Selasa, 31 Maret 2015

Kebesaran Hati Alm. Abuya As Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki

Majalah Aljami’ah Almadinah Al-Munawwaroh, pernah memuat sebuah artikel dari seorang pakar, yaitu Dr. Abdul Qodir Assindi (salah satu tokoh tetangga sebelah di Madinah) yang berisi kecaman, hinaan, dan penghakiman terhadap pemikiran dan pribadi Sayyid Muhammad bin Alawi Al maliki, sebagai propaganda yang mengarah pada perbuatan bid’ah.
Tentu saja artikel itu mendapat banyak perhatian publik sekaligus mengundang keresahan umat, Khususnya kalangan Ahlus Sunnah Wal Jemaah. Sehingga beberapa Ulama’ dan tokoh-tokoh pembesar dunia, menelpon beliau seraya menghibur abuya Sayyid Muhammad. “jangan risau dan tidak usah menghiraukan tulisan Assindi”, tidak ketinggalan beberapa santri beliau juga merasa geram dengan ulah Assindi itu.

Jumat, 27 Maret 2015

Nasab Baginda Nabi Muhammad SAW Sampai Nabi Adam AS

Kelahiran nabi, kita mulai dari nasab Nabi SAW. Rasulullah SAW sebagai manusia terbaik, sebagi nabi dan rasul terbaik itu semuanya apa yang beliau lakukan, apa yang beliau miliki memiliki arti yang dalam bagi kita hari ini. Itulah kenapa nabi menjadi uswatun hasanah (teladan yang baik). Termasuk masalah nasab. Kalau masalah nasab bisa jadi kita berkata bahwa masalah lahir keturunan siapa bukanlah pilihan kita. Tapi ada sisi yang secara nasab bisa menjadi pelajaran besar bagi kita.

Kamis, 19 Maret 2015

Kisah Romantis Nabi Muhammad Bersama Istri

Ummul Mukminiin, Sayyidah Aisyah RA., terharu saat ditanya tentang kenangannya bersama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam yang paling mengagumkan. Istri kesayangan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam itu menjawab dengan penghayatan yang begitu dalam :
Kaana kullu amrihi ‘ajaba
Semua tentangnya menakjubkan !.
Seolah-olah Aisyah RA berbalik bertanya : “ Manakah dari pribadi beliau yang tidak mengagumkan ? “. 

Begitu romantisnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam, hingga Sayyidah Aisyah RA tidak bisa melukiskannya dengan kata-kata selain “menakjubkan !”
MENCIUM ISTRI KETIKA AKAN PERGI
Di antara sisi romantis Rasulullah SAW, beliau mencium istrinya sebelum keluar untuk shalat.
Dari ‘Aisyah RA, “Bahwa Nabi SAW mencium sebagian istrinya kemudian keluar menunaikan shalat tanpa berwudhu dahulu” (HR. Ahmad)
MENGGENDONG SAYYIDAH AISYAH RA
Sayyidah Aisyah RA ingat persis ketika Rasulullah SAW menggendongnya mesra melihat orang-orang Habsyi bermain-main di pekarangan masjid hingga ia merasa bosan.
BERMAIN DENGAN SAYYIDAH AISYAH RA
Di hari lainnya, suaminya tercinta itu malah mengajaknya berlomba lari dan mencuri kemenangan atasnya saat badannya bertambah subur.
BERMANJA KETIKA SAYYIDAH AISYAH RA MARAH
Nabi saw biasa memijit-menjepit hidung ‘Aisyah jika ia marah dan beliau berkata, Wahai ‘Aisya,bacalah do’a:
“WahaiTuhanku,TuhanMuhammad, ampunilah dosa-dosaku, hilangkanlah kekerasan hatiku, dan lindungilah  diriku dari fitnah yang menyesatkan.” (HR. Ibnu Sunni). 
Ini tips bila istri sedang marah dari Rasulullah SAW, kalau istri sedang marah, coba di jepit hidungnya dengan manja dan penuh kasih, insyaAllah marahnya hilang.
PANGGILAN KESAYANGAN
Aisyah ra juga takkan lupa saat Rasulullah saw memanggilnya dengan panggilan kesayangan “Humaira” (yang pipinya kemerah-merahan ). Sebuah panggilan yang benar-benar mampu membuat pipi Aisyah bersemu merah jambu, malu dan salah tingkah. 
Sementara di dalam rumah, potret romantis Sayyidah Aisyah RA bersama Rasulullah SAW lebih menakjubkan. Mereka makan sepiring berdua, tidur satu selimut berdua, bahkan hingga mandi satu bejana. Bayangkan, adakah yang lebih romantis dari tiga hal tersebut ?
MAKAN SEPIRING BERDUA
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam juga suka memakan dan meminum berdua dari piring dan gelas istri-istrinya tanpa merasa risih atau jijik.
Dari ‘Aisyah RA, ia berkata: “Saya dahulu biasa makan his (sejenis bubur) bersama Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassalam.“ (HR. Bukhori dalam Adabul Mufrod)
Dari Aisyah Ra, ia berkata: “Aku biasa minum dari gelas yang sama ketika haidh, lalu Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassalam mengambil gelas tersebut dan meletakkan mulutnya di tempat aku meletakkan mulut, lalu beliau minum.”  (HR Abdurrozaq dan Said bin Manshur, dan riwayat lain yang senada dari Muslim.)
“Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah minum di gelas yang digunakan ‘Aisyah. Beliau juga pernah makan daging yang pernah digigit ‘Aisyah” (HR Muslim No. 300)
BERCANDA MELUMURI WAJAH DENGAN KUE
Yang unik lagi misalnya, jika Anda pernah melihat film- film barat, maka ada sebuah kebiasaan aneh saat pesta , yaitu melumuri atau melempar wajah temannya dengan kue-kue yang ada. Kemudian mereka saling membalas. 

Ternyata, uswah kita tercinta Nabi Muhammad Shallallahu Alaiahi Wa Salam pernah melakukannya dengan dua istrinya ; Sayyidah Aisyah RA dan Sayyidah Saudah RA. Mereka berdua asyik bercanda, saling membalas melumuri wajah madunya dengan sebuah makanan sejenis jenang. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi ‘Wassalam tidak hanya tersenyum simpul, bahkan juga ikut menyemangati kedua istrinya . Berani mencoba ?
MENEMANI ISTRI
“Dari ‘Aisyah, ia mengatakan, beliau (Nabi) adalah orang yang paling lembut dan banyak menemani istrinya yang sedang mengadu atau sakit.” (HR Bukhari No 4750, HR Muslim No 2770)
MANDI DAN BERCANDA BERSAMA
Meskipun beliau sebagai seorang pemimpin yang super sibuk mengurus ummat, namun beliau tidak lupa untuk menjalin kemesraan dengan istri-istrinya. Beliau tak segan-segan untuk mandi bersama dengan istri beliau. Dalam sebuah riwayat, mandi bersama dengan Siti ‘Aisyah radhiyallahu anha dalam satu kamar mandi dengan bak yang sama.
“Dari 'Aisyah radhiallahu ‘anha, ia berkata, “Aku pernah mandi dari jinabat bersama Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam dengan satu tempat air, tangan kami selalu bergantian mengambil air.” (HR Mutafaqun ‘alaih).
Dalam riwayat Ibnu Hibban menambahkan, “Dan tangan kami bersentuhan”.
Rasulullah mengajarkan kepada kita, mandi bersama istri bukanlah suatu hal yang tercela. Jika hal ini dianggap tercela, tentulah beliau Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak akan melakukannya. Rasulullah juga sangat mengerti perasaan istri-istrinya dan tau cara menyenangkan dan memberi kasih sayang. Rasulullah, sering tidur di pangkuan Siti ‘Aisyah, meski istrinya sedang haids.
KEROMANTISAN DAN KELEMBUTAN
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam adalah seorang lelaki sebagaimana lelaki lainnya, namun bagipara ummahatul mukminin , beliau bukan sekedar suami yang biasa. Beliau adalah suami yang romantis dengan segenap arti yang bisa diwakili oleh kata romantis.
Diriwayatkan dari Umarah, ia berkata : Saya bertanya kepada Aisyah ra : “ Bagaimana keadaan Rasulullah bila berduaan dengan isri-istrinya ?“ Jawabnya : “Dia adalah seorang lelaki seperti lelaki yang lainnya. Tetapi bedanya beliau seorang yang paling mulia, paling lemah lembut, serta senang tertawa dan tersenyum “ (HR Ibnu Asakir & Ishaq ).
Jika merasa belum lengkap dengan contoh nyata dari kehidupan rumah tangga beliau, maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam telah menegaskan secara khusus pada umatnya untuk berlaku romantis pada pasangannya. Beliau bersabda :
“Sesungguhnya orang yang terbaik di antara kamu adalah yang paling baik terhadap istrinya. Dan aku adalah yang terbaik pada istri dari kamu sekalian “. (HR Tirmidzi & Ibnu Hibban)
Tidak tanggung-tanggung, bahkan Al-Quran juga telah mengisyaratkan hal yang senada :
“ Dan bergaullah dengan mereka (istri-istrimu) secara patut. Kemudian jika kamu tidak menyukai mereka, maka (bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak “ ( QS An-Nisa :41 )
Syarat untuk menjadi terbaik, harus berbuat baik terlebih dahulu kepada istri. Berbuat baik itu luas dan banyak peluangnya. Dari yang sekedar tersenyum, meremas jari tangan, bahkan hingga merawat pasangan kita saat sakit sekalipun. Subhanallah, bermesraan dengan istri itu membahagiakan hati dan menghapus segala gundah. Dan ternyata bukan itu saja, Islam juga menjadikan kebaikan, kemesraan, dan romantisnya seseorang terhadap pasangannya sebagai ladang pahala, bahkan kunci surga di akhirat kelak.
RUMAH TANGGA SEBAGAI KUNCI SURGA
Apakah maksud kunci surga itu ? Semoga dua hadits di bawah ini cukup bisa memberi jawaban bagi kita. 
“Dari Hushain bin Muhshan bahwa bibinya datang kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassalam, lalu beliau bertanya kepadanya, “ Apakah engkau mempunyai suami ? Dia menjawab ;”Punya”, Beliau bertanya lagi: ”Bagaimana sikapmu terhadapnya ? “ Dia menjawab, “ aku tidak menghiraukannya , kecuali jika aku tidak mampu “. Maka beliau bersabda : “Bagaimanapun engkau bersikap begitu kepadanya, sesunggguhnya dia adalah surga dan nerakamu” (HR Ahmad) .
Dari Ummu Salamah bahwa Rasulullah SAW bersabda : “Siapapun wanita yang meninggal dunia sedangkan suaminya dalam keadaan ridha kepadanya, maka ia masuk surga “ (HR. Hakim & Tirmidzi) 
Ternyata, istri bisa masuk surga karena suami, begitu pula sebaliknya. Kalau masuk neraka ? Na’udzubillah min dzaalik.
Walhasil, seharusnya visi awal sebuah pernikahan adalah bagaimana menjadikan pasangan kita salah satu kunci- kunci surga bagi kita. Karena masuk surga itu penting, tapi lebih penting lagi masuk surga rame-rame dengan orang-orang yang kita cintai dan mencintai kita. Apakah bisa disebut bahagia jika kita menyaksikan orang-orang yang kita cintai dalam keadaan menderita ? Tidak sekali-sekali tidak.
WaLlahu'alam

Selasa, 17 Maret 2015

Meletakkan Tangan Diatas Dada Bukan Pendapat Ulama Madzhab Empat

Di suatu pengajian terjadi dialog antara ustadz dan jamaahnya.

“Mayoritas ulama fiqih menyatakan bahwa sunnahnya adalah bersedekap ketika shalat. Dalam satu riwayat dari Imam Malik itu, sunnahnya tidak bersedekap. Terkait dimana bersedekapnya, dalam Madzhab Hanafi dan satu riwayat dari Imam Ahmad dikatakan bahwa sedekapnya adalah dibawah pusar. Sedangkan dalam Madzhab Syafi’i dan satu riwayat dari Imam Malik bahwa sedekapnya adalah diatara dada dan pusar. Riwayat lain dari Imam Ahmad menyatakan bahwa, kita boleh memilih diantara keduanya” terang salah seorang ustadz.

“Ustadz, kenapa kita tidak shalat sebagaimana Nabi shalat saja?” tanya salah satu jamaah.

“Maksudnya?” Selidik sang ustadz.

“Saya membaca di salah satu buku sifat shalat Nabi, katanya Nabi itu kalo shalat meletakkan tangannya diatas dada, haditsnya shahih. Jadi kita mengikuti Nabi, tidak taklid kepada ulama, ustadz. Dan shalatnya bisa sama”.

Memang salah satu tantangan menyampaikan fiqih lintas madzhab adalah dituduh taklid, plin-plan serta sering menyebabkan perpecahan ummat