Akhirnya saya bersalaman dengan Cak Nun,
Emha Ainun Najib itu, di ujung teras Pendopo Kabupaten Temanggung. Saya
menyambutnya ketika turun dari Serena warna abu-abu,mencium tangannya,
mengiringinya menuju ruang tamu bupati, dan menunggunya ketika dia berbicara
dengan Pak Bupati, Pak Kapolres dan Pak Dandim. Kecuali rambut dan kumisnya
yang memutih, tak ada yang berubah dari dia: wajahnya, senyumnya, cara
berjalannya, masih sama dengan ketika kali pertama saya melihatnya lebih 25 tahun
yang silam sewaktu dia berceramah di Kampus ITN, Malang.
Tampilkan postingan dengan label Cak Nun. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Cak Nun. Tampilkan semua postingan
Rabu, 22 April 2015
Rabu, 23 Oktober 2013
Emha Ainun Najib: Gusti ALLAH Tidak "Ndeso"
"Cak Nun," kata sang penanya.
"Misalnya pada waktu bersamaan tiba-tiba sampeyan menghadapi tiga pilihan, yang harus dipilih salah satu: pergi ke masjid untuk shalat Jumat, mengantar pacar berenang, atau mengantar tukang becak miskin ke rumah sakit akibat tabrak lari, mana yang sampeyan pilih?"
Saya menjawab lantang, "Ya nolong orang kecelakaan."
Langganan:
Postingan (Atom)