Dengan menyadari bahwa keberadaan/eksistensi kita/manusia adalah karunia/pemberian Allah, maka kita harus bersikap sesuai dengan apa yang kehendaki Nya. Salah satunya Allah lah yang menciptakan semua manusia yang hidup di muka bumi {rahman}, dan Dia pula yang menentukan siapa yang beriman {rahim} dan siapa yang kafir. Maka bagi yang di karuniai iman oleh Allah hendaklah menyadari bahwa mereka yang tidak beriman itu adalah atas "kehendak Allah", manusia tidak berhak membenci dan memusuhi sesama manusia {dalam konteks sesama makhluk}.
Cobalah bayangkan jika anda yang ditentukan sebagai orang kufur oleh Allah, bisa apakah anda...?? Mengenai perintah untuk membenci kekufuran, yang harus di benci adalah perbuatan kufur nya bukan manusianya, karena...., bagaimana mungkin anda boleh membenci suatu ciptaan Allah...? sedang semua perbuatan Allah itu baik..? Sedangkan Allah sendiri tidak pernah menghukum mereka-mereka yang kufur selama masih di dunia ini. Tugas anda yang beriman hanyalah menyampaikan kepada mereka apa yang telah Allah berikan kepada anda, sisanya adalah urusan Allah dan makhluk ciptaan Nya. Hal ini berkaitan dengan pemahaman terhadap Qadha dan Qadar, taqdir dan maqdur.
Dalam teori ilmu kalam yang berkaitan dengan perbuatan manusia, Kyai Saleh Darat menjelaskan tentang perbuatan manusia paham Ahlus Sunnah yang berada di tengah antara Jabariyah dan Qodariyah. Sebagai ulama yang berfikir maju, ia senantiasa menekankan perlunya ikhtiar dan kerja keras, setelah itu baru menyerahkan diri secara pasrah kepada Yang Maha Esa. Ia sangat mencela orang yang tidak mau bekerja keras karena memandang segala nasibnya telah ditaqdirkan Allah SWT. Sebaliknya, ia juga tidak setuju dengan teori kebebasan manusia yang menempatkan manusia sebagai pencipta hakiki atas segala perbuatannya
Adapun makna Maaliki yaumiddin itu yaitu yang memiliki dan menguasai hari kiamat. Tegasnya menguasai semua perkara di hari pembalasan. Amalan jelek akan dibalas kejelekan. Amalan bagus dibalas bagus atau hasanah. Akan menentukan dibawa ke neraka ataukah surga pada hari kiamat. Tidak ada yang kuasa menghalang-halangi dunia kiamat selain Allah SWT. Karena sesungguhnya Dia Al-Waahidul Qahhar (Maha Esa dan Perkasa).
Barangsiapa beramal kebaikan seberat semut hitam pun, Allah tetap akan meninggalkan catatan amal baginya. Faman ya’mal mitsqola dzarrotin khoiroyyaroh. Artinya barangsiapa berbuat kebajikan seberat biji sawi (sekecil apapun) pasti mendapat balasan yang setimpal.
Besok di hari kiamat terhadap manusia yang mempunyai amal bagus maka Allah SWT berfirman 'Ya fulan masuklah kamu ke dalam surga dengan membawa amalmu'. Kemudian menjawab ya ilahi amalku yang mana?Maka jawab Allah, meski amalan kalian yang saat mau tidur merebahkan lambung masih mengucapkan kata-kata : Allah Allah… Maka Allah berfirman: Adapun Aku tidak pernah lupa dan tidur, Aku selalu menghitung apa pun yang kalian kerjakan.
Adapun di hari kiamat (maaliki yamiddin) nanti tidak ada raja selain Allah SWT. Disebut jugamaalik al abiid, maha raja yang membawahi abiid. Dan juga sesungguhnya besok manakala dunia kiamat berkumpul beberapa raja di dunia, mereka lebih hina dari rakyat,
Dalam al-Mufradat dikatakan: Malakut dikhususkan bagi kekuasaan Allah Ta’ala. Penambahan wawu dan ta` untuk menggambarkan sangat besar dalam hal kekuasaan, kasih sayang, dan keperkasaanNya.. Al-mulk berarti mengontrol sesuatu dan mengelolanya dengan perintah dan larangan.
Maha Suci Allah Ta’ala yang kepemilikan atas segala sesuatu berada di bawah kekuasaan-Nya. Menyucikan-Nya merupakan keharusan mutlak. Mensucikan-Nya dari kelemahan yang mereka nisbatkan kepada-Nya. Maka heranlah kamu terhadap ucapan mereka yang menisbatkan kekurangan kepada Allah Ta’ala.
Wassalam.
Sumber : NU Online, dengan judul asli : RA Kartini Mengaji Kitab Faidhur Rahman
Penulis : Prof. DR. HM. Muchoyyar, HS, MA, Pimpinan Pesantren Budaya Asmaulhusna (Sambua) Lasem