oleh :
Dafid Fuadi
Malamatiyah secara bahasa artinya seuatu yang bersifat caci maki atau
dicaci maki.
Dalam Tashawwuf, Malamatiyah adalah perilaku shufi yang
menyembunyikan kebaikannya dan yang tampak di mata awam adalah
keburukannya sehingga menjadikan ia selalu menjadi sasaran celaan dan
cemoohan orang lain.
Para Malamatiyah ini lebih suka dicela dari pada
dipuji dan lebih suka dihina dari pada dibela. Tujuannya adalah agar
bisa mengukuhkan keikhlasannya dalam hati dan terhindar dari hubbul jah
(cinta pangkat kehormatan) dan takabbur (kesombongan).
Sayid Muhammad
bin Abdul Karim al Kasnazan al Husaini (Mursyid Thariqah Qadiriyah dari
Iraq, lahir 1358 H/1938 M, beliau sekarang masih aktif) menjelaskan :
الْمَلاَمَتِيَّةُ ، وَهُمُ الَّذِيْنَ لَمْ يُظْهَرْ لِمَا فِي بَوَاطِنِهِمْ أَثَرٌ عَلَى ظَوَاهِرِهِمْ. (موسوعة الكسنزان فيما اصطلح عليه أهل التصوف والعرفان للسيد محمد بن الشيخ عبد الكريم الكسنزان الحسيني (2/ 11))
Al Malamatiyah adalah mereka yang lahiriyahnya tidak terpengaruh dari
ketinggian maqam yang batin mereka. (Mausu’ah al Kasnazan Fima
Ishthalaha ‘Alaihi Ahl al-Tashawwuf wa al-‘Irfan karya Sayid Muhammad
bin Abdul Karim al Kasnazan al Husaini, (2/ 11))
Meski
keberadaan Wali Malamatiyah sendiri masih diperdebatkan di kalangan
Ulama Shufi, tapi yang jelas Malamatiyah merupakan maqam tinggi, sulit
dan istimewa di kalangan para wali. Sehingga dalam sejarah tashawwuf,
disebutkan ada sekolompok ahli sesat dan ma’siat yang mendakwakan diri
sebagai wali malamatiyah tapi tujuannya hanya untuk menutupi
kesesatannya dan kema’siatannya. Maka dalam hal ini, al-Imam
al-Suhrawardi memberikan penjelasan :
إِنَّ مِنْ أُصُولِ
الْمَلاَمَتِيَّةِ : أَنَّ الذِّكْرَ عَلَى أَرْبَعَةِ أَقْسَامٍ: ذِكْرٍ
بِاللِّسَانِ، وَذِكْرٍ بِالْقَلْبِ، وَذِكْرٍ بِالسِّرِّ، وَذِكْرٍ
بِالرُّوحِ. فَإِذَا صَحَّ ذِكْرُ الرُّوحِ سَكَتَ السِّرُّ وَالْقَلْبُ
وَاللِّسَانُ عَنِ الذِّكْرِ، وَذَلِكَ ذِكْرُ الْمُشَاهَدَةِ. وَإِذَا
صَحَّ ذِكْرُ السِّرِّ سَكَتَ الْقَلْبُ وَاللِّسَانُ عَنِ الذِّكْرِ،
وَذَلِكَ ذِكْرُ الْهَيْبَةِ. وَإِذَا صَحَّ ذِكْرُ الْقَلْبِ فَتَرَ
اللِّسَانُ عَنِ الذِّكْرِ، وَذَلِكَ ذِكْرُ اْلآلاَءِ وَالنَّعْمَاءِ.
)كتاب عوارف المعارف للسهروردي (1/ 64)(
“Sesungguhnya di antara
pokok-pokok (amalan) Malamatiyah, sesungguhnya dzikir itu ada empat
macam: dzikir lisan, dzikir qalbi, dzikir sirri dan dzikir ruh. Jika ruh
sudah berdizikir, maka sirri, hati dan lisan diam dari dzikir, inilah
yang disebut dzikir musyahadah. Jika sirri sudah dzikir, maka hati dan
lisan diam dari dzikir, inilah yang disebut dzikir haibah. Dan jika hati
sudah dzikir, maka lisan berhenti dari dzikir, inilah yang disebut
dzikir karunia dan anugrah. (‘Awariful Ma’arif, karya al-Suhrawardi,
(1/64))
Siapakah Wali Malamatiyah saat ini? Wallahu a’lam bish shawab.
SEKIAN