Tapi
sesat bagi syetan, petunjuk bagi saya….”
“Tolong diperjelas…”
“Begini
saja, seluruh amalmu itu seandainya ditolak oleh Allah bagaimana?”
“Lho
kenapa?”
“Siapa
tahu anda tidak ikhlas dalam menjalankan amal anda?”
“Saya
ikhlas kok, sungguh ikhlas. Bahkan setiap keikhlasan saya masih saya ingat
semua…”
“Nah,
mana mungkin ada orang yang ikhlas, kalau masih mengingat-ingat amal baiknya?
Mana mungkin anda ikhlas kalau anda masih mengandalkan amal ibadah anda?
Mana mungkin anda ikhlas kalau anda sudah merasa puas dengan amal anda sekarang ini?”
Mana mungkin anda ikhlas kalau anda sudah merasa puas dengan amal anda sekarang ini?”
Pemuda
itu duduk lunglai seperti mengalami anti klimaks, pikirannya melayang membayang
bagaimana soal tersesat di syurga, soal amal yang tidak diterima, soal ikhlas
dan tidak ikhlas.
Dalam kondisi setengah frustrasi, Sang sufi menepuk pundaknya.
Dalam kondisi setengah frustrasi, Sang sufi menepuk pundaknya.
“Hai
anak muda. Jangan kecewa, jangan putus asa. Kamu cukup istighfar saja. Kalau
kamu berambisi masuk syurga itu baik pula. Tapi, kalau kamu tidak bertemu
dengan Sang Tuan Pemilik dan Pencipta syurga bagaimana? Kan sama dengan orang
masuk rumah orang, lalu anda tidak berjumpa dengan tuan rumah, apakah anda
seperti orang linglung atau orang yang bahagia?”
“Saya
harus bagaimana tuan…”
“Mulailah
menuju Sang Pencipta syurga, maka seluruh nikmatnya akan diberikan kepadamu.
Amalmu bukan tiket ke syurga. Tapi ikhlasmu dalam beramal merupakan wadah bagi
ridlo dan rahmat-Nya, yang menarik dirimu masuk ke dalamnya…”
Pemuda
itu semakin bengong antara tahu dan tidak.
“Begini
saja, anak muda. Mana mungkin syurga tanpa Allah, mana mungkin neraka bersama
Allah?”
Pemuda
itu tetap saja bengong. Mulutnya melongo seperti kerbau.
Jumat, 27 Februari 2015
Kisah Tempayan yang Bocor
Seorang tukang air memiliki dua tempayan besar, masing-masing bergantung pada kedua ujung sebuah pikulan yang dibawa menyilang pada bahunya. Satu dari tempayan itu retak, sedangkan tempayan satunya lagi tidak. Tempayan yang utuh selalu dapat membawa air penuh, walaupun melewati perjalanan yang panjang dari mata air ke rumah majikannya. Tempayan retak itu hanya dapat membawa air setengah penuh.
Hal ini terjadi setiap hari selama dua tahun. Si tukang air hanya dapat membawa satu setengah tempayan air ke rumah majikannya. Tentu saja si tempayan utuh merasa bangga akan prestasinya karena dapat menunaikan tugas dengan sempurna. Di pihak lain, si tempayan retak merasa malu sekali akan ketidaksempurnaanya dan merasa sedih sebab ia hanya dapat memberikan setengah dari porsi yang seharusnya ia dapat berikan.
Setelah dua tahun tertekan oleh kegagalan pahit ini, tempayan retak berkata kepada si tukang air, "Saya sungguh malu kepada diri saya sendiri dan saya mohon maaf yang sebesar-besarnya".
"Mengapa?" tanya si tukang air, "Mengapa kamu merasa malu ?" Saya hanya mampu, selama dua tahun ini, membawa setengah porsi air dari yang seharusnya dapat saya bawa. Adanya retakan pada sisi saya telah membuat air yang saya bawa bocor sepanjang jalan menuju rumah majikan kita. Karena cacatku itu, saya telah membuatmu rugi."
Si tukang air merasa kasihan kepada si tempayan retak, dan dalam belas kasihannya, ia menjawab," Jika kita kembali ke rumah majikan besok, aku ingin kamu memperhatikan sisi di sepanjang jalan."
Benar, ketika mereka naik ke bukit, si tempayan retak memperhatikan dan baru menyadari bahwa ada bunga-bunga indah di sepanjang sisi jalan dan itu membuatnya sedikit terhibur. Namun pada akhir perjalanan, ia kembali merasa sedih karena separuh air yang dibawanya telah bocor dan kembali tempayan retak itu meminta maaf kepada si tukang air atas kegagalannya.
Si tukang air berkata kepada tempayan itu, "Apakah kamu tidak memperhatikan adanya bunga-bunga di sepanjang jalan di sisimu ? tapi tidak ada bunga di sepanjang jalan di sisi tempayan lain yang tidak retak itu ?" Itu karena aku selalu menyadari akan cacatmu dan aku memanfaatkannya. Aku telah menanam benih-benih bunga di sepanjang jalan di sisimu dan setiap hari jika kita berjalan pulang dari mata air, kamu mengairi benih-benih itu. Selama dua tahun ini, aku telah dapat memetik bunga-bunga indah itu untuk menghias meja majikan kita. Tanpa adanya kamu , majikan kita tidak akan dapat menghias rumahnya seindah sekarang."
Jadi kadang kita berpikir bahwa kita tidak berguna, namun sebenarnya kita telah melakukan sesuatu yang sangat indah dan berguna tanpa kita sadari.
Kisah ini sekaligus bisa menjadi motivasi kita agar tidak berlarut-larut menyesali kekurangan, terus berusaha memperbaiki diri dan pantang menyerah dalam menghadapi apapun. Semua hal pasti ada hikmah yang kita belum tahu, hanya kepada Allah SWT kita berpasrah. Sikap tersebut merupakan pengejawentahan firman Allah SWT yang artinya :
Kisah ini sekaligus bisa menjadi motivasi kita agar tidak berlarut-larut menyesali kekurangan, terus berusaha memperbaiki diri dan pantang menyerah dalam menghadapi apapun. Semua hal pasti ada hikmah yang kita belum tahu, hanya kepada Allah SWT kita berpasrah. Sikap tersebut merupakan pengejawentahan firman Allah SWT yang artinya :
“.. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah Mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”
(QS. al-Baqarah [2]: 216)
WaLlahu a'lam.
Langganan:
Postingan (Atom)