Banyak kita temui kasus-kasus mengenai pengamalan sebuah hizib
oleh seseorang yang mengamalkan hizib tanpa bimbingan dan arahan seorang guru
alias (otodidak), dan orang itu menjadi gila, entah karena sebab banyak masalah
atau karena apa, yang jelas ini kehendak gusti Allah Sang Maha Berkehendak
Sesuka-Nya, sejujurnya itu menjadi keprihatinan tersendiri.
Kasus-kasus tersebut setidaknya mengingatkan kita bersama
pentingnya talkin wirid. Modin (ustadz di kampung) saja harus punya lisensi
dari lurah untuk menalkin mayit di kubur apalagi seorang mursyid kammil
mukammil, tidak hanya lisensi tapi juga eksperimen.
Disinilah pentingnya silsilah/sanad para guru karena wirid tidak
hasil mengamalkan sendiri tanpa bimbingan, ibarat sebuah untaian tasbih
pucuknya adalah baginda Nabi Shollallahu Alaihi Wasallam, jika yang bawah
bergerak maka secara otomatis yang lain ikut bergerak, ada kontinyuitas dan
kesinambungan dari atas hingga ke bawah. Jika tasbih itu terputus, maka
buyarlah ikatan tasbih tersebut. Begitu juga bila ber-hizib tanpa sanad yang
muttashil, maka terputus pula barokahnya, salah-salah malah mendatangkan bala’
bagi pengamalnya.