Jumat, 20 September 2013

Ulama Afganistan Belajar Pancasila di UGM


Sebanyak 12 ulama terkemuka dari 12 provinsi di Afganistan berkunjung ke Kampus UGM untuk mempelajari Pancasila secara lebih mendalam. Kedatangan mereka yang dipimpin dari Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) ini berdiskusi dengan para pakar UGM untuk mengetahui lebih jauh perkembangan kehidupan toleransi antar umat beragama di Indonesia.

Rektor UGM Prof. Dr. Pratikno, M.Soc., Sc mengatakan kunjungan delegasi dari Afganistan ini memang sengaja untuk mempelajari Pancasila dan kehidupan multikultural masyarakat Indonesia yang bisa hidup rukun dan damai. 

“Sebagai negara penduduk muslim terbesar, masyarakat muslim Indonesia bisa berdampingan dengan non muslim. Bahkan Borobudur dan Prambanan adalah  peninggalan agama Budha dan Hindu di sini,” kata Pratikno saat menerima kunjungan delegasi Afganistan di ruang multimedia, Kamis (19/9).

Rabu, 11 September 2013

Pengendara Waktu

Manusia hanyalah pengendara di atas punggung usianya.  Digulung hari demi hari, bulan, dan tahun tanpa terasa. Nafas kita terus berjalan seiring jalannya Waktu, setia menuntun kita ke pintu kematian.. 

Sebenarnya dunialah yang makin kita jauhi dan liang kuburlah yang makin kita dekati. Satu hari berlalu, berarti satu hari pula berkurang umur kita.Umur kita yang tersisa di hari ini sungguh tak ternilai harganya, sebab esok hari belum tentu jadi bagian dari diri kita.

Jumat, 16 Agustus 2013

Dialog Gus Dur vs Santri


Sebelum Gus Dur wafat, Beliau pernah berdialog dengan salah seorang santrinya, berikut isi dialog tersebut..

Santri : "Ini semua gara-gara Nabi Adam, ya Gus!"

Gus Dur : "Loh, kok tiba-tiba menyalahkan Nabi Adam, kenapa Kang."

Santri : "Lah iya, Gus. Gara-gara Nabi Adam dulu makan buah terlarang, kita sekarang merana. Kalau Nabi Adam dulu enggak tergoda Iblis kan kita anak cucunya ini tetap di surga. Enggak kayak sekarang, sudah tinggal di bumi, eh ditakdirkan hidup di Negara terkorup, sudah begitu jadi orang miskin pula. Emang seenak apa sih rasanya buah itu, Gus?"

Gus Dur : "Ya tidak tahu lah, saya kan juga belum pernah nyicip. Tapi ini sih bukan soal rasa. Ini soal khasiatnya."

Santri : "Kayak obat kuat aja pake khasiat segala. Emang Iblis bilang khasiatnya apa sih, Gus? Kok Nabi Adam bisa sampai tergoda?"

Senin, 05 Agustus 2013

Islam, Antara Keshalehan Ritual & Keshalehan Sosial

Tim Sarkub Peduli, Gus Shampton, Ust. Mahbub

Islam diturunkan ke bumi ini adalah untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam, rosululloh SAW membawa risalahnya dengan penuh kasih sayang. Islam mengajar kan kepada kita untuk hidup secara berimbang, antara duniawi dan ukhrowi.

Dalam kenyataan hidup sehari-hari di masyarakat kita sering dibenturkan dengan persoalan yang mendasar dalam melaksanakan dakwah, kemiskinan dan keterting galan, kita sebagai seorang muslim harus pandai-pandai menyampaikan ajaran Islam secara proporsional di tengah-tengah masyarakat yang begitu komplek ini.

Sebuah pemahaman, yang dikatakan sholeh adalah orang yang tekun sholatnya, tidak pernah bolong puasanya ditambah dengan puasa-puasa sunnah, melaksana kan ibadah haji ke tanah suci berkali-kali, wiridannya selalu panjang, pemahaman agama (syariat) sangat mendalam. Pendek kata, keshalehan seseorang diukur de ngan serba legal formal sebagaimana kata ajaran. Dan biasanya, ada-ada saja orang yang merasa memiliki otoritas untuk menilai kadar keimanan seseorang. Ia menjadi semacam tim penilai dan pemeriksa keimanan orang lain.