Jumat, 27 Mei 2016

Wali Malamatiyah (Wali Yang Selalu Mendapat Cobaan Dicaci Maki)


oleh : Dafid Fuadi

Malamatiyah secara bahasa artinya seuatu yang bersifat caci maki atau dicaci maki. 

Dalam Tashawwuf, Malamatiyah adalah perilaku shufi yang menyembunyikan kebaikannya dan yang tampak di mata awam adalah keburukannya sehingga menjadikan ia selalu menjadi sasaran celaan dan cemoohan orang lain. 

Para Malamatiyah ini lebih suka dicela dari pada dipuji dan lebih suka dihina dari pada dibela. Tujuannya adalah agar bisa mengukuhkan keikhlasannya dalam hati dan terhindar dari hubbul jah (cinta pangkat kehormatan) dan takabbur (kesombongan). 

Sayid Muhammad bin Abdul Karim al Kasnazan al Husaini (Mursyid Thariqah Qadiriyah dari Iraq, lahir 1358 H/1938 M, beliau sekarang masih aktif) menjelaskan :

الْمَلاَمَتِيَّةُ ، وَهُمُ الَّذِيْنَ لَمْ يُظْهَرْ لِمَا فِي بَوَاطِنِهِمْ أَثَرٌ عَلَى ظَوَاهِرِهِمْ. (موسوعة الكسنزان فيما اصطلح عليه أهل التصوف والعرفان للسيد محمد بن الشيخ عبد الكريم الكسنزان الحسيني (2/ 11))

Al Malamatiyah adalah mereka yang lahiriyahnya tidak terpengaruh dari ketinggian maqam yang batin mereka. (Mausu’ah al Kasnazan Fima Ishthalaha ‘Alaihi Ahl al-Tashawwuf wa al-‘Irfan karya Sayid Muhammad bin Abdul Karim al Kasnazan al Husaini, (2/ 11))

Meski keberadaan Wali Malamatiyah sendiri masih diperdebatkan di kalangan Ulama Shufi, tapi yang jelas Malamatiyah merupakan maqam tinggi, sulit dan istimewa di kalangan para wali. Sehingga dalam sejarah tashawwuf, disebutkan ada sekolompok ahli sesat dan ma’siat yang mendakwakan diri sebagai wali malamatiyah tapi tujuannya hanya untuk menutupi kesesatannya dan kema’siatannya. Maka dalam hal ini, al-Imam al-Suhrawardi memberikan penjelasan :

إِنَّ مِنْ أُصُولِ الْمَلاَمَتِيَّةِ : أَنَّ الذِّكْرَ عَلَى أَرْبَعَةِ أَقْسَامٍ: ذِكْرٍ بِاللِّسَانِ، وَذِكْرٍ بِالْقَلْبِ، وَذِكْرٍ بِالسِّرِّ، وَذِكْرٍ بِالرُّوحِ. فَإِذَا صَحَّ ذِكْرُ الرُّوحِ سَكَتَ السِّرُّ وَالْقَلْبُ وَاللِّسَانُ عَنِ الذِّكْرِ، وَذَلِكَ ذِكْرُ الْمُشَاهَدَةِ. وَإِذَا صَحَّ ذِكْرُ السِّرِّ سَكَتَ الْقَلْبُ وَاللِّسَانُ عَنِ الذِّكْرِ، وَذَلِكَ ذِكْرُ الْهَيْبَةِ. وَإِذَا صَحَّ ذِكْرُ الْقَلْبِ فَتَرَ اللِّسَانُ عَنِ الذِّكْرِ، وَذَلِكَ ذِكْرُ اْلآلاَءِ وَالنَّعْمَاءِ. )كتاب عوارف المعارف للسهروردي (1/ 64)(

“Sesungguhnya di antara pokok-pokok (amalan) Malamatiyah, sesungguhnya dzikir itu ada empat macam: dzikir lisan, dzikir qalbi, dzikir sirri dan dzikir ruh. Jika ruh sudah berdizikir, maka sirri, hati dan lisan diam dari dzikir, inilah yang disebut dzikir musyahadah. Jika sirri sudah dzikir, maka hati dan lisan diam dari dzikir, inilah yang disebut dzikir haibah. Dan jika hati sudah dzikir, maka lisan berhenti dari dzikir, inilah yang disebut dzikir karunia dan anugrah. (‘Awariful Ma’arif, karya al-Suhrawardi, (1/64))

Siapakah Wali Malamatiyah saat ini? Wallahu a’lam bish shawab.
SEKIAN

Selasa, 17 Mei 2016

Dalam Bayang Kehormatan Semu



Suatu malam, Jalaluddin Ar Rumi mengundang gurunya Syech Syamsuddin Tabrizi ke rumahnya. Sang Mursyid Syamsuddin pun menerima undangan muridnya itu dan datang ke kediaman Rumi.

Setelah semua hidangan makan malam siap, Syech Syamsudin berkata pada Rumi; “Apakah kau bisa menyediakan minuman untukku?”. (yang dimaksud : arak / khamr)

Rumi kaget mendengarnya, “memangnya anda juga minum?’.

“Iya”, jawab Syech Syams.

Rumi masih terkejut, ”maaf, saya tidak mengetahui hal ini”.

“Sekarang kau sudah tahu. Maka sediakanlah”. kata Syech Syams.

Ar Rumi: “Di waktu malam seperti ini, dari mana aku bisa mendapatkan arak?”.

Syech Syams: “Perintahkan salah satu pembantumu untuk membelinya”.

Ar Rumi: “Kehormatanku di hadapan para pembantuku akan hilang”.

Syech Syams: “Kalau begitu, kau sendiri pergilah keluar untuk membeli minuman”.

Ar Rumi: “Seluruh kota mengenalku. Bagaimana bisa aku keluar membeli minuman?”.

Syech Syams: “Kalau kau memang muridku, kau harus menyediakan apa yang aku inginkan. Tanpa minum, malam ini aku tidak akan makan, tidak akan berbincang, dan tidak bisa tidur”.

Karena kecintaan kepada gurunya Syech Syams, akhirnya Rumi memakai jubahnya, menyembunyikan botol di balik jubah itu dan berjalan ke arah pemukiman kaum Nasrani.

Sampai sebelum ia masuk ke pemukiman tersebut, tidak ada yang berpikir macam-macam terhadapnya, namun begitu ia masuk ke pemukiman kaum Nasrani, beberapa orang terkejut dan akhirnya menguntitnya dari belakang.

Mereka melihat Rumi masuk ke sebuah kedai arak. Ia terlihat mengisikan botol minuman kemudian ia sembunyikan lagi di balik jubah lalu keluar.

Setelah itu ia diikuti terus oleh orang-orang yang jumlahnya bertambah banyak. Hingga sampailah Rumi di depan masjid tempat ia menjadi imam bagi masyarakat kota.

Tiba-tiba salah seorang yang mengikutinya tadi berteriak; “Ya ayyuhan naas, Syeikh Jalaluddin yang setiap hari jadi imam shalat kalian baru saja pergi ke perkampungan Nasrani dan membeli minuman!!!”.

Orang itu berkata begitu sambil menyingkap jubah Rumi. Khalayak melihat botol yang dipegang Rumi. “Orang yang mengaku ahli zuhud dan kalian menjadi pengikutnya ini membeli arak dan akan dibawa pulang!!!”, orang itu menambahi siarannya.


Orang-orang bergantian meludahi muka Rumi dan memukulinya hingga serban yang ada di kepalanya lengser ke leher.

Melihat Rumi yang hanya diam saja tanpa melakukan pembelaan, orang-orang semakin yakin bahwa selama ini mereka ditipu oleh kebohongan Rumi tentang zuhud dan takwa yang diajarkannya. Mereka tidak kasihan lagi untuk terus menghajar Rumi hingga ada juga yang berniat membunuhnya.

Tiba-tiba terdengarlah suara Syech Syams Tabrizi; “Wahai orang-orang tak tahu malu. Kalian telah menuduh seorang alim dan faqih dengan tuduhan minum khamr, ketahuilah bahwa yang ada di botol itu adalah cuka untuk bahan masakan."

Seseorang dari mereka masih mengelak. “Ini bukan cuka, ini arak”. Syech Syams mengambil botol dan membuka tutupnya. Dia meneteskan isi botol di tangan orang-orang agar menciumnya. Mereka terkejut karena yang ada di botol itu memang cuka. Mereka memukuli kepala mereka sendiri dan bersimpuh di kaki Rumi. Mereka berdesakan untuk meminta maaf dan menciumi tangan Rumi hingga pelan-pelan mereka pergi satu demi satu.

Rumi berkata kepada Syech Syams, “Malam ini kau membuatku terjerumus dalam masalah besar sampai aku harus menodai kehormatan dan nama baikku sendiri. Apa maksud semua ini, guru?”.

“Agar kau mengerti bahwa wibawa yang kau banggakan ini hanya khayalan semata. Kau pikir penghormatan orang-orang awam seperti mereka ini sesuatu yang abadi?. Padahal kau lihat sendiri, hanya karena dugaan satu botol minuman saja semua penghormatan itu sirna dan mereka jadi meludahimu, memukuli kepalamu dan hampir saja membunuhmu. Inilah kebanggaan yang selama ini kau perjuangkan dan akhirnya lenyap dalam sesaat."

"Maka bersandarlah pada yang tidak tergoyahkan oleh waktu dan tidak terpatahkan oleh perubahan zaman"
"Bersandarlah hanya kepada Allah SWT."

Wangsit:  kumpulan kisah Jalaluddin Rumi.✍

Tidak ada komentar:

Jumat, 13 Mei 2016

Kisah Santri Muzaki


Jadi Juara Di Pondok 
.
"Abah, nanti waktu Lailatul Imtihaan datanglah ke pondok. Aku menjadi juara !", kata Muzakki di telpon kepada ayahnya di rumah. Ayahnya senang dan bangga mengenang anaknya. Maka beliau datang ke pondok.
.
Dan pada malam Lailatul Imtihaan, Muzakki dipanggil naik keatas panggung, untuk menerima piala juara Sepakbola di pondok. Piala itu diserahkannya kepada sang Abah yang memandangnya terheran heran.
.
"Aku pikir kau menjadi juara baca Kitab Gundul atau Tilawatul Qur'an, Nak", tukas abahnya. 

Selasa, 26 April 2016

Do'a Nabi Musa AS Agar Menjadi Umat Nabi Muhammad SAW



Qatadah menjelaskan sehubungan dengan makna ayat:

أخذ الألواح

lalu diambilnya (kembali) luh-luh (Taurat) itu. (Qs: Al-A'raf: 154)

Nabi Musa عليه السلام berkata; "Wahai Tuhanku, sesungguhnya aku lihat dalam luh-luh itu tertulis nama suatu umat yang merupakan sebaik-baiknya umat yang dikeluarkan untuk umat manusia, mereka memerintahkan (manusia) berbuat kebajikan dan melarang (manusia) berbuat kemungkaran, maka jadikanlah mereka itu sebagai umatku."

Allah berfirman ; 
تلك أمة أحمد
Itu adalah umat Ahmad (Nabi Muhammad ).

Nabi Musa berkata; "Wahai Tuhanku, sesungguhnya aku lihat dalam luh-luh itu tertulis tentang umat, mereka adalah orang-orang yang terakhir, tetapi mereka adalah orang-orang yang terdahuIu.( Terakhir diciptakan, tetapi yang pertama masuk surga.)"

Nabi Musa berkata; "Ya Tuhanku, jadikanlah mereka sebagai umatku.:

Allah berfirman; "Mereka adalah umat Ahmad".

Nabi Musa berkata; "Wahai Tuhanku, dalam tulisan luh-luh itu aku menjumpai suatu umat yang kitab-kitab mereka ada di dada mereka, mereka membacanya dan menghafalnya. Padahal orang-orang sebelum mereka membaca kitabnya dengan melihatnya, hingga apabila kitab mereka diangkat, maka mereka tidak hafal sesuatu pun darinya dan tidak mengingatnya lagi. Dan sesungguhnya Allah telah memberikan kepada umat itu suatu kekuatan daya hafal yang belum pernah diberikan oleh Allah kepada umat manapun. Nabi Musa melanjutkan perkataannya; Ya Tuhanku, jadikanlah mereka sebagai umatku."

Allah berfirman; "Mereka adalah umat Ahmad"

Nabi Musa berkata; "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku melihat dalam luh-luh itu tertuliskan tentang suatu umat yang beriman kepada kitab-kitab terdahulu dan kitab yang terakhir, dan mereka memerangi kesesatan, hingga mereka memerangi si buta sebelah yang pendusta (Dajjal), maka jadikanlah mereka sebagai umatku."

Allah berfirman; "Mereka adalah umat Ahmad."

Nabi Musa berkata; "Ya Tuhanku, aku menjumpai di dalam luh-luh itu tertuliskan suatu umat yang sedekah mereka dimakan oleh mereka sendiri, dimasukkan ke dalam perut mereka, tetapi mereka mendapat pahala dari sedekahnya. Sedangkan di kalangan umat-umat sebelum mereka, apabila ada suatu sedekah, Lalu sedekah itu diterima, maka Allah mengirimkan kepadanya api, kemudian api itu melahapnya. Jika sedekah itu ditolak, maka dimakan oleh hewan-hewan buas dan burung-burung pemangsa. Dan sesungguhnya Allah mengambil sedekah (zakat) dari kalangan hartawan mereka untuk kaum fakir miskin mereka. Musa melanjutkan perkataannya ;Ya Tuhanku, jadikanlah mereka sebagai umatku."

Allah berfirman ; "Mereka adalah umat Ahmad."

Nabi Musa berkata; "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku temui di dalam luh-luh itu tertuliskan suatu umat yang apabila seseorang dari mereka berniat akan melakukan suatu kebaikan, lalu ia tidak mengerjakannya, maka dicatatkan baginya pahala satu kebaikan. Jika dia mengerjakannya, maka dicatatkan baginya pahala sepuluh kebaikan yang semisal dengan kebaikannya sampai tujuh ratus kali lipat. Ya Tuhanku, jadikanlah mereka sebagai umatku."

Allah berfirman ; "Mereka adalah umat Ahmad."

Nabi Musa berkata; "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku lihat di dalam luh-luh itu tertuliskan perihal suatu umat, mereka adalah orang-orang memberi syafa'at dan diberi izin untuk memberikan syafa'at. Maka jadikanlah mereka sebagai umatku."

Allah berfirman; "Mereka adalah umat Ahmad."

Kemudian setelah itu Nabi Musa عليه السلام berdoa;

اللهم اجعلني من أمة أحمد 

"Ya Allah, jadikanlah diriku termasuk umat Ahmad (Nabi Muhammad )"

والله أعلم....

Dikutip dari Tafsir Ibnu Katsir Surat Al-A'raf; 154 (Wangsit :Ustadz Muhammad Alhabsyi110)