Rabu, 02 April 2014

Ulama Muhadits Dari Bumi Arema Malang

Habib Abdullah bin Abd. Qadir Bilfaqih

Ketika berziarah ke makam Rasulullah saw, Habib Abdul Qadir Bilfaqih memanjatkan doa' kepada Allah swt agar dikaruniai putra yang kelak tumbuh sebagai Ulama besar dan menjadi seorang Ahli Hadits.

Beberapa bulan kemudian, doa' itu dikabulkan Allah swt. Pada tanggal 12 Rabiul Awal 1355 H / 1935 M lahirlah seorang putra buah pernikahan Habib Abdul Qadir dengan Syarifah Ummi Hani binti Abdillah bin Aqil, yang dikemudian diberi nama Abdullah.
Sesuai dengan doa' yang dipanjatkan di makam Rasulullah saw, Habib Abdul Qadir pun mencurahkan perhatian sepenuhnya untuk mendidik putra tunggalnya itu. Pendidikan langsung ayahanda ini tidak sia-sia. Ketika masih berusia tujuh tahun, Habib Abdullah sudah hafal Al-Qur'an.

Selasa, 25 Maret 2014

Mencintai Ulama

Ada dikalangan manusia yang akan memasuki SYURGA secara mudah Mereka ialah orang yang MENCINTAI ULAMA walaupun sebesar biji zarah.


Ada dikalangan manusia yang akan memasuki NERAKA secara mudah.Mereka ialah orang yang MEMBENCI ULAMA walaupun sebesar biji zarah.

"Orang yang selalu ke masjid, apabila satu hari dia tidak datang karena sakit,maka para malaikat akan menziarahinya dirumah, apabila dia meninggal dunia,maka malaikat akan mengiringi jenazahnya"

Minggu, 23 Maret 2014

Kisah Iblis Menolong Pemuda ke Masjid

Kisah ini bermula ketika seorang pemuda bangun pada awal pagi untuk solat Subuh di masjid. Ia berpakaian, berwudhu dan berjalan menuju ke masjid. Di pertengahan jalan menuju ke masjid, pemuda tersebut jatuh dan pakaiannya kotor Ialu bangkit, membersihkan bajunya dan pulang kembali ke rumah. 

Di rumah, ia berganti baju, berwudhu dan berjalan menuju ke masjid. Dalam perjalanan ke masjid, ia jatuh lagi di tempat yang sama. Ia sekali lagi bangkit, membersihkan dirinya dan kembali ke rumah. Di rumah, Ia sekali lagi berganti baju, berwudhu dan berjalan menuju ke masjid. 

Selasa, 04 Maret 2014

Kemiskinan adalah Amanat

Saat di Pesantren dulu, Abah selalu menekankan kepada saya untuk belajar Qonaah, nriman, apa adanya. "kau punya Allah nak, dan Allahlah yang memberimu rezeki. Abah hanya perantara saja." 

Suatu saat saya menelepon rumah karena kiriman habis, Abah tidak langsung meng-iyakan permintaan saya untuk mengirim uang lagi, tetapi  Abah menyempatkan dulu untuk bercerita: "dulu nak, saat Abah masih mondok, setiap kali Abah kehabisan uang, Abah mengantongi "kempyeng" (tutup botol) untuk menunjukkan pada semua orang bahwa Abah selalu punya uang, sementara kau ini sebentar-sebentar menelepon minta uang."