Mereka yang menyebut tasawuf sebagai ajaran sesat atau bid’ah dan syirik adalah orang-orang yang tertutup hatinya terhadap kebenaran, mereka tidak mengikuti jejak-jejak para ulama kaum salaf yang menghormati dan mengikuti ajaran tasawuf Islam.
Tampilkan postingan dengan label Ulama. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Ulama. Tampilkan semua postingan
Kamis, 15 Oktober 2015
Minggu, 20 September 2015
Sunnah Nabi Muhammad SAW Menurut Para Ulama
Menurut Imam Asy-Syafi'iy, Sunnah Nabi mempunyai kedudukan yang sangat tinggi. Menurut beliau setiap hukum yang ditetapkan oleh Rasulullaah Muhammad SAW adalah dari pemahaman beliau terhadap Al-Qur'an. Selain kedua sumber tersebut, dalam mengambil suatu ketetapan hukum, Imam Asy-Syafi'iy juga menggunakan Ijma', Qiyas dan Istidlal (penalaran) sebagai dasar hukum Islam. Selain itu menurut Imam Asy-Syafi'iy, sunnah terbagi menjadi 3 bentuk : (a) Sunnah yang menjelaskan Nash Al-Qur'an, (b) Sunnah yang menjabarkan Nash Al-Qur'an yang bersifat global, dan (c) Sunnah yang menjelaskan sesuatu yang tidak disinggung dalam al-Qur'an.
Kamis, 11 Juni 2015
Pentingnya Mondok, Kembali Pada Ulama
Di sebuah sudut sekolah terjadilah percakapan antara murid dengan gurunya
Murid : Pak guru, saya mau tanya kenapa sih kita repot-repot harus belajar ilmu nahwu, shorof, mantiq, balaghoh dan ilmu lain untuk bisa memahami ayat-ayat Al-Qur'an? Sekarang kan banyak Al-Qur'an terjemahan apalagi di Internet banyak bertebaran
Kamis, 09 April 2015
Pesan Mulia Romo KH. Asrori Al-Ishaqi Kedinding Lor Surabaya
Siapa KH
Asrori Al Ishaqi? Beliau dikenal sebagai kiai NU yang istiqomah
bergerak di bidang sosial kemasyarakatan terkait peran kyai melalui kanal
thoriqoh. Beliau lahir pada tanggal 17 Agustus 1951 dan wafat pada
tanggal 18 Agustus 2009 dan dimakamkan di lingkungan Pondok Pesantren Kedinding
Lor. Kyai Asrori tak tergerus dalam gerakan kemasyarakatan di
ranah politik praktis sebelum maupun pascareformasi. Jamaah thoriqoh
terus dibina dan digerakkan ke tataran umat dalam konteks memberikan bekal
moral spiritual kepada umat Muhammad SAW.
Minggu, 05 April 2015
Kisah Murid Syeh Abdul Qodir Al Jaelani Dan Raja Jin
Ulama
Baghdad meriwayatkan :
Bahwa
di Baghdad ada seorang ulama', seusai sholat Jum'at berangkatlah ia diiringi para santri-santrinya berziarah ke pemakaman untuk
membacakan surat fatihah dan dihadiahkan kepada arwah muslimin. Ini beliau
lakukan setiap jum'at
Di
tengah perjalanan ia menemukan seekor ular hitam yang sedang melata. Dipukulnya
ular itu dengan tongkat sampai mati. Setelah ular dibunuh langsung saja alam
sekitar daerah itu diliputi kabut kelam dan menjadi gelap.
Para
santrinya tambah terkejut karena gurunya mendadak hilang. Mereka berusaha
mencari ditiap-tiap tempat namun tidak ditemukan. Tiba-tiba gurunya muncul
kembali dengan pakaian serba baru. Mereka heran, dan segera menghampiri gurunya
sambil menanyakan kejadian yang dialaminya. Kemudian
diceritakannya bahwa asal kejadian itu begini permulaannya:
"Tadi
waktu cuaca gelap, aku dibawa oleh Jin menuju sebuah pulau. Lalu aku dibawa
menyelam kedasar laut menuju suatu daerah kerajaan jin, dan aku dihadapkan
kepada sang raja jin. Pada waktu aku bertemu, ia sedang berdiri di atas
singgasana mahligai kerajaannya.
Dihadapannya
membujur sesosok mayat di atas panca persada yang sangat indah bentuknya.
Kepala mayat itu pecah, darah mengalir dari tubuhnya.
Sejurus
kemudian sang raja jin bertanya kepada pengawalnya yang membawa aku:
"Siapa orang yang kau bawa itu?".
Para
pengawalnya menjawab : "Inilah orang yang telah membunuh putera tuanku raja".
Lalu
raja jin menatap tajam padaku dengan muka marah. Wajahnya merah padam, dengan
geramnya raja jin menghardikku: "Mengapa kamu membunuh anakku yang tidak
berdosa? Bukankah kamu lebih tahu tentang dosanya membunuh, padahal kamu
katanya seorang ulama' yang mengetahui masalah-masalah hukum ?!", dia
berkata dengan suara lantang muka berang menakutkan.
Segera
aku menjawab menolak tuduhan itu: "Perkara membunuh anakmu aku tolak,
apalagi yang namanya membunuh, bertemu mukapun aku belum pernah."
Raja
jin menjawab :"Kamu tidak bisa menolak, ini buktinya, para saksinya juga
banyak!".
Lalu
dengan tegas tuduhan itu kusanggah: "Tidak, tidak bisa, semuanya bohong,
itu fitnah semata!".
Para
saksi jin mengusulkan supaya raja memeriksa darah yang melekat diujung
tongkatnya. Lalu sang raja bertanya: "Itu darah apa yang ada
ditongkatmu?".
Aku
menjawab: "Darah ini bekas cipratan darah ular yang kubunuh".
Raja
jin berkata dengan geramnya: "Kamu manusia yang paling bodoh. Kalau kamu
tidak tahu ular itu anakku!".
Dikala
itu, aku bingung tidak bisa menjawab lagi, sehingga aku pusing, bumi dan langit
terasa sempit karena sulit mencari jalan pemecahannya.
Raja
jin melirik kepada seorang hakim selaku aparatnya seraya berkata: "Manusia
ini sudah mengakui kesalahannya, ia telah membunuh anakku, kamu harus segera
memutuskan hukumannya yaitu ia harus dibunuh!".
Setelah
jatuh keputusan, aku diserahkan kepada seorang algojo. Pada waktu kepalaku akan
dipancung, algojo sedang mengayunkan pedangnya kearah leherku, tiba-tiba muncul
seorang laki-laki tampan bercahaya sambil berseru: "Berhenti! Sekali-kali
jangan kau bunuh orang ini, ia murid Syekh Abdul Qodir", sambil matanya
menatap raja jin dengan sorotan tajam. Lalu ia berkata: "Coba apa
jawabanmu kepada Syekh kalau beliau marah padamu karena membunuh
muridnya?".
Raja
jin melirik ke arahku sambil berkata: "Karena aku menghormati dan
memuliakan Syekh, dosamu yang begitu besar kuampuni, dan kamu bebas dari
hukuman. Tetapi sebelum kau pulang, kamu harus jadi imam sholat untuk
menyembahyangkan mayat anakku almarhum dan bacakan istighfar mohon diampuni
dosanya".
Setelah
selesai menyembahyangkan, pada waktu pulang aku diberi hadiah pakaian bagus dan
diantarkan ketempat semula tadi".
Kisah ini menjadi i'tibar bahwa manfaat karomah dan barokahnya seorang sang guru akan menolong hidup sang murid itu. Maka jangan sekali-kali kita melupakan dan meremehkan seorang guru apalagi sampai mencaci maki, akan terputus semua berkah ilmu dan umur yang kita terima dari Allah SWT. Habib Umar bin Hafidz pernah berkata, " Siapa saja yang mencintai Allah SWT maka dia harus mencintai Rasulullah SAW, siapa saja yang mencintai Rasulullah SAW maka dia harus mencintai gurunya".
Wallohu a'lam
Sumber : Tafrijul Khotir halaman 34
Keterangan gambar : KH. Abdurrahman Wahid (Gus dur) dan KH. Hasan Abdul Wafi Paiton
Selasa, 31 Maret 2015
Kebesaran Hati Alm. Abuya As Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki
Majalah Aljami’ah Almadinah Al-Munawwaroh, pernah memuat sebuah artikel dari
seorang pakar, yaitu Dr. Abdul Qodir Assindi (salah satu tokoh tetangga sebelah
di Madinah) yang berisi kecaman, hinaan, dan penghakiman terhadap pemikiran dan
pribadi Sayyid Muhammad bin Alawi Al maliki, sebagai propaganda yang mengarah
pada perbuatan bid’ah.
Tentu
saja artikel itu mendapat banyak perhatian publik sekaligus mengundang
keresahan umat, Khususnya kalangan Ahlus Sunnah Wal Jemaah. Sehingga beberapa
Ulama’ dan tokoh-tokoh pembesar dunia, menelpon beliau seraya menghibur abuya
Sayyid Muhammad. “jangan risau dan tidak usah menghiraukan tulisan Assindi”,
tidak ketinggalan beberapa santri beliau juga merasa geram dengan ulah Assindi
itu.
Minggu, 06 Juli 2014
Ilmu Tanpa Akhlak Membawa Kesombongan
Bagi orang awam yang baru belajar nahwu sharaf (gramatika arab) atau orang yang sedang berkompetisi membaca kitab, tentu kekeliruan tarkib, salah baca akan menjadi masalah besar. Tapi bagi sebagian kaum salafussalihin, mereka bahkan seringkali membuat keliru i'rab bacaan dalam doa atau apa saja untuk menghindarkan diri dari kesombongan dan sok pandai yang menjurus ke arah riya'.
Al Habib Muhammad Ibn Idrus Alhaddad pernah bercerita bahwa di beberapa daerah di Yaman, muaddzin seringkali membuat panjang pendek dalam adzan dengan keliru untuk menghindarkan dari kesombongan dan sok hebat. Maka dengan semangat ini pula, kita tidak akan mempermasalahkan susunan redaksi dalam ratib haddad yang menuliskan:
Rabu, 02 April 2014
Ulama Muhadits Dari Bumi Arema Malang
Habib Abdullah bin Abd. Qadir Bilfaqih
Ketika berziarah ke makam Rasulullah saw, Habib Abdul Qadir Bilfaqih memanjatkan doa' kepada Allah swt agar dikaruniai putra yang kelak tumbuh sebagai Ulama besar dan menjadi seorang Ahli Hadits.
Ketika berziarah ke makam Rasulullah saw, Habib Abdul Qadir Bilfaqih memanjatkan doa' kepada Allah swt agar dikaruniai putra yang kelak tumbuh sebagai Ulama besar dan menjadi seorang Ahli Hadits.
Beberapa bulan kemudian, doa' itu dikabulkan Allah swt. Pada tanggal 12 Rabiul Awal 1355 H / 1935 M lahirlah seorang putra buah pernikahan Habib Abdul Qadir dengan Syarifah Ummi Hani binti Abdillah bin Aqil, yang dikemudian diberi nama Abdullah.
Sesuai dengan doa' yang dipanjatkan di makam Rasulullah saw, Habib Abdul Qadir pun mencurahkan perhatian sepenuhnya untuk mendidik putra tunggalnya itu. Pendidikan langsung ayahanda ini tidak sia-sia. Ketika masih berusia tujuh tahun, Habib Abdullah sudah hafal Al-Qur'an.
Sesuai dengan doa' yang dipanjatkan di makam Rasulullah saw, Habib Abdul Qadir pun mencurahkan perhatian sepenuhnya untuk mendidik putra tunggalnya itu. Pendidikan langsung ayahanda ini tidak sia-sia. Ketika masih berusia tujuh tahun, Habib Abdullah sudah hafal Al-Qur'an.
Selasa, 25 Maret 2014
Mencintai Ulama
Ada dikalangan manusia yang akan memasuki SYURGA secara mudah Mereka ialah orang yang MENCINTAI ULAMA walaupun sebesar biji zarah.
Ada dikalangan manusia yang akan memasuki NERAKA secara mudah.Mereka ialah orang yang MEMBENCI ULAMA walaupun sebesar biji zarah.
"Orang yang selalu ke masjid, apabila satu hari dia tidak datang karena sakit,maka para malaikat akan menziarahinya dirumah, apabila dia meninggal dunia,maka malaikat akan mengiringi jenazahnya"
Sabtu, 07 Desember 2013
Siapakah Yang Disebut Ulama Salaf ?
Kalau kita lihat dari sisi ilmu hukum dan syariah, istilah salaf sebenarnya bukan nama yang baku untuk menamakan sebuah medote istimbath hukum. Istilah salaf hanya menunjukkan keterangan tentang sebuah kurun waktu di zaman yang sudah lampau.
Kira-kira perbandingannya begini, kalau kita ingin menyebut skala panjang suatu benda dalam ilmu ukur, maka kita setidaknya mengenal ada dua metode atau besaran, yaitu centimeter dan inchi. Di Indonesia biasanya kita menggunakan besaran centimeter, sedangkan di Amerika sana biasa orang-orang menggunakan ukuran inchi. Nah, tiba-tiba ada orang menyebutkan bahwa panjangnya meja adalah 20 'masa lalu'.
Selasa, 22 Oktober 2013
Kegigihan Ulama Indonesia Menjaga Makam Nabi Muhamad SAW
Raja Saudi Wahabi Nyarkub Di Makam Nabi SAW |
Pada tahun 1924-1925, Arab Saudi dipimpin oleh Ibnu Saud, Raja Najed yang beraliran Wahabi. Aliran ini sangat dominan di tanah Haram, sehingga aliran lain tidak diberi ruang dan gerak untuk mengerjakan mazhabnya.
Semasa kepemimpinan Ibnu Saud, terjadi eksodus besar-besaran ulama dari seluruh dunia. Mereka kembali ke negara masing-masing, termasuk para pelajar Indonesia yang sedang mencari ilmu di Arab Saudi.
Aliran Wahabi yang terkenal puritan, berupaya menjaga kemurnian agara dari musyrik dan bid'ah. Maka beberapa tempat bersejarah, seperti rumah Nabi Muhammad SAW dan sahabat, termasuk makam Nabi Muhammad pun hendak dibongkar.
Langganan:
Postingan (Atom)