Sabtu, 04 Juli 2015

Pesan Penting KH. Hasyim Asy’ari Menghadapi Wahabi

Hal penting bagi umat Islam Indonesia adalah mengetahui sejarah agama mereka, bagaimana kebid’ahan muncul dan menyebar di Jawa dan di wilayah lainnya. Yang demikian itu agar umat Islam tidak tertipu oleh propaganda orang-orang di luar Ahlussunnah wal Jama’ah. Kebid’ahan yang dimaksud adalah munculnya gerakan Wahabi.

Ulama Besar Indonesia, Pendiri NU Hadhratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari sejak dulu telah memberikan peringatan kepada umat Islam terkait kemunculan dan penyimpangan kelompok Wahabi. Beliau jelaskan pada pasal khusus di dalam kitab monumentalnya yaitu Kitab Risalah Ahlussunnah wal Jama’ah.
Beberapa poin penting yang disampaikan oleh beliau di dalam Kitab Risalah Ahlussunnah wal Jama’ah adalah:
1.) Umat Islam Indonesia sejak dahulu bersepakat dan bersatu dalam pandangan keagamaan, baik fiqih, aqidah dan tasawuf. Persatuan umat Islam ini belakangan dirusak oleh kelompok Wahabi. Dalam sejarah Islam, Wahabi adalah perusak persatuan umat Islam dan hingga kini mereka tetap sebagai perusak.
2.) Sekitar awal abad 14 Hijriyah, muncul perselisihan di antara 2 paham (Paham Ahlussunnah wal Jama’ah dan Paham Wahabi) sehingga umat Islam terpecah belah.
a.) Umat Islam Salafiyyin (Kaum Salaf) atau yang dikenal sebagai Paham Ahlussunnah wal Jama’ah yang tetap berpegang teguh pada tradisi ulama, bermadzhab, cinta pada Ahlul Bait, cinta Wali Allah, cinta orang shalih, melakukan tabarruk (mengharap berkah), ziarah kubur, talqin mayit, menyakini syafa’at, ber-tawassul dan lain sebagainya. Salafiyyin yang dimaksud disini adalah panganut salafusshalih yang asli (bukan Kaum Salafi Wahabi).
b.) Umat Islam yang mengikuti pemikiran Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha, serta melaksanakan kebid’ahan Muhammad bin Abdul Wahab al-Najdi (pendiri Wahabi), Ibnu Taimiyah dan muridnya: Ibnul Qayyim al-Jauziyyah dan Abdul Hadi. Paham ini dikenal sebagai Paham Wahabi.
3.) Betapa Hadhratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari sangat menentang kelompok yang kedua (Wahabi) tersebut karena mengharamkan praktek keagamaan yang telah disepakati oleh umat Islam.
4.) Hadhratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari juga mengutip perkataan sebagian ulama bahwa kelompok kedua (Wahabi) tersebut bagaikan duri dalam daging yang merusak keutuhan umat Islam, bahkan menjadi cobaan berat bagi umat Islam.
5.) Hadhratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari juga menghimbau kepada umat Islam agar menjauhi kelompok tersebut supaya tidak tertular atau terpengaruh pahamnya. Beliau mengibaratkan mereka sebagai kelompok yang terkena lepra dan suka mempermainkan agama.
6.) Hadhratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari juga membongkar cara mereka menyebarkan ajarannya, yaitu dengan cara menyebarkan propaganda kepada orang yang masih kurang ilmunya agar kebodohan diri mereka tidak bisa diketahui. Selain itu, mereka juga sering menebarkan provokasi di antara umat Islam agar umat Islam terpecah belah.
7.) Tidak hanya itu, Hadhratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari dengan pandangannya yang tajam telah mengetahui bahwa mereka memang berusaha menguasai jaringan teknologi (media) untuk menyebarkan permusuhan dan kekacauan. Mereka menganggap telah ber-amar ma’ruf nahi munkar, melakukan propaganda mengajak ke syari’at dan menjauhi kebid’ahan, padahal itu kedustaan mereka.
Berikut teks penjelasan Hadhratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari dalam Kitab Risalah Ahlussunnah wal Jama’ah tentang propaganda dan kesesatan Paham Wahabi :
فصل: في بيان تمسك أهل جاوى بمذهب أهل السنة والجماعة، وبيان ابتداء ظهور البدع وانتشارها في أرض جاوى، وبيان أنواع المبتدعين في هذا الزمان
“Pasal : Menjelaskan Tentang Penduduk Jawa Yang Berpegang Kepada Madzhab Ahlusunnah wal Jama’ah dan Menjelaskan Tentang Awal Kemunculan Bid’ah dan Penyebarannya di Tanah Jawa serta Berbagai Macam Ahli Bid’ah di Zaman ini.”
قد كان مسلموا الأقطار الجاوية في الأزمان السالفة الخالية متفقي الآراء والمذهب ومتحدي المأخذ والمشرب، فكلهم في الفقه على المذهب النفيس مذهب الإمام محمد بن إدريس، وفي أصول الدين على مذهب الإمام أبي الحسن الأشعري، وفي التصوف على مذهب الإمام الغزالي والإمام أبي الحسن الشاذلي رضي الله عنهم أجمعين
“Umat Islam yang mendiami wilayah Jawa sejak zaman dahulu telah bersepakat dan menyatu dalam pandangan keagamaannya. Di bidang fiqih, mereka berpegang kepada Madzhab Imam Syafi’i, di bidang ushuluddin mereka berpegang kepada Madzhab Abu Hasan al-Asy’ari, dan di bidang tasawuf mereka berpegang kepada Madzhab Abu Hamid al-Ghazali dan Abu Hasan asy-Syadzili, semoga Allah meridhai mereka semua.”
ثم إنه حدث في عام الف وثلاثمائة وثلاثين أحزاب متنوعة وآراء متدافعة وأقوال متضاربة، ورجال متجاذبة، فمنهم سلفيون قائمون على ما عليه أسلافهم من التمذهب بالمذهب المعين والتمسك بالكتب المعتبرة المتداولة، ومحبة أهل البيت والأولياء والصالحين، والتبرك بهم أحياء وأمواتا، وزيارة القبور وتلقين الميت والصدقة عنه واعتقاد الشفاعة ونفع الدعاء والتوسل وغير ذلك.
“Kemudian, pada tahun 1330 H. timbul berbagai pendapat yang saling bertentangan, isu yang bertebaran dan pertikaian di kalangan para pemimpin umat. Diantara mereka ada yang berafiliasi pada kelompok Salafiyyin (Kaum Salaf) yang memegang teguh tradisi para tokoh pendahulu. Mereka bermadzhab kepada satu madzhab tertentu dan berpegang teguh kitab-kitab mu’tabar, kecintaan terhadap Ahlul Bait Nabi, para wali dan orang-orang salih. Selain itu, mereka juga ber-tabarruk (mengharap berkah) kepada ahlu bait, wali dan orang shalih, baik ketika masih hidup maupun setelah wafat, ziarah kubur, mentalqin mayit, bersedekah untuk mayit, meyakini syafa’at, mendoakan dan tawassul serta amalan lainnya.”
ومنهم فرقة يتبعون رأي محمد عبده ورشيد رضا، ويأخذون من بدعة محمد بن عبد الوهاب النجدي، وأحمد بن تيمية وتلميذيه ابن القيم وعبد الهادي
“Diantara umat Islam (paham yang muncul pada kisaran tahun 1330 H.), terdapat juga kelompok yang mengikuti pemikiran Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha. Mereka melaksanakan kebid’ahan Muhammad bin Abdul Wahhab an-Najdi, Ahmad bin Taimiyah (Ibnu Taimiyah) serta kedua muridnya, Ibnul Qayyim dan Abdul Hadi.”
فحرموا ما أجمع المسلمون على ندبه، وهو السفر لزيارة قبر رسول الله صلى الله عليه وسلم، وخالفوهم فيما ذكر وغيره
“Mereka (paham Wahabi) mengharamkan hal-hal yang telah disepakati oleh umat Islam sebagai sebuah kesunnahan, yaitu bepergian untuk menziarahi makam Rasulullah saw. dan mereka berselisih dalam kesepakatan-kesepakatan lainnya (seperti; ziarah kubur, talqin mayit, tabarrukan, meyakini syafa’at, mendo’akan mayit, tawassul dan lain sebagainya).”
قال ابن تيمية في فتاويه: وإذا سافر لاعتقاد أنها أي زيارة قبر النبي صلى الله عليه وسلم طاعة، كان ذلك محرما بإجماع المسلمين، فصار التحريم من الأمر المقطوع به
Ibnu Taimiyah menyatakan dalam fatwanya: “Jika seseorang bepergian dengan berkeyakinan bahwasanya mengunjungi makam Nabi saw. sebagai sebuah bentuk ketaatan, maka perbuatan tersebut hukumnya haram dengan disepakati oleh umat Islam. Maka keharaman tersebut termasuk perkara yang harus ditinggalkan.”
قال العلامة الشيخ محمد بخيت الحنفي المطيعي في رسالته المسماة تطهير الفؤاد من دنس الإعتقاد: وهذا الفريق قد ابتلي المسلمون بكثير منهم سلفا وخلفا، فكانوا وصمة وثلمة في المسلمين وعضوا فاسدا
“Al-’Allamah Syaikh Muhammad Bakhit al-Hanafi al-Muth’i menyatakan dalam kitabnya Thathhir al-Fuad min Danas al-I’tiqad (Pembersihan Hati dari Kotoran Keyakinan) bahwa : “Kelompok (Wahabi) ini sungguh menjadi cobaan berat bagi umat Islam, baik salaf (umat dahulu) maupun khalaf (umat sekarang). Mereka adalah duri dalam daging (musuh dalam selimut) yang hanya merusak keutuhan umat Islam.”
يجب قطعه حتى لا يعدى الباقي، فهو كالمجذوم يجب الفرار منهم، فإنهم فريق يلعبون بدينهم يذمون العلماء سلفا وخلفا
“Maka, wajib menanggalkan atau menjauhi (penyebaran) ajaran mereka agar yang lain tidak tertular (terpengaruh). Mereka laksana penyandang lepra yang mesti dijauhi. Mereka adalah kelompok yang mempermainkan agama mereka. Hanya bisa menghina para ulama, baik salaf (ulama dahulu) maupun khalaf (ulama sekarang).”
ويقولون: إنهم غير معصومين فلا ينبغي تقليدهم، لا فرق في ذلك بين الأحياء والأموات يطعنون عليهم ويلقون الشبهات، ويذرونها في عيون بصائر الضعفاء، لتعمى أبصارهم عن عيوب هؤلاء
Mereka (Wahabi) menyatakan: “Para ulama bukanlah orang-orang yang terbebas dari dosa, maka tidaklah layak mengikuti mereka, baik yang masih hidup maupun yang telah wafat.” Mereka (Wahabi) menyebarkan (pandangan/asumsi) ini kepada orang-orang yang bodoh (minim pengetahuan agamanya) supaya tidak dapat mendeteksi kebodohan mereka.
ويقصدون بذلك إلقاء العداوة والبغضاء، بحلولهم الجو ويسعون في الأرض فسادا، يقولون على الله الكذب وهم يعلمون، يزعمون أنهم قائمون بالأمر بالمعروف والنهي عن المنكر، حاضون الناس على اتباع الشرع واجتناب البدع، والله يشهد إنهم لكاذبون.
“Maksud dari propaganda ini adalah munculnya permusuhan dan kericuhan. Dengan penguasaan atas jaringan teknologi (media), mereka (Wahabi) membuat kerusakan di muka bumi. Mereka menyebarkan kebohongan mengenai Allah, padahal mereka menyadari kebohongan tersebut. Menganggap dirinya melaksanakan amar makruf nahi munkar, merecoki masyarakat dengan mengajak untuk mengikuti ajaran-ajaran syari’at dan menjauhi kebid’ahan. Padahal Allah Maha Mengetahui, bahwa mereka telah berbohong.”
Sumber : Media Islam
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar