Selasa, 04 Maret 2014

Kemiskinan adalah Amanat

Saat di Pesantren dulu, Abah selalu menekankan kepada saya untuk belajar Qonaah, nriman, apa adanya. "kau punya Allah nak, dan Allahlah yang memberimu rezeki. Abah hanya perantara saja." 

Suatu saat saya menelepon rumah karena kiriman habis, Abah tidak langsung meng-iyakan permintaan saya untuk mengirim uang lagi, tetapi  Abah menyempatkan dulu untuk bercerita: "dulu nak, saat Abah masih mondok, setiap kali Abah kehabisan uang, Abah mengantongi "kempyeng" (tutup botol) untuk menunjukkan pada semua orang bahwa Abah selalu punya uang, sementara kau ini sebentar-sebentar menelepon minta uang."

Senin, 24 Februari 2014

Kearifan Kyai Atasi Santri Nakal

Suatu saat K.H. Ahmad Umar Abdul Manan (1916 - 1980), pengasuh Pesantren Al Muayyad, Mangkuyudan Solo, memanggil lurah pondok. “Aku dicatatkan nama-nama santri yang nakal ya! Dirangking ya. Paling atas ditulis nama santri ternakal, nakal sekali, nakal dan terakhir agak nakal.” 


Lurah pondoknya girang bukan main. Karena sudah beragam cara diupayakan untuk mengingatkan santri-santri nakal itu. Tapi hasilnya nihil. Sepertinya mereka sudah beku hatinya. Dengan penuh semangat, dijalankanlahperintah Kiai Umar tersebut. Nama-nama santri itu ditulis besar-besar dengan spidol. Ternakal fulan bin fulan asal dari daerah A. Nakal sekali fulan bin fulan dari daerah B, sampai santri yang agak nakal. 

Rabu, 15 Januari 2014

Semarak Maulid Nabi Muhammad SAW

..Peringatan Maulid Nabi di Indonesia ditetapkan sebagai hari Libur Nasional ketika K.H. Wahid Hasyim, ayah Gus Dur, menjabat sebagai Menteri Agama.

Di Indonesia, perayaan maulid Nabi diselenggarakan di surau-surau, masjid-masjid, majelis-majelis ta’lim, di pondok-pondok pesantren dan berbagai lembaga sosial, keagamaan bahkan instansi-instansi pemerintahan.

Tradisi peringatan Maulid, di Cirebon biasa disebut Muludan, paling megah dan dihadiri ratusan ribu orang, diadakan di Kraton - kraton di Jawa dan luar Jawa, terutama Yogya dan Cirebon. Maulid diadakan pada setiap malam 12 Rabiul Awal. Masyarakat muslim merayakannya dengan beragam cara dan dengan sejumlah acara seremoni dan kemeriahan yang menggairahkan.

Senin, 13 Januari 2014

Kisah Nenek yang Cinta Rasulullah SAW

Dahulu, di sebuah kota di Madura, ada seorang nenek penjual bunga cempaka. Ia menjual bunganya di pasar, setelah berjalan kaki cukup jauh. Usai jualan, ia pergi ke Masjid Agung di kota itu. Ia berwudhu, masuk masjid, dan melakukan shalat Zuhur. Setelah membaca wirid dan doa sekadarnya, ia keluar masjid lalu membungkuk-bungkuk di halaman. Ia mengumpulkan dedaunan yang berceceraan. Selembar demi selembar dikaisnya, tidak satu lembar pun ia lewatkan. 

Tentu saja perlu waktu lama untuk membersihkan halaman masjid dari dedaunan yang jatuh dari pohon dengan cara seperti itu. Padahal, jika tengah hari, sengatan matahari di Madura sungguh menyengat. Keringat pun mengucur dari tubuh yang kurus dan mulai rapuh itu.