Tampilkan postingan dengan label Kitab aswaja. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kitab aswaja. Tampilkan semua postingan
Sabtu, 11 April 2015
Rabu, 04 Maret 2015
Sekelumit Kitab Faidhur Rahman Karya KH. Sholeh Darat, Semarang (Bagian 2)
Dengan menyadari bahwa keberadaan/eksistensi kita/manusia adalah karunia/pemberian Allah, maka kita harus bersikap sesuai dengan apa yang kehendaki Nya. Salah satunya Allah lah yang menciptakan semua manusia yang hidup di muka bumi {rahman}, dan Dia pula yang menentukan siapa yang beriman {rahim} dan siapa yang kafir. Maka bagi yang di karuniai iman oleh Allah hendaklah menyadari bahwa mereka yang tidak beriman itu adalah atas "kehendak Allah", manusia tidak berhak membenci dan memusuhi sesama manusia {dalam konteks sesama makhluk}.
Cobalah bayangkan jika anda yang ditentukan sebagai orang kufur oleh Allah, bisa apakah anda...?? Mengenai perintah untuk membenci kekufuran, yang harus di benci adalah perbuatan kufur nya bukan manusianya, karena...., bagaimana mungkin anda boleh membenci suatu ciptaan Allah...? sedang semua perbuatan Allah itu baik..? Sedangkan Allah sendiri tidak pernah menghukum mereka-mereka yang kufur selama masih di dunia ini. Tugas anda yang beriman hanyalah menyampaikan kepada mereka apa yang telah Allah berikan kepada anda, sisanya adalah urusan Allah dan makhluk ciptaan Nya. Hal ini berkaitan dengan pemahaman terhadap Qadha dan Qadar, taqdir dan maqdur.
Dalam teori ilmu kalam yang berkaitan dengan perbuatan manusia, Kyai Saleh Darat menjelaskan tentang perbuatan manusia paham Ahlus Sunnah yang berada di tengah antara Jabariyah dan Qodariyah. Sebagai ulama yang berfikir maju, ia senantiasa menekankan perlunya ikhtiar dan kerja keras, setelah itu baru menyerahkan diri secara pasrah kepada Yang Maha Esa. Ia sangat mencela orang yang tidak mau bekerja keras karena memandang segala nasibnya telah ditaqdirkan Allah SWT. Sebaliknya, ia juga tidak setuju dengan teori kebebasan manusia yang menempatkan manusia sebagai pencipta hakiki atas segala perbuatannya
Adapun makna Maaliki yaumiddin itu yaitu yang memiliki dan menguasai hari kiamat. Tegasnya menguasai semua perkara di hari pembalasan. Amalan jelek akan dibalas kejelekan. Amalan bagus dibalas bagus atau hasanah. Akan menentukan dibawa ke neraka ataukah surga pada hari kiamat. Tidak ada yang kuasa menghalang-halangi dunia kiamat selain Allah SWT. Karena sesungguhnya Dia Al-Waahidul Qahhar (Maha Esa dan Perkasa).
Barangsiapa beramal kebaikan seberat semut hitam pun, Allah tetap akan meninggalkan catatan amal baginya. Faman ya’mal mitsqola dzarrotin khoiroyyaroh. Artinya barangsiapa berbuat kebajikan seberat biji sawi (sekecil apapun) pasti mendapat balasan yang setimpal.
Besok di hari kiamat terhadap manusia yang mempunyai amal bagus maka Allah SWT berfirman 'Ya fulan masuklah kamu ke dalam surga dengan membawa amalmu'. Kemudian menjawab ya ilahi amalku yang mana?Maka jawab Allah, meski amalan kalian yang saat mau tidur merebahkan lambung masih mengucapkan kata-kata : Allah Allah… Maka Allah berfirman: Adapun Aku tidak pernah lupa dan tidur, Aku selalu menghitung apa pun yang kalian kerjakan.
Adapun di hari kiamat (maaliki yamiddin) nanti tidak ada raja selain Allah SWT. Disebut jugamaalik al abiid, maha raja yang membawahi abiid. Dan juga sesungguhnya besok manakala dunia kiamat berkumpul beberapa raja di dunia, mereka lebih hina dari rakyat,
Dalam al-Mufradat dikatakan: Malakut dikhususkan bagi kekuasaan Allah Ta’ala. Penambahan wawu dan ta` untuk menggambarkan sangat besar dalam hal kekuasaan, kasih sayang, dan keperkasaanNya.. Al-mulk berarti mengontrol sesuatu dan mengelolanya dengan perintah dan larangan.
Maha Suci Allah Ta’ala yang kepemilikan atas segala sesuatu berada di bawah kekuasaan-Nya. Menyucikan-Nya merupakan keharusan mutlak. Mensucikan-Nya dari kelemahan yang mereka nisbatkan kepada-Nya. Maka heranlah kamu terhadap ucapan mereka yang menisbatkan kekurangan kepada Allah Ta’ala.
Wassalam.
Sumber : NU Online, dengan judul asli : RA Kartini Mengaji Kitab Faidhur Rahman
Penulis : Prof. DR. HM. Muchoyyar, HS, MA, Pimpinan Pesantren Budaya Asmaulhusna (Sambua) Lasem
Rabu, 18 Februari 2015
7 Kitab Dasar yang Diajarkan di Pesantren
Sebagai Mahasiswa Universitas Menyan Indonesia, dalam menghalau virus Wahabi, harus tahu seluk-beluk suatu dalil, baik ayat Qur'an, Hadits maupun qoul-qoul Ulama. Untuk itu Mahasiswa Universitas Menyan Indonesia perlu mempelajari berbagai macam kitab yang biasanya jadi sumber rujukan keilmuannya. Biasanya di Indonesia, pesantren-pesantren Aswaja khususnya, selalu mempelajari berbagai macam kitab, yang kalau di masyarakat kita, dikenal dengan kitab kuning. Disebut demikian karena warna lembarannya berwarna kuning lapuk. Kitab-kitab tersebut berbahasa Arab dan dikarang oleh Masyayih yang keilmuannya mu'tabar dan sanad keilmuannya bersambung sampai Rasulullah SAW.
Dalam dunia pesantren khususnya pesantren salaf, kitab kuning tersebut menjadi rujukan utama. Yang menarik, kitab kuning yang diajarkan telah memiliki umur yang cukup lama, hingga ratusan tahun tetap terjaga keasliannya. Berikut akan kami share tujuh kitab dasar yang dipelajari di pesantren salaf dari berbagai macam cabang ilmu agama.
1. Kitab Al-Jurumiyah
Salah satu kitab dasar yang mempelajari ilmu nahwu. Setiap santri yang menginginkan belajar kitab kuning wajib belajar dan memahami kitab ini terlebih dahulu. Karena tidak mungkin bisa membaca kitab kuning tanpa belajar kitab Jurumiyah, ppedoman dasar dalam ilmu nahwu. Adapun tingkatan selanjutnya setelah Jurumiyah adalah Imrithi, Mutamimah, dan yang paling tinggi adalah Alfiyah. Al-Jurumiyah dikarang oleh Syekh Sonhaji dengan memaparkan berbagai bagian di dalamnya yang sistematis dan mudah dipahami.
2. Kitab Amtsilah At-Tashrifiyah
Jika nahwu adalah ibunya, maka shorof bapaknya. Begitulah hubungan kesinambungan antara dua jenis ilmu itu. Keduanya tak bisa dipisahkan satu sama yang lainnya dalam mempelajari kitab kuning. Salah satu kitab yang paling dasar dalam mempelajari ilmu shorof adalah Kitab Amtsilah Tashrifiyah yang dikarang salah satu ulama Indonesia, beliau KH. Ma’shum ‘Aly dari Jombang. Kitab tersebut sangat mudah dihafalkan karena disusun secara rapi dan bisa dilagukan dengan indah.
3. Kitab Mushtholah Al-hadits
Kitab dasar selanjutnya adalah Kitab Mushtholah Al-Hadits yang mempelajari ilmu mengenai seluk beluk ilmu hadits. Mulai dari macam-macam hadits, kriteria hadits, syarat orang yang berhak meriwayatkan hadits dan lain-lain dapat dijadikan bukti kevalidan suatu matan hadits. Kitab ini dikarang oleh al-Qodhi abu Muhammad ar-Romahurmuzi yang mendapatkan perintah dari Kholifah Umar bin Abdul Aziz karena pada waktu itu banyak orang yang meriwayatkan hadist-hadist palsu.
4. Kitab Arba’in Nawawi
Pada kitab yang telah disebutkan di atas merupakan kitab dasar dalam menspesifikasikan kedudukan hadits. Berbeda lagi dengan kitab matan hadits yang harus dipelajari di dunia pesantren, yaitu Kitab Arba’in Nawawi karangan Abu Zakariya Yahya bin Syaraf bin Murri Al Nizami An-Nawawi yang berisi 42 matan hadits. Selain itu beliau juga mengarang berbagai kitab antara lain Riyadhus Sholihin, Al-Adzkar, Minhajut Tholibin, Syarh Muslim, dan lain-lain. Muatan tema yang dihimpun dalam kitab ini meliputi dasar-dasar agama, hukum, muamalah, dan akhlak
5. Kitab At-Taqrib
Fiqh merupakan hasil turunan dari Al-Quran dan Al-Hadist setelah melalui berbagai paduan dalam ushul fiqh. Kitab Taqrib yang dikarang oleh Al-Qodhi Abu Syuja’ Ahmad bin Husain bin Ahmad Al-Ashfahaniy adalah kitab fiqh yang menjadi rujukan dasar dalam mempelajari ilmu fiqh. Di atas Kitab Taqrib ada Kitab Fathul Qorib, Tausyaikh, Fathul Mu’in, dan semuanya itu syarah atau penjelasan dari At-Taqrib.
6. Kitab Aqidatul Awam
Hal mendasar dalam agama adalah kepercayaan atau aqidah. Apabila aqidah sudah mantap, kuat dan benar maka dalam menjalani syariat agama tidak akan menyeleweng dari aturan syariat yang telah ditentukan. Kitab dasar aqidah yang dipelajari dipesantren adalah kitab Aqidatul Awam karangan Syaikh Ahmad Marzuqi Al-Maliki berisi 57 bait nadzom. Kitab ini dikarang atas perintah Rasulullah yang mendatangi sang pengarang melalui mimpinya. Hingga beliau mampu menyelesaikan kitab tersebut sebagai acuan sumber literasi ilmu Aqidah di berbagai tempat.
7. Kitab Ta’limul Muta’alim
Sepandai apapun manusia serta sebanyak apapun ilmu yang dikuasainya, semuanya tidak akan bisa menghasilkan sarinya ilmu tanpa adanya akhlaq. Hal dasar bagi para pencari ilmu agar ilmunya manfaat dan barokah adalah harus mengutamakan akhlaq. Kitab dasar yang menerangkan mengenai akhlaq di dunia pesantren adalah kitab Ta’limul-Muta’alim karangan Syaikh Burhanuddin Az-Zarnuji. Setiap awal proses belajar di pesantren sesuai adatnya pasti mempelajari kitab ini ataupun kitab lain yang seakar dengan Ta’limul Muta’alim, seperti kitab Adabul ‘alim wal Muta’alim karangan ulama’ besar Indonesia, Pahlawan Nasional sekaligus pendiri jam’iyah Nahdlatul Ulama, Hadratus Syekh KH Hasyim Asy’ari. Kedua kitab ini pun juga menjadi kurikulum wajib bagi pesantren yang ada di Indonesia bahkan hingga luar negeri.
Sungguh kaya khazanah ilmu pengetahuan Islam yang ada di dunia pesantren. Ada sekitar 200 judul kitab dipelajari di pesantren menurut data yang pernah dikemukakan oleh Gus Dur. Kalangan pesantren terus berupaya agar kebudayaan pesantren ini dapat eksis di tengah perubahan zaman dan globalisasi. Literasi kebudayaan salaf ini mampu menunjukkan kiprah para ulama sebagai warotsatul ambiya’ (pewaris para Nabi). Wallahua’lam bishshowab.
Penulis :Faiz Ainur Razi, mahasiswa Unesa (Surabaya), alumni Pondok Pesantren Tebuireng
Diedit seperlunya untuk Universitas Menyan Indonesia oleh Fahmi Ali N. H.
Penulis :Faiz Ainur Razi, mahasiswa Unesa (Surabaya), alumni Pondok Pesantren Tebuireng
Diedit seperlunya untuk Universitas Menyan Indonesia oleh Fahmi Ali N. H.
Langganan:
Postingan (Atom)