Minggu, 06 Juli 2014

Ilmu Tanpa Akhlak Membawa Kesombongan

 Bagi orang awam yang baru belajar nahwu sharaf (gramatika arab) atau orang yang sedang berkompetisi membaca kitab, tentu kekeliruan tarkib, salah baca akan menjadi masalah besar. Tapi bagi sebagian kaum salafussalihin, mereka bahkan seringkali membuat keliru i'rab bacaan dalam doa atau apa saja untuk menghindarkan diri dari kesombongan dan sok pandai yang menjurus ke arah riya'.

Al Habib Muhammad Ibn Idrus Alhaddad pernah bercerita bahwa di beberapa daerah di Yaman, muaddzin seringkali membuat panjang pendek dalam adzan dengan keliru untuk menghindarkan dari kesombongan dan sok hebat. Maka dengan semangat ini pula, kita tidak akan mempermasalahkan susunan redaksi dalam ratib haddad yang menuliskan:

Sabtu, 24 Mei 2014

Adu Suwuk, Kyai Wahab vs Bung Karno

Disamping seorang ahli ushul fiqih yang ‘alim-’allaamah, Kyai Abdul Wahab Hasbullah juga seorang jawara laga yang sakti mandraguna. Sebuah riwayat menyatakan bahwa beliau menguasai “ilmu cicak”, yakni ajian yang dapat membuat beliau mampu merambat di dinding laksana Spiderman! Di pentas politik nasional, Mbah Wahab memperoleh lawan tanding yang layak: Bung Karno.

Seluruh peserta pertemuan sudah siap di ruangan ketika Presiden Soekarno datang. Berjalan menuju tempat duduknya, Bung Karno menyempatkan diri menghampiri Mbah Wahab dan menepuk bahunya,

Jumat, 02 Mei 2014

Keampuhan Bambu Runcing Suwuk Kiai Subkhi

Hari Pahlawan 10 November identik dengan perjuangan merebut dan mempertahankan kemerdekaan NKRI. Salah satu ikon penting dalam perang kemerdekaan adalah bambu runcing. Bagaimana asal-usul dan kehebatan senjata tradisional pejuang Indonesia ini?
Bambu runcing sebenarnya strategi standar untuk menghalau gerakan musuh. Alat ini sudah digunakan oleh pihak kolonial menghalau masuknya Jepang ke Indonesia. Diceritakan, ketika armada Jepang mendekati Pulau Jawa akhir Februari 1942, Belanda mengira akan menerjunkan pasukan payung di atas wilayah Kalijati. Maka diperluaslah ribuan bambu yang diruncingkan ujungnya untuk menyambut pasukan para Jepang.
Rupanya Jepang mendarat di pantai laut dekat Eretan, langsung menuju Subang dan akhirnya mengancam Kalijati juga. Belanda pun menyerah, dan Jepang menguasai Jawa. Strategi bambu runcing yang sebelumnya dipakai oleh Belanda justru dimanfaatkan oleh pihak Jepang. Bambu runcing kemudian dijadikan alat latihan baris-berbaris para pemuda Seinendan, Keibodan, Gakutotai, Hizbullah dan lain-lain. para pemuda dengan penuh semangat mempergunakan “takeyari” ini untuk ditunjukan kepada musuh Jepang yakni sekutu, termasuk Belanda.

Rabu, 02 April 2014

Ulama Muhadits Dari Bumi Arema Malang

Habib Abdullah bin Abd. Qadir Bilfaqih

Ketika berziarah ke makam Rasulullah saw, Habib Abdul Qadir Bilfaqih memanjatkan doa' kepada Allah swt agar dikaruniai putra yang kelak tumbuh sebagai Ulama besar dan menjadi seorang Ahli Hadits.

Beberapa bulan kemudian, doa' itu dikabulkan Allah swt. Pada tanggal 12 Rabiul Awal 1355 H / 1935 M lahirlah seorang putra buah pernikahan Habib Abdul Qadir dengan Syarifah Ummi Hani binti Abdillah bin Aqil, yang dikemudian diberi nama Abdullah.
Sesuai dengan doa' yang dipanjatkan di makam Rasulullah saw, Habib Abdul Qadir pun mencurahkan perhatian sepenuhnya untuk mendidik putra tunggalnya itu. Pendidikan langsung ayahanda ini tidak sia-sia. Ketika masih berusia tujuh tahun, Habib Abdullah sudah hafal Al-Qur'an.