"Keberuntungan" kadang memainkan perannya dalam kehidupan manusia, sekalipun kerap tidak masuk akal. Karena itulah takdir mereka.
Boleh jadi keterlambatanmu dari suatu perjalanan adalah keselamatanmu
Boleh jadi tertundanya pernikahanmu adalah suatu keberkahan
Boleh jadi dipecatnya engkau dari pekerjaan adalah suatu maslahat
Boleh jadi sampai sekarang engkau belum dikarunia anak itu adalah kebaikan dalam hidupmu.
Tampilkan postingan dengan label Kehidupan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kehidupan. Tampilkan semua postingan
Kamis, 03 Agustus 2017
Selasa, 05 Mei 2015
Mengasah Ketajaman Firasat
Adakah “indera keenam”
itu? Bagaimana seseorang bisa mendapatkannya?
Suatu saat, Imam Syafi’i duduk di masjid bersama para muridnya.
Di antara mereka ada al-Muzani dan Rabi’. Di waktu yang sama, ada lelaki
terlihat mengitari orang-orang yang sedang tidur di masjid. Melihat itu, Imam
Syafi’i berkata, “Rabi', beritahu orang itu, budak hitamnya, yang salah satu
matanya terluka telah hilang.”
Jumat, 27 Februari 2015
Kisah Tempayan yang Bocor
Seorang tukang air memiliki dua tempayan besar, masing-masing bergantung pada kedua ujung sebuah pikulan yang dibawa menyilang pada bahunya. Satu dari tempayan itu retak, sedangkan tempayan satunya lagi tidak. Tempayan yang utuh selalu dapat membawa air penuh, walaupun melewati perjalanan yang panjang dari mata air ke rumah majikannya. Tempayan retak itu hanya dapat membawa air setengah penuh.
Hal ini terjadi setiap hari selama dua tahun. Si tukang air hanya dapat membawa satu setengah tempayan air ke rumah majikannya. Tentu saja si tempayan utuh merasa bangga akan prestasinya karena dapat menunaikan tugas dengan sempurna. Di pihak lain, si tempayan retak merasa malu sekali akan ketidaksempurnaanya dan merasa sedih sebab ia hanya dapat memberikan setengah dari porsi yang seharusnya ia dapat berikan.
Setelah dua tahun tertekan oleh kegagalan pahit ini, tempayan retak berkata kepada si tukang air, "Saya sungguh malu kepada diri saya sendiri dan saya mohon maaf yang sebesar-besarnya".
"Mengapa?" tanya si tukang air, "Mengapa kamu merasa malu ?" Saya hanya mampu, selama dua tahun ini, membawa setengah porsi air dari yang seharusnya dapat saya bawa. Adanya retakan pada sisi saya telah membuat air yang saya bawa bocor sepanjang jalan menuju rumah majikan kita. Karena cacatku itu, saya telah membuatmu rugi."
Si tukang air merasa kasihan kepada si tempayan retak, dan dalam belas kasihannya, ia menjawab," Jika kita kembali ke rumah majikan besok, aku ingin kamu memperhatikan sisi di sepanjang jalan."
Benar, ketika mereka naik ke bukit, si tempayan retak memperhatikan dan baru menyadari bahwa ada bunga-bunga indah di sepanjang sisi jalan dan itu membuatnya sedikit terhibur. Namun pada akhir perjalanan, ia kembali merasa sedih karena separuh air yang dibawanya telah bocor dan kembali tempayan retak itu meminta maaf kepada si tukang air atas kegagalannya.
Si tukang air berkata kepada tempayan itu, "Apakah kamu tidak memperhatikan adanya bunga-bunga di sepanjang jalan di sisimu ? tapi tidak ada bunga di sepanjang jalan di sisi tempayan lain yang tidak retak itu ?" Itu karena aku selalu menyadari akan cacatmu dan aku memanfaatkannya. Aku telah menanam benih-benih bunga di sepanjang jalan di sisimu dan setiap hari jika kita berjalan pulang dari mata air, kamu mengairi benih-benih itu. Selama dua tahun ini, aku telah dapat memetik bunga-bunga indah itu untuk menghias meja majikan kita. Tanpa adanya kamu , majikan kita tidak akan dapat menghias rumahnya seindah sekarang."
Jadi kadang kita berpikir bahwa kita tidak berguna, namun sebenarnya kita telah melakukan sesuatu yang sangat indah dan berguna tanpa kita sadari.
Kisah ini sekaligus bisa menjadi motivasi kita agar tidak berlarut-larut menyesali kekurangan, terus berusaha memperbaiki diri dan pantang menyerah dalam menghadapi apapun. Semua hal pasti ada hikmah yang kita belum tahu, hanya kepada Allah SWT kita berpasrah. Sikap tersebut merupakan pengejawentahan firman Allah SWT yang artinya :
Kisah ini sekaligus bisa menjadi motivasi kita agar tidak berlarut-larut menyesali kekurangan, terus berusaha memperbaiki diri dan pantang menyerah dalam menghadapi apapun. Semua hal pasti ada hikmah yang kita belum tahu, hanya kepada Allah SWT kita berpasrah. Sikap tersebut merupakan pengejawentahan firman Allah SWT yang artinya :
“.. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah Mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”
(QS. al-Baqarah [2]: 216)
WaLlahu a'lam.
Jumat, 29 November 2013
Hidup Lebih Bermakna
Makna Hidup
Hidup kita di dunia akan menentukan hidup kita di akhirat. Artinya kita tidak bisa sembarangan menentukan makna hidup berdasarkan konsep yang tidak jelas asalnya. Jika kita salah memaknai hidup ini, kemudian kita hidup berdasarkan makna yang salah, maka sudah bisa ditebak kearah mana kita akan hidup. Bagaimana nanti kita di akhirat?
Mencari makna hidup adalah hal yang serius, bukan main-main. Tidak ada pemikiran parsial yang membedakan urusan dunia dan urusan akhirat. Hidup dunia justru menjadi penentu bagaimana hidup kita di akhirat. Kesuksesan dunia tidak ada artinya jika di akhirat menjadi manusia yang gagal.
Dengan demikian, mencari makna hidup adalah titik kritis yang tidak boleh salah. Ini akan menentukan hidup Anda baik di dunia dan di akhirat. Ulama besar, Muhammad Al Ghazali, pernah berkata bahwa pemahaman hidup yang dangkal adalah sebuah tindak ‘kriminal’ yang keji.
Langganan:
Postingan (Atom)